Sabtu, 17 Desember 2011

Ruang mimpi

“Orang kecil seperti kita, jika tidak punya mimpi maka akan mati boi” (Arai dalam Sang Pemimpi)

Saya pernah bercerita kepadamu tentang mimpi masa lampau, kenangan yang tersimpan dalam kantung-kantung memori yang tersebar di segala penjuru otak. Ada romantisme masa kecil, di mana kita dahulu duduk dan bermain, menikmati sinar matahari dan semilir angin di bawah naungan pohon rindang, melihat alang-alang menari dalam irama hembusan angin. Saya pernah berkisah kepadamu, bahwa angin berbisik lembut saat itu, melayangkan mimpi dan cita kita ke awan yang berarak tenang dalam formasi tiga-tiga. Dan kawan, masihkah engkau dapat mengingat mimpi masa itu, kemudian berani merenggutnya dari angan-angan yang terlelap ?

Mimpi yang mana?
Setiap kita bermimpi, paling tidak berangan dalam lamunan-lamunan di waktu siang atau dalam kejadian-kejadian dalam kepala saat kita terlelap. Ada mimpi yang mengalir masuk ke dalam alam bawah sadar kita, mengisi kekosongan di sudut angan-angan kita. Mimpi yang begitu nyaman, logis, begitu nyata, sampai-sampai kita bisa melihatnya di depan kita. Harapan, cita, impian, atau apapun anda ingin menyebutnya, dan kita sama-sama tahu, mimpi yang seperti ini, mengambil energi harapan kita, menggunakan sumber daya yang kita miliki. Dan kita selalu berharap, mimpi-mimpi ini bisa memeluk erat takdir yang menjadikannya nyata.

Mimpi dan saya kegagalan
Tidak semuanya memeluk takdir, seakan kesempatan menjadi begitu terbatas di depan kita. Pintu-pintu kesempatan menjadi begitu tertutup dan kita dihadapkan pada keputusan yang sulit. Ya, kita bermimpi dan kita juga pernah, mungkin sering, bertemu kegagalan di tengahnya. Bahkan kita sudah melihat kegagalan sebelum melangkah untuk mengambilnya, kita kalah bahkan sebelum berperang. Kita dan begitu banyak kegagalan yang sering dilihat, membatasi mimpi kita, menyadarkan kita bahwa kita tak akan pernah sanggup, bahwa hal yang realistis adalah hal yang aman. Kita mulai tidak berani melangkah ke luar lingkaran, kita membatasi mimpi dan ya, kita melupakan romantisme mimpi masa kecil.

Mimpi dan saya cibiran
“Berhentilah mengolokku, agar kau tidak menangis saat aku melenggang anggun di atas mu kelak”

Saya pemimpi dan mereka menyebut saya orang yang tidak pernah realistis. Tapi pemimpi yang sebenarnya tidak membiarkan mimpi mereka hanya berada di ranjang tempat tidur mereka atau melayang di sekitar angan-angan siang hari. Saya memiliki mimpi dan mereka menyebut saya mengada-ada. Mungkinkah orang kecil memang tak pernah diizinkan untuk menjadi besar. Mungkin lingkungan kita tak pernah mengizinkan kita melewati batas yang ditetapkan. Orang rata-rata tidak pernah mengizinkan orang lain lebih dari rata-rata. Dan memang saya pantas dicibir, ketika saya hanya duduk diam memangku tangan dan mulai berangan yang lain lagi. Dan cibiran bukankah hanya sebuah pengingatan bahwa ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk memeluk mimpi. Dan percayalah ketika mereka mengatakan tidak mungkin, tidak akan ada orang yang benar-benar bisa menghentikan kita, tidak satu jua pun, tidak ada kecuali diri kita sendiri.

Memberi ruang mimpi
“Latihan dengan hal yang tersulit bukanlah selalu berarti baik. Karena ketika kita mulai kelelahan, kita akan menurunkan target pencapaian, kita mulai tidak memberikan ruang pada mimpi.”

Bagaimana perbandingan antara keberhasilan dan kegagalan yang anda alami sampai saat ini ? Kita mulai menurunkan target, kita semua usaha menjadi begitu percuma, ketika semua ikhtiar begitu terasa sia-sia. Seiring dengan pertambahanan usia, kita menjadi begitu banyak melihat kegagalan di sekitar kita, menimpa orang-orang terdekat kita, juga menimpa diri kita sendiri. Kita mulai takut memeluk masa depan yang tidak pasti dan tergugu aman dalam lingkaran yang kita buat sendiri.

Mimpi itu harus direncanakan kawan, menjadikannya begitu realistis seakan kita dapat memeluknya sekarang juga. Dalam setiap rencana yang kita buat dalam kehidupan ini, kita mungkin perlu memberikan ruang untuk mimpi agar menjaga cahaya harapan tetap menyala hangat. Bukan menjadi naïf atau terjebak dalam utopia, tetapi kita mungkin memang perlu memberikan ruang untuk mimpi, agar menjadikan diri kita yakin akan adanya penghidupan yang lebih baik, agar menjadikan kita percaya bahwa dari semua kekurangan yang ada, selalu ada kesempatan untuk memperoleh hal yang lebih baik. Kita perlu memberikan ruang bagi mimpi, tidak terlalu besar agar tidak menjadikan kita terlelap di dalamnya, tidak terlalu kecil agar tidak mati dan meninggalkan kita dalam kekhawatiran, sebuah ruang yang cukup dalam kehidupan kita, agar nanti saat kita terlelah, kita dapat berhenti sejenak, melihat kembali ruang mimpi, mengisi energi perjuangan, dan kemudian berlari lagi.

Dan saya tahu kamu masih mengingatnya, saat kita menari bersama angin yang mengelus lembut kepala kita. Angin yang sama yang berbisik di telinga-telinga kita, “Tumbuhlah besar, berjiwa besar dan lihatlah segala sesuatunya dengan bijak. Maka engkau akan melihat bahwa hidup ini begitu adil.”




Read More..

Cinta bersemi di pelaminan

Oleh: Anis Matta, Lc.

Lupakan! Lupakan cinta jiwa yang tidak akan sampai di pelaminan. Tidak ada cinta jiwa tanpa sentuhan fisik. Semua cinta dari jenis yang tidak berujung dengan penyatuan fisik hanya akan mewariskan penderitaan bagi jiwa. Misalnya yang dialami Nasr bin Hajjaj di masa Umar bin Khattab.

Ia pemuda paling ganteng yang ada di Madinah. Shalih dan kalem. Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari. Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra.

Di sini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia. Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah. Wanita itu juga membalas cintanya. Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh seorang istri. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu. Hasilnya: aku cinta padamu! Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri. Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang. Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu.

Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh dilahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat. Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung. Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.

Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan. Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.

Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.


Keterangan:
Tulisan asli dapat di lihat di www.anismatta.com

Read More..

Senin, 12 Desember 2011

Tahap antara proses ekstraksi: Pemekatan

Tahapan ini boleh jadi merupakan tahapan yang tidak terlalu diperhatikan saat proses ekstraksi simplisia berlangsung. Hal ini merupakan hal yang wajar, mengingat tahapan ini di antara dua tahapan utama dalam proses ekstraksi, yaitu proses ekstraksi itu sendiri dan proses pengeringan ekstrak menjadi ekstrak kering.

Meskipun demikian, jenis ekstrak yang diinginkan mempengaruhi metode pemekatan yang dipilih. Ekstrak cair sebagai hasil ekstraksi dari ekstraktor, dikenal sebagai misela (miscella), pada umumnya akan dipekatkan dengan metode evaporasi. Ekstrak cair dimasukan ke alat evaporator dimana ekstrak akan dipekatkan dalam vakum untuk menghasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental ini selanjutnya akan dikeringkan untuk mendapatkan ekstrak kering. Pada skala industri, pelarut yang berhasil didapatkan kembali akan digunakan lagi untuk ekstraksi batch berikutnya.

Pada proses lanjutan, ekstrak cair yang diperoleh dapat dilakukan:


  1. Pemekatan sebagian atau total, tergantung apakah ekstrak cair tersebut ditujukan untuk ekstrak kering, ekstrak cair, atau kental.
  2. Pemekatan sebagian atau diekstraksi kembali (counterextracted) dengan pelarut yang sesuai untuk mendapatkan ekstrak yang lebih banyak dan lebih murni.
  3. Diekstrak kembali tanpa pemekatan untuk mengisolasi senyawa tertentu.

Selain poin ketiga, setiap ekstrak perlu dilakukan pemekatan. Pada proses pemekatan perlu diperhatikan stabilitas kimia dari senyawa yang ingin diperoleh. Oleh karena itu, proses pemekatan sering kali dilakukan pada suhu 25° – 30° C atau temperatur tinggi dengan durasi singkat untuk menjaga kestabilan senyawa kimia yang bersifat termolabil.

Pemekatan didefinisikan sebagai peningkatan komposisi senyawa terlarut (solute) dalam pelarutnya melalui metode evaporasi atau vaporisasi (vaporization) tanpa mengubahnya menjadi produk kering, meskipun hasil akhir dari proses pemekatan dapat berupa ekstrak dengan viskositas tinggi. Istilah vaporisasi atau boiling down lebih sering digunakan untuk menggambarkan pemekatan suatu ekstrak dibandingkan dengan evaporasi. Evaporasi didefinisikan sebagai proses perubahan keadaan cair menjadi gas dengan kehadiran gas lain, misalnya udara, pada wadah atau tempat evaporasi. Namun pada istilah vaporisasi, hanya molekul dari pelarut yang hadir dalam wadah atau tempat vaporisasi. Istilah boiling down digunakan ketika objek yang ingin diperoleh kembali adalah zat padatnya atau konsentrat dengan kepadatan tinggi, sedangkan istilah vaporisasi digunakan ketika objek yang ingin diperoleh kembali adalah pelarutnya.

Parameter yang mempengaruhi proses pemekatan meliputi jumlah larutan yang akan dipekatkan dan kestabilan dari zat terlarut. Jika diperkirakan zat terlarut yang dikehendaki bersifat termostabil maka pemekatan dapat dilakukan pada tekanan biasa atau di bawah vakum. Zat yang bersifat termolabil harus dipekatkan dengan suhu yang diperkirakan tidak akan mendegradasi zat tersebut. Peningkatan tekanan dapat dilakukan agar suhu yang diperlukan untuk menguapkan pelarut dapat diturunkan.


Referensi:
List, P.H. dan P.C. Schmidt. 1989. Phytopharmaceutical technology. London: Heyden & Son Limited.
Bomberdelli, E. 1991. Technologies for the processing of medicinal plants. In R.O.B. Wijesekera (ed). The medicinal plant industry. Florida: C R C Press Inc.
Handa, S.S., et. al. 2008. Extraction technology for medicinal and aromatic plants. Trieste: ICS-UNIDO



Read More..

Sabtu, 05 November 2011

Bersama kembali ke kultur ilmiah

Science is an ever-changing field. As new thing discovered, we see the world better

Bahwa mahasiswa adalah iron stock bukanlah suatu hal yang perlu diragukan. Kita sering menganggap bahwa mahasiswa dengan kehidupan kampusnya yang ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, merupakan miniatur dari sebuah negara. Anda bisa membayangkan bahwa sistem keorganisasian, sistem hirearkinya,-walaupun tidak persis sama- mirip dengan sistem kenegaraan, dengan segala lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang ada di dalamnya. Di satu sisi, aspek keilmiahan (hard competence) pun terus berkembang, walau harus merangkak pelan. Dari tahun ke tahun, sepanjang 4 tahun berkecimpung di dunia kampus FMIPA UI, saya melihat pergerakan maju.

Dari pergerakan
"Hidup Mahasiswa !!!"
"Hidup Rakyat Indonesia!!"

Yel itu adalah slogan khas pergerakan sosial-politik mahasiswa. Idealisme tinggi dengan semangat menggebu untuk memperbaiki bangsa. Aksi adalah hal yang wajar di universitas ini, bagaimana tidak, sebagai satu-satunya kampus besar yang dekat dengan ibu kota, begitu besar arus pergerakan sosial-politik yang mengalir bersama kehidupan organisasi kampus. Di klimaks tahun 1998, kondisi itu begitu menyelimuti dunia mahasiswa, aksi, demonstrasi, tuntutan-tuntutan perbaikan di sana-sini.

Olehnya reformasi bergulir, merubah peta kekuatan dan kekuasaan. Sekali lagi, eksistensi mahasiswa tidak bisa diabaikan. Mahasiswa adalah pihak yang unik, kualitas intelektualitas mereka selalu membuat para tetua mengangguk takjub, idealisme mereka yang demikian besar menjadi kontrol moral bagi pribadi dan komunitas masyarakatnya.

It's changing
Secara kasat mata, saya melihat gradasi perubahan cara mahasiswa menunjukkan idealismenya, memperbaiki ibu pertiwi. 'Turun ke jalan', meski tetap menjadi metode yang ampuh untuk menyampaikan suara-suara nurani, sudah mulai tidak menjadi primadona; atau paling tidak, 'jalan' yang dimaksud sudah mulai berpindah. 'Jalan-jalan'nya menjadi bentuk real turun tangan langsung memperbaiki bangsa, tidak melulu mengandalkan semangat menggebu, namun juga kesadaran untuk men-down to earth-kan hard competence. Bahwa segala yang mahasiswa dapat dibangku perkuliahan bukanlah permata di menara gading, hal tersebut sudah seharusnya menjadi mata air yang memberikan kesegaran di sekitarnya. Bahwa mahasiswa, terlepas bagaimana dia menjalankan kehidupan kampusnya, haruslah bertanggung jawab atas kompetensi yang dimilikinya (atau yang seharusnya dimilikinya) kepada masyarakat, atau minimal orang-orang yang berinvestasi kepadanya.

Saya melihat banyak solusi-solusi nyata untuk permasalahan bangsa yang keluar dari kompetensi para mahasiswa. Meskipun sebagian besar masih berada tahap gagasan ataupun prototype, ide-ide cemerlang itu menanti untuk ditangkap dan direalisasikan. Setiap orang memang tidak selalu dapat menghasilkan gagasan cemerlang, namun gagasan dapat datang dari siapa saja. Hal sederhana yang perlu kita lakukan, adalah memperhatikannya dengan baik, maka ide-ide sepele pun dapat berpengaruh besar pada kehidupan manusia. Anda tahu? Lihat saja sebuah ide sederhana dahulu, membotolkan air minum! Dan sekarang anda pasti selalu melihat sampah botol air minum di mana-mana.

Moving forward
Jelas ada perubahan besar dari tahun 2007 hingga tahun 2011, pergesaran concern ke arah keilmiahan. Lihat saja, mahasiswa baru disambut tidak lagi hanya dengan slogan Hidup Mahasiswa !, namun juga dorongan untuk berkarya dalam bidang ilmiah. Pemicu utamanya tentu saja PKM (Program Kemahasiswaan Mahasiswa) yang diadakan oleh Dikti ini. Semakin tingginya tingkat kegerahan mahasiswa UI akan ajang ilmiah yang satu ini. Ajang ini seakan-akan harus dapat ditaklukan, jika tidak ingin terus menjadi duri dalam daging. Ajang keilmiahan dan kompetensi lainnya, seperti Mahasiwa Berprestasi, MUN (Model United Nation), olimpiade sains, kontes robotik, berbagai macam ajang dalam bentuk speech, debate atau paper presentation, mulai dari yang bersifat cultural events hingga international conferences banyak ditaklukan oleh mahasiwa UI. Hanya di ajang tingkat nasional ini, PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiwa Nasional), UI belum pernah menunjukkan giginya secara maksimal. Truly, it's really annoying guys.

So, we're moving forward, ajang-ajang penulisan karya ilmiah ini begitu digalakan. Kampanye, pelatihan, seakan-akan semua bidang keilmiahan di seluruh fakultas melebur, berstrategi untuk mencapai cita bersama. Dan gradasi tersebut terlihat nyata -setidaknya di fakultas saya, FMIPA-, perubahan concern ke arah keilmiahan. Dan memang seharusnya seperti itu, sebagai fakultas yang menyandang nama science. Hal ini seperti, kita kembali ke zona sendiri setelah beberapa lama ditinggalkan. Beruntunglah mereka yang berkuliah di fakultas MIPA dan Teknik, mereka tidak perlu mencari kemana tentang rasa keilmiahan, what we only need is just to look in ourselves, it’s in us ! Dan yang perlu kita lakukan adalah dengan meletakkan kompetensi kita kepada tempat yang semestinya, bukan di menara gading nun jauh di atas, tetapi di sekitar kita, di masyarakat kita, di tengah bangsa ini. Surely, we just have to look deeper around and we'll find that every single knowledge of us is a problem solver to every single problem existed.
"what we only need is just to look in ourselves, it’s in us !"
PIMNAS terasa menjadi trigger bangkitnya kembali kultur menulis di mahasiswa UI, menuliskan gagasan tidak hanya mengendapkan dalam otak sendiri, berkarya menghasilkan sesuatu hal, dan bukan hanya unjuk bicara. Namun, ini semua bukan tentang PIMNAS, ataupun ajang-ajang kompetisi ilmiah lainnya. Ini tentang keilmiahan itu sendiri, tentang bagaimana kita sebagai seorang mahasiswa adalah masyarakat ilmiah, berpikir dan bertindak yang mencerminkan karakter manusia rasional.

Read More..

Minggu, 16 Oktober 2011

Cinta akan mengingatkan dia untuk kita

"Memory is a way of holding on to the things you love, the things you are, the things you never want to lose.” (Kevin Arnold)

Bagaimana anda mendefinisikannya? Perasaan cinta yang membuncah, benci berdarah-darah, kesedihan yang mengharu-biru atau ketakutan akan ditinggalkan. Dalam kesepakatan yang banyak dipahami oleh hampir semua orang di bumi ini, kita mengenalnya dalam sebuah padanan konsep emosi. Pertanyaan selanjutnya menjadi apa itu emosi ? Dan memang, jawaban akan menelurkan pertanyaannya selanjut, dan selalu saja begitu.

Maka, ketika pertama kali terlintas dalam otak anda kata ‘cinta’ di atas, apa yang anda bayangkan ? Bagaimana dengan hal-hal tertentu yang lantas menyulut kemarahan anda ? Konsep emosi, bagaimanapun juga dipandang secara objektif, mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana ‘hati’ ditambah respon-respon fisik yang muncul berkaitan dengan perasaan tersebut. Alih-alih cerita mengenai kegalauan anak-anak muda tentang emosi, cinta, benci, dan rindu, saya akan mengajak pembaca untuk melihatnya dalam sudut pandang lain tentang emosi, cinta, rindu, dan kenangan.

Memulainya dari isi kepala kita
Berbicara tentang cinta, maka berbicara tentang hati. Sayangnya, saya mengajak pembaca melalui jalur yang berbeda, dimana kita akan sedikit menyelami samudra tentang memori, tentang sel saraf yang mengambang tenang di dalam cairan serebrospinalnya. Saya agak tidak suka mengatakannya tapi anda perlu memulainya dari pelajaran tentang isi kepala (otak) anda agar anda lebih dapat merasakan keindahan misterius yang ditawarkan otak kepada kita. Secara sederhana, otak kita adalah organ yang kompleks, mencakup ribuan sistem dinamis sel saraf dan koordinasi-koordinasi yang belum sepenuhnya dipahami hingga saat ini.



Di antara semua hal yang merupakan bagian dari otak, sistem limbik berhubungan langsung dengan emosi yang selama ini kita pahami. Ekspresi-ekspresi emosional yang bisa kita amati bersama, misal tersipu, tertawa, menangis dan segala aspek yang berhubungan dengan emosi memperlihatkan hubungannya dengan sistem limbik. Stimulasi-stimulasi tertentu di daerah ini saat dilakukan operasi pembelahan otak memperlihatkan sensasi-sensasi samar yang dialami pasien sebagai perasaan senang ataupun keputusasaan.

Meskipun demikian, pola perilaku dan respon akan suatu situasi yang melibatkan emosi tidak hanya dikerjakan oleh sistem limbik sendiri. Bagian otak lain, korteks otak, yang mengatur fungsi-fungsi luhur manusia, berperan penuh dalam respon kita terhadap keadaan emosional. Emosi nampaknya dengan lebih mudah memanggil program-program yang sudah terpatri dalam korteks kita. Sebuah contoh terkenal adalah gerakan tersenyum. Respon tersenyum atas emosi yang menggembirakan merupakan bahasa universal yang dimiliki semua orang, bahkan mereka yang buta sekalipun. Mereka yang buta sejak lahir akan tetap memiliki ekspresi wajah ‘tersenyum normal’. Tersenyum tampaknya telah diprogramkan sebelumnya di korteks dan dapat diakses setiap saat oleh sistem limbik. Pada tingkat yang mendasar senyum adalah ekspersi manusia yang universal.

“Pada tingkat yang mendasar senyum adalah ekspersi manusia yang universal”
Sedikit-banyak tentang kenangan
Hal-hal yang kita ingat, kenangan masa indah saat SMA misalnya, melibatkan aktivitas holistik dari neuron yang ada di otak kita. Konsep memori mencakup segala informasi yang kita alami yang disimpan dan kita dapat memanggilnya kembali ketika kita ingin mengingat sesuatu. Memori melibatkan kontribusi seluruh sel saraf (neuron) untuk saling berinteraksi dan membentuk koneksi-koneksi di antara mereka sendiri. Hal ini berarti ketika kita mengingat informasi baru maka akan ada banyak koneksi-koneksi yang terbentuk antara neuron dalam kombinasi yang tidak terbatas !

Secara umum, para pakar neurosains membagi memori menjadi dua yaitu memori jangka pendek dan jangka panjang. Meskipun proses penyerapan informasi baru melibatkan kerja berbagai bagian di otak, paling tidak ada dua bagian yang berperan penting dalam aktivitas mengingat ini, yaitu korteks dan hippocampus. Korteks berperan penting dalam proses ingatan jangka pendek, dimana ketika anda menyerap informasi baru, korteks akan menyimpangnya sementara untuk anda. Ketika anda memutuskan bahwa informasi tersebut tidaklah penting maka dengan mudahnya korteks akan membuang informasi tersebut.

Namun, bukankah kita ingin mengingat sesuatu dalam waktu lama ? Memori jangka panjang melibatkan hubungan intens dari paling tidak, hippocampus dan korteks. Hippocampus secara spesifik akan mengubah ingatan jangka pendek menjadi jangka panjang. Memori akan tersimpan dalam ‘kantong-kantong’ ingatan di berbagai bagian otak (ya, memori tidak disimpan dalam satu area khusus di otak). Secara sadar anda dapat merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang dengan pengulangan. Memori memerlukan waktu yang lama untuk menempel secara permanen dalam otak kita, dan selama proses pengendapan tersebut, memori akan rentang untuk menghilang atau dibentuk ulang dengan adanya interferensi, terutama ketika kita dijejali informasi terus-menerus dalam jangka panjang tanpa jeda, seperti yang banyak terjadi di ruang-ruang kelas kita. Kabar baiknya adalah inteferensi tersebut tidak akan terjadi ketika informasi diulang-ulang secara sengaja dengan diberi jeda. Otak manusia, dibanding mengingat detail, lebih menyenangi mengingat konsep dan cenderung mengingat awal dan akhir dari suatu hal dan melupakan bagian tengahnya. Idenya adalah dengan membuat jeda, kita akan memperbanyak awal dan akhir dari suatu hal yang ingin kita ingat. Oleh karena itu disarankan untuk selalu menjeda setiap 30 menit atau satu jam sekali ketika kita sedang belajar.

Kitalah pada dasarnya yang memutuskan apakah suatu hal pantas diingat atau tidak. Kita tidak menaruh perhatian pada hal-hal yang membosankan. Otak kita akan membuang segala informasi yang tidak penting bagi kita dan menyimpan hanya hal-hal yang menarik perhatian kita. Lebih jauh lagi, memori akan meningkat ketika kita dapat membuat asosiasi informasi baru dengan hal yang sudah ada sebelumnya. Hal yang disebut pemahaman (sering dikatakan lebih kuat dibanding sekedar menghafal) ada hanya ketika kita dapat menggambarkannya dengan jelas dalam kepala kita dan mengasosiasikannya dengan hal yang sudah kita punya. Pemahaman tidak akan pernah ada tanpa penggambaran dalam otak kita, ini fakta penting pendidikan ! Dan asosiasi akan meningkatkan ingatan kita akan detail. Jika kita dapat menarik makna dan hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain, kita dapat mengingat detail dengan lebih mudah.  Maknai sebelum detail.

“Otak kita akan membuang segala informasi yang tidak penting dan menyimpan hanya hal-hal yang menarik perhatian kita”
Cinta memang merebut perhatian kita
Peristiwa-peristiwa yang melibatkan emosi akan cenderung untuk lebih diingat dibandingkan dengan peristiwa biasa. Peristiwa penuh emosi (biasa disebut dengan emotionally competent stimulus) adalah stimulus paling baik untuk menyimpan memori dalam waktu lebih lama dan mengingat dengan lebih akurat. Hal ini berkaitan dengan korteks pre-frontal kita, yang berfungsi sebagaai agen pelaksana dalam memecahkan masalah dan menjaga perhatian dan hubungannya dengan amygdala. Amygdala merupakan bagian otak yang sepesial dalam membantu menciptakan dan mempertahankan emosi. Amygdala berisi banyak dopamin, sebuah neurotransmitter otak, yang berperan seperti memo dari suatu bagian ke bagian lainnya. Ketika otak mendeteksi peristiwa yang sarat dengan emosi, amygdala akan melepas dopamin, dimana neurotransmitter ini sangat membantu memori dan pengolahan informasi. Hal ini seperti anda memberikan memo kepada anak buah anda bertuliskan, “Ingatlah ini !” Dengan demikian, hippocampus pun akan bekerja dan menyimpannya sebagai memori jangka panjang.

Walaupun melupakan detail wajah orang yang kita cintai, kita akan tetap mengingat perasaan pernah mencintai dan dicintai, ketika kita bertemu dengan orang tersebut. Amygdala akan merespon peristiwa-peristiwa yang melibatkan emosi, cinta, benci, kesedihan, gembira dan memungkinkan kita untuk dapat mengingat hal-hal lampau dengan lebih baik. Oleh karena itu, ide sederhananya adalah cintai terlebih dahulu pelajaran yang ingin kita ingat, maka kita akan mengingatnya dengan lebih baik. Dengan melibatkan emosi dalam proses pembelajaran, hal ini diharapkan dapat membantu kita mengingat dengan lebih baik. Sayangnya dalam sistem pendidikan formal kita selama ini, hal-hal abstrak seperti emosi, yang cenderung melibatkan otak bagian kanan, belum dilibatkan dan lebih mengagungkan otak bagian kiri. Untuk dapat menjadi pembelajar sejati, kita perlu memaksimalkan potensi kedua bagian otak.

“Walaupun melupakan detail wajah orang yang kita cintai, kita akan tetap mengingat perasaan pernah mencintai dan dicintai”

Referensi:
de Potter, B. Quantum memorizer.
Medina, J. Brain rules.
Sherwood, L. Human physiology.

Read More..

Sabtu, 15 Oktober 2011

Let me put it into English

English is a funny language; that explains why we park our car on the driveway and drive our car on the parkway. ~Author Unknown

Yeah, I know it, English becomes an international language, and in some cases it saved me from another language that I don’t really know. Honestly, long time ago, when I was a little younger, there was a question that pops out of my head, “why must it be English? Becomes language used throughout the world” A random thought comes from a desperate kid who knows a little about that language. A minute later, an answer floated, danced around my head and it said, ”Hey kid, actually that’s not kind of yours, but I think I know, that kingdom had colony all over the world once, and now they call it the Commonwealths". Even though, many countries that had ever been colonized by England have their independence now, the language and culture keep remains.


 “Commonwealth is association of the United Kingdom with States that were previously part of the British Empire” [Oxford dictionary] 

Well, right now, I need to confess that I’m not really good at English and it bothers me somehow. I’ve read some blogs of my friends that they often use English in their posts. I do believe that they’re really skillful and with humbleness they said that if any errors in their English just correct them, and it’s important for them. None of us are perfect, just they who study and learn from their mistakes will be able to pursue perfection. Yap, I’ve found the main difference between them and me, it is all about the courage to try it, not to be afraid of mistakes, and accept suggestions from others. We need to ignore a little of our ego, and accept that we need feedback from others.


 “You will not achieve anything, without courage to begin first.” 

So, let me put it into English, my post in blog or essay or anything else. I want to learn, I want to see how vast the world is, and firstly, I need first key to access them, a language that people use. How we expect to change this world, yet our efforts can touch the world. So far, I have only one post written in English in this blog (besides this post), and I hope it can be increased later. :)

“And when the Prayer is finished, then may ye disperse through the land, and seek of the Bounty of Allah: and celebrate the Praises of Allah often (and without stint): that ye may prosper.” [qs. 62:10]

Read More..

Selasa, 30 Agustus 2011

Ied Mubarak 1432H !


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432H
Mohon maaf atas segala khilaf (terutama jika ada tulisan-tulisan yg tidak berkenan di hati)
Taqabballahu minna wa minkum
Taqabbal ya karim


Read More..

Rabu, 24 Agustus 2011

Bang Pitung dan Kompeni

Kali ini berlatar belakang sejarah dari tanah betawi, jagoan yang dicintai oleh rakyat kecil juga ditakuti oleh pemerintah berkuasa saat itu, siapa lagi kalau bukan Bang Pitung. Berkisar di akhir abad ke 19, di daerah rawa belong, terhidupkanlah seorang jagoan yang diceritakan tidak hanya punya silat yang mumpuni untuk membuat takut para belanda namun juga disebut pandai mengaji dan belajar ilmu tarekat keIslaman. Bang Pitung, sosok ini hebat dan memang nyata, dikatakan membela rakyat betawi saat itu yang sedang dijajah oleh Belanda dengan sistem tanam paksanya. Namun dari kaca mata kompeni, Bang Pitung hanyalah seorang pengacau yang mengancam keamanan VOC karena ulahnya yang sering membuat repot kompeni. Potensi ancaman keamanannya yang sedemikian besar membuat pemerintahan hindia belanda memberlakukan status ‘dicari, hidup atau mati’.

Legenda ini hidup dan tidak boleh hilang dari sejarah tanah betawi. Namun pada kenyataannya sudah banyak hilang kisah patriotisme Bang Pitung dari cerita-cerita anak muda betawi. Bisa dibayangkan banyak anak muda betawi yang sudah termakan arus modernisasi dan lebih senang ngumpul di mall-mall daripada duduk di surau untuk belajar mengaji atau ilmu tentang Islam seperti yang dilakukan Bang Pitung dulu. Maka saya punya kisahnya sedikit dan saya bagikan kepada anak-anak di daerah kukusan yang mengikuti pesantren kilat Ramadhan for Kids. Saya ceritakan kisahnya sedikit dalam bentuk drama yang mereka mainkan dengan senang hati, meskipun ada malu karena disaksikan teman sebayanya. Saya bagikan juga kepada pembaca, naskah dramanya.

Naskah Drama Si Pitung vs Kompeni


Balada Si Pitung dan Kompeni

Dalang:
Pendahuluan
Alkisah di suatu masa di tanah Betawi, tersiarlah sebuah kabar adanya jagoan Betawi yang berani dan dapat mengalahkan banyak orang-orang kompeni Belanda. Orang tersebut sangat sakti, jago dalam berkelahi dan kebal terhadap peluru senjata kompeni.

Scene 1
[si pitung maju sendiri ke atas panggung dan berbicara kepada penonton]
Pitung: Oi penonton. Aye ini Pitung, anak asli betawi, aye bakal hajar pade orang belande yg udah jajah nih tanah betawi. Penonton, entar liat ye, aksi aye dlm menghajar orang belande setelah pesan-pesan berikut ini……
[si pitung keluar panggung]

Scene 2
[rakyat jelata masuk panggung dalam keadaan habis dijorokin oleh tentara belanda dan berbicara kepada penonton]
Rakyat jelata 1: Eh penonton, kgk kasian ape ngeliatin kite dibeginiin? Dasar emang nih kompeni bisanye nyiksa rakyat kecil aje
Rakyat jelata 2: Iye ni penonton, tuh kompeni bisanye nyiksa doang, kite kgk pernah dikasih makan, lapeer nih. *eh emang lg puasa yee…
[tentara belanda masuk sambil menodongkan senjata ke arah rakyat jelata dan berbicara kepada mereka]
Tentara 1: woi, overdome, kamu orang ngapain aja pada kagak kerja. Ayo kerja atau kita bedil kepala-kepala kamu pada. Jangan pada malas
[sisa tentara lainnya ikut juga mengancam rakyat jelata]
[si Pitung tiba-tiba datang, berbicara kpd para tentara dan melawan mereka]
Pitung: Oi, kalian pade ngapain nyiksa rakyat kecil. Kalo berani hadapin aye, Si Pitung.
Dalang:
dan pertempuran pun terjadi. Para tentara belanda memberondong si pitung dengan senapannya, namun dengan kesaktiaannya si pitung bisa menghindari semua peluru tersebut dan menghajar satu persatu para tentara Belanda, sehingga mereka jatuh terkapar.
Dan begitulah hingga pada akhir hayatnya si Pitung terus berjuang membela rakyat betawi dan melawan para penjajah kompeni Belanda. Hingga hari ini kisah kepahlawan si Pitung yang berani melawan kedzaliman Belanda tetap melegenda dan hendaknya kita sebagai generasi muda bisa mengambil pelajaran dari kisah kepahlawanan si Pitung.
[fin]

salah satu adegan dimana pitung mengalahkan belanda

Balada ini berdurasi kurang lebih 5-10 menit dengan canda tawa di sana-sini. Dan diakhir pertunjukannya beberapa anak lainnya ternyata protes, mereka berprotes, “Pitung kan mati ka ditembak peluru emas oleh Belanda”. Begitulah cerita yang beredar. Dan ternyata bocah-bocah ini, ditengah dahsyatnya game online yang merajalela, masih tahu kisah akhir dari Bang Pitung.

si pitung dan tentara kompeni -setelah balada selesai-

Dan Bang Pitung memang mati, ditembak peluru emas polisi belanda schout van Hinne dalam suatu penggerebekan. Peluru biasa sudah tidak mampu menghadang Bang Pitung karena dikabarkan Abang kita ini punya ilmu rawa rontek. Di antara superhero fiksi yang dibuat oleh Marvell dan teman-teman lainnya, kita justru memiliki superhero nyata yang membela rakyat lemah dan berani melawan penguasa yang lalim, dan inilah Bang Pitung kita.

Referensi: Alwi shahab. 2008. Hari-hari akhir si Pitung. alwishahab.wordpress.com/2008/04/15/hari-hari-akhir-si-pitung/. [diakses 24 Agustus 2011].

Read More..

Jumat, 05 Agustus 2011

Membersamai anak-anak


You can learn many things from children. How much patience you have, for instance. (Franklin P. Jones)

Ada canda-tawa yang mungkin masih kita ingat di masa-masa kecil kita. Keceriaan, kejenakaan, betapa polosnya kita, semua lepas dalam kegembiraan bermain bersama, di kelas, lapangan, hingga persawahan tempat kita bermain petasan saat bulan puasa. Senyum mungkin akan tetap terselip di bibir kita ketika mengingat semua hal tersebut.

Betapa tidak, di tengah kedewasaan yang menyediakan tidak hanya kesempatan yang begitu luas akan masa depan, tetapi juga misteri akan kehidupan, ketakutan-ketakutan akan masa depan yang tidak pasti, dan ketidaktahuan akan hal-hal yang berseliweran di sekitar kita. Tanggung jawab adalah pembebanan alami yang dialami setiap anak manusia yang berniat menjadi dewasa. Menjadi tua adalah suatu keniscayaan, namun menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang sama-sama kita pahami akan konsekuensinya.

Mengingat canda-tawa lama

Sejatinya kita perlu melakukan kontemplasi secara regular, meninjau perjalanan yang sudah kita lewati, cita, target dan ambisi yang sudah atau belum tercapai, kegemilangan dan kegagalan masa lalu. Sejenak saja, kemudian kembali kita melihat hari ini dan menjangkau masa depan. Perenungan adalah salah satu cara, bagaimana kita bisa mengingat masa kecil dahulu. Adakah hangat kebahagiaan di sana atau kesusahan yang mendera-dera ? Apapun, saya yakin ada hikmah di dalamnya, meninggalkan permasalahan apakah kita sanggup memaknainya dengan hakiki atau tidak.
Keceriaan anak-anak, membersamai mereka di dalam kegembiraan yang begitu polos, merefleksikan bayangan masa lalu kita saat kanak-kanak. Begitu dekat seolah terlihat jelas bayangan-bayangan canda-tawa kita di masa lalu. Ada pertengkaran pula di dalamnya, namun kita menyaksikan dengan begitu ajaibnya mereka akan berbaikan kembali, tertawa lepas bersama lagi. Keajaiban masa kecil yang terkadang kita lupakan atau malah hilang seiring dengan hempasan waktu dan keadaan.

Refleksi kecil kita


Dan sebuah refleksi kecil kita pada akhirnya membawa kita pada masa sekarang, memberikan kita pelajaran bahwa kita pun perlu belajar dari anak-anak. Dewasa membawa kematangan dan pengetahuan akan dunia, dan kenangan masa kecil kita dapat menjadi sumber inspirasi tiada batas. Mungkin sejenak kita perlu berpikir ulang, memaknai setiap detik-detik perjalanan hidup kita. Membersamai mereka akan membuat kita kembali menemukan inspirasi untuk menjalani hidup ini dengan sepenuh hati, sepenuh senyum anak-anak yang menerima minuman segelas coklat hangat.


Read More..

Sabtu, 16 Juli 2011

Blood type test: Semudah A, B, …. O


Well, tulisan ini berawal dari sebuah pengalaman saya yang dijadikan objek uji coba untuk menvalidasi blood type test kit yang sudah kadaluarsa. Sama seperti makanan, pereaksi-pereaksi yang digunakan dalam suatu kit juga memiliki batas kadaluarsa, meskipun pereaksi-pereaksi tersebut dalam keadaan terpisah satu sama lain dalam wadah tersendiri. Namun, kemungkinan adanya zat pereaksi yang terurai setelah penyimpanan selama beberapa waktu dapat menjadikan hasil uji golongan darah menjadi tidak valid.

Pertanyaan yang mungkin muncul di benak pembaca sekalian adalah untuk apa menguji kit yang sudah kadaluarsa? Hehe.., ini berawal dari paradigma hemat agar kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk uji golongan darah di lab komersial, padahal lab sendiri ternyata bisa melakukannya. Kebetulan sekali ada seperangkat kit yang masih terbungkus rapi dan belum pernah dipakai namun sayangnya sudah kadaluarsa. Alhasil, lagi-lagi dengan berlandaskan paradigma hemat, dipakai saja kit tersebut. Nah, sebelum dicobakan ke orang yang ingin diketahui golongan darahnya, maka kita perlu menvalidasi dahulu kit tersebut dengan cara mencobakannya kepada orang yang sudah diketahui golongan darahnya, which in this term was me!. xp

Kisah A, B, dan O
Pada permukaan sel darah manusia terdapat antigen yang utamanya adalah glikoprotein (merupakan protein yang terikat molekul gula) yang kemudian disebut sebagai antigen A dan antigen B. Sistem penggolongan ABO ini dikembangkan oleh Karl Lendsteiner, seorang patologis dari Austria saat dia mengetahui adanya perbedaan reaksi yang terjadi setelah mencampurkan secara acak serum dan sel darah merah dari mahasiswa-mahasiswanya. Seperti yang bisa diduga, mereka yang bergolongan darah A hanya memiliki antigen A pada permukaan sel darah merahnya, golongan darah B hanya memiliki antigen B, golongan darah AB memiliki antigen A dan B, serta golongan darah O tidak memiliki antigen A dan B. Bagaimanapun juga, tubuh kita akan membentuk antibodi terhadap antigen yang kita tidak miliki. Sehingga, mereka yang bergolongan darah A akan menghasilkan antibodi anti-B yang menyebabkan mereka tidak bisa menerima transfusi darah dari orang bergolongan darah B, dan begitu pula sebaliknya. Sisanya, golongan darah O akan menghasilkan antibodi anti-A dan antibodi anti-B sedangkan para pemilik golongan darah AB dapat menerima transfusi darah dari semua golongan darah karena tidak memiliki antibodi anti-A dan anti-B.

Eksekusi…
Back to lab, dan setelah perlengkap tersedia, pereaksi anti-A, anti-B, anti-AB, dan anti-D (ini disebut juga anti-rhesus), kapas, alkohol, jarum steril, serta kartu golongan darah; eksekusi kemudian dilaksanakan. Caranya mudah anda tinggal menusukan jarum ke salah satu jari dengan cepat dan tanpa ragu-ragu, dengan pengecualian ibu jari dan jari kelingking (kalo saya tidak salah) tidak boleh digunakan karena kedua jari tersebut tidak dilewati oleh saluran getah bening. Tsk…. (saya tidak tahu sebenarnya bagaimana penulisan efek suara jari ditusuk), darah kemudian keluar dan diteteskan ke atas empat kotak yang tercetak di kartu golongan darah. Penting bagi mereka yang diperiksa darahnya untuk bersikap tenang dan rileks agar darah dapat keluar dengan mudah. Tentunya tenang saja, rasa sakitnya hanya sekejap saja. Darah yang telah berada di atas kartu golongan darah diratakan sedikit dan diteteskan reagen sesuai dengan keterangan yang ada di bawah gambar kotak. Lalu digoyang-goyang pelan untuk meratakan reaksi yang terjadi kemudian lihat hasilnya. Sebagai tambahan, hasil positif dinyatakan dengan terjadinya penggumpalan darah (aglutinasi).

Mereka yang bergolongan A
Pada kotak anti-A menunjukkan penggumpalan, kotak anti-B tidak ada penggumpalan, kotak anti-AB menunjukkan penggumpalan juga.
Mereka yang bergolongan B
Pada kotak anti-A tidak menunjukkan penggumpalan, kotak anti-B ada penggumpalan, kotak anti-AB menunjukkan penggumpalan juga.
Mereka yang bergolongan AB
Pada kotak anti-A menunjukkan penggumpalan, kotak anti-B juga ada penggumpalan, begitu pula dengan kotak anti-AB.
Mereka yang bergolongan O
Pada kotak anti-A tidak menunjukkan penggumpalan, kotak anti-B juga tidak ada penggumpalan, begitu pula kotak anti-AB.
Serta rhesus
Mereka yang memiliki rhesus positif akan terlihat adanya penggumpalan pada kotak anti-D dan begitu sebaliknya.

Setelah diperiksa jangan lupa untuk menutupi luka tusukan dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol. Sayang sekali, karena uji yang saya jalani gratis tis tis tis sehingga tidak ada roti apalagi mie, :p (memang bukan transfusi darah juga yaa..). Dan hasilnya, ternyata kit kadaluarsa itu masih dapat dipakai, terbukti setelah menghasilkan kesimpulan yang tepat dari golongan darah saya yaitu B.




(diolah dari berbagai referensi)

ps. Bagi mereka yang penasaran, isi pereaksi adalah komponen reaktif dari antibodi monoklonal yang spesifik terhadap antigen-A atau antigen-B. Antibodi monoklonal ini berasal dari immunoglobulin kelas IgM. Antibodi ini diencerkan dalam bovine albumin, etilendiamin tetraasetat (EDTA), dan sebagai pewarna, Patent Blue (Anti-A) atau Tartrazin (Anti-B).


Read More..

Minggu, 19 Juni 2011

Steps in Tokyo #5 : Last Day

“To love is to risk not being loved in return. To hope is to risk pain. To try is to risk failure, but risk must be taken because the greatest hazard in life is to risk nothing.” (Anonymouos)

14 Juni 2011
Hari ini adalah hari terakhir kami berada di Tokyo. Sarapan singkat di Hotel, kami beranjak ke stasiun Roppongi pukul 07.30. Rencana hari ini kami akan berangkat ke Narita dengan naik kereta. Dari stasiun Roppongi kami menuju stasiun Hibya, selanjutnya berjalan kaki sebentar menuju stasiun Yurakucho. Dari stasiun ini kami naik Tokyo-JR dan menuju stasiun Nippori. Dari Nippori inilah kami selanjutnya akan menaiki Narita Skyliner, kereta shinkansen yang terkenal itu. Berbeda dengan stasiun pada umumnya, stasiun tempat pemberangkatan Skyliner memang terlihat lebih bagus dari stasiun pada umumnya. Di stasiun ini ternyata kami bertemu dengan Dini dan Ajeng, dan berangkat bersama menuju Narita.




Bandara adalah tempat terakhir jika anda ingin membeli souvenir sebelum pulang ke tempat asal. Harga di sini ternyata tidak berbeda dengan harga jika kita membeli di tempat lain. Karena biasanya harga-harga barang yang ada di bandara pasti lebih mahal dibandingkan dengan harga pada umumnya. Jadi sebenarnya, jika anda ingin membeli souvenir cukup beli di bandara Narita saja, cukup lengkap dengan harga yang tidak berbeda dengan harga pada umumnya. Tempat terakhir untuk saat ini, dan kaki ini kembali melangkah masuk ke pesawat Garuda GA885.

“Merantaulah ke negeri orang, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan”. Kata-kata tersebut ada pada buku Ranah 3 Warna yang saya baca selama di Pesawat. Sebuah kata-kata dari Imam Syafi’i, begitu memotivasi untuk bisa mencari ilmu hingga ke negeri jauh.

“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.”


Kembali saya bulatkan tekad, tujuan sudah ditentukan, visi sudah terlihat, maka segenap energi akan dikerahkan untuk mencapainya. Berjuang, ganbareba dekiru! (berjuanglah, pasti bisa!).


Read More..

Steps in Tokyo #4 : Tokyo Trip !!

“The World is a book, and those who do not travel read only a page.” (St. Augustine)

13 Juni 2011
Sarapan ngebut, kami langsung menuju stasiun Roppongi agar tidak terlambat sampai di Shibuya. Dengan membeli one day ticket1 kereta Metro, kami menuju Aoyama-itchome, kemudian berpindah jalur menuju Shibuya. Stasiun ini sangat ramai oleh warga Jepang yang akan beraktivitas hari ini. Berkumpul di sini, dan kami yang ikut adalah saya, Lestian, Ega, Dini, Ajeng, dan mba Sri. Ancha akan menyusul ikut setelah ikut kuliah terlebih dahulu. Sayangnya Surani terhambat keretanya karena ada orang yang melakukan jujitsu2 dengan menabrakkan diri ke kereta, sehingga pada akhirnya jadwal kereta menjadi terhambat. Alhasil, beliau tidak jadi ikut rombongan kami keliling Tokyo.

Sebelum berangkat, kami mempersenjatai diri terlebih dahulu dengan membeli onigiri3 sebagai bekal perjalanan. Pemandu kami hari ini adalah Ega, exchange student dari FK Hewan UGM, saat ini berada di Saga University. Diawali dengan membeli one day ticket kereta Tokyo-JR, seharga 750 yen, kami bergerak menuju stasiun Tokyo. Di sini kami menuju lokasi pertama yaitu Tokyo Imperial Palace. Sebelum sampai di Istana Kekaisaran, kami melewati Wadakura Fountain Park, sebuah taman yang didirikan untuk memperingati pernikahan kaisar Akihito dan permaisuri Michiko. Banyak obyek menarik pada taman ini, dan tentunya spot untuk foto-foto.




Istana dan Onigiri

Istana kekaisaran Tokyo merupakan tempat tinggal utama keluarga kerajaan, terletak di daerah Chiyoda, Istana ini terdiri dari beberapa bangunan, seperti istana utama (kyuden), kediaman keluarga kerajaan, taman-taman, serta pusat administrasi. Istana ini memiliki beberapa pintu gerbang, namun sayangnya saat kami berada di sana, tidak dapat masuk ke dalam. Di sepanjang pinggiran jalan Istana kami menemukan jejeran pohon sakura yang sedang tidak berbunga saat ini. Setelah itu kami beristirahat sebentar sambil menikmati onigiri yang kami bawa. Berjalan keliling sebentar, kemudian kami kembali ke stasiun Tokyo dan menuju Ueno, untuk melihat-lihat pasar yang ada di sana.




Akiba : Japan’s Mangga Dua

Di Ueno kami sempatkan untuk makan siang di kedai kebab orang Turki. Setelah kenyang makan, kami bergerak mencari mushola, dan sampailah pada Assalam Masjid. Di sepanjang perjalanan, kami menemukan kuil dengan taman di depannya. Banyak burung merpati jinak yang berkeliaran di taman tersebut. Setelah shalat, kami menuju Akihabara, pusat penjualan elektronik yang ada di Tokyo.

Di sini, kami sempat mencari beberapa souvenir yang menarik untuk dibawa pulang, dengan kisaran harga 300 yen ke atas. Ancha akhirnya menyusul kami tiba di Akiba, pusat perbelanjaan elektronik yang ada di Akihabara. Kemudian ancha mengajak kami untuk ke Laoks, salah satu tempat penjualan souvenir juga, namun agak lebih lengkap dari yang ada di Akiba. Kasir di Laoks, ternyata orang Indonesia, dan kami sempat mengobrol sebentar dengan beliau. Setelah puas berbelanja dan melihat-lihat, kami melanjutkan perjalanan menuju Harajuku.




Harajuku’s style: the lost identity

Harajuku merupakan salah satu pusat fashion terkemuka di Jepang. Di sini tujuan kami adalah Daishi shop, Toko 100 yen-an, menjual berbagai macam barang seharga sekitar 105 yen. Tidak banyak hal spesiel di Harajuku pada hari ini, karena bukan hari weekend, yang biasanya banyak para anak muda Jepang berdandan ‘aneh-aneh’.
Well, meskipun demikian, beberapa pelajaran menarik yang bisa saya dapat di sini. Mudah sekali kita menyimpulkan bahwa arus budaya barat tertanam kuat di sini. Saya pikir gaya hidup seperti ini bukanlah asli kultur masyarakat Jepang. Dengan segala moderinitas di sana-sini, saya melihat kekeringan aspek spritualitas. Tingginya angka bunuh diri menjadi salah satu tanda, tekanan hidup yang tinggi hanyalah sebuah pemicu namun dibalik semua itu, penilaian hidup hanya berdasarkan materi semata membuat orang kurang dapat menghargai hidup itu sendiri. Ada identitas yang hilang dari para pemuda Jepang di sini. Entahlah, tapi saya tidak dapat melihat kultur Asia khas Jepang di sini.
Jalan di Harajuku

Tokyo Tower dan Tempura4

Dari sini kami berpisar dengan rombongan perempuannya, karena mereka sudah ke menara Tokyo sebelumnya. Kami bertiga, Saya, Ancha, dan Lestian menuju menara Tokyo yang terkenal itu. Sampai di sana, matahari sudah mulai menggantung rendah di ufuk barat. Kami sempatkan foto-foto sebentar kemudian kembali lagi ke stasiun. Malam ini Ancha berniat mentraktir kami tempura di daerah Shinjuku. Setelah shalat di mushola dekat lokasi, kami bergerak menuju restoran yang dituju. Di sini kami bertemu dengan seorang mahasiswa asal Indonesia dan memutuskan untuk makan bersama. Jujur saja, satu porsi tempura tidak lah sedikit, kami menghabiskannya dengan sangat kenyang.

Hari ini diakhiri dengan kaki pegal-pegal dan perut kenyang. Kami berterima kasih kepada Ancha yang sudah mentraktir kami. Kembali menaiki kereta dan berpisah di stasiun Tochomae, saya berkata suatu saat nanti, saya lah yang akan mentraktirnya di sini. Ini adalah harapan dan cita, suatu saat nanti saya akan merantau ke negeri orang, tidak berdiam diri di negeri sendiri.





Catatan-catatan:
1) one day ticket merupakan satu tiket khusus dimana kita bisa menggunakannya berulang kali dalam satu hari itu untuk berkeliling Tokyo.
2) jujitsu atau bunuh diri, terdapat kepercayaan bahwa mereka yang bunuh diri dengan menabrakan diri ke kereta biasanya memiliki masalah keluarga, karena pihak keluarga nantinya harus membayar ganti rugi akibat terganggunya jadwal kereta karena peristiwa bunuh diri tersebut.
3) onigiri merupaka makanan khas Jepang berupa nasi yang dipadatkan sewaktu masih hangat, berbentuk segiriga, bulat, atau seperti karung beras. Onigiri biasa dilapisi dengan rumput laut dan berisi ikan salmon panggang atau Umeboshi
4) tempura adalah makanan khas Jepang berupa makanan laut atau sayur-sayuran yang dicelup pada adonan berupa tepung dan digoreng hingga renyah.


Read More..

Steps in Tokyo #3 : Closing remarks

“Opportunity follows struggle. It follows effort. It follows hard work. It doesn't come before.” (Shelby Steele).

12 Juni 2011
Hari ketiga di Tokyo dan rencana hari ini adalah kami berkunjung ke tempat mas Aisar terlebih dahulu di Yokohama. Dengan ditemani syafiq, ini adalah pengalaman pertama menjelajah kota Tokyo dengan kereta. Berangkat dari hotel pukul 06.00, kami tidak menyempatkan diri untuk sarapan di hotel terlebih dahulu. Berjalan kembali di sepanjang Tokyo Midtown, ada saja objek menarik untuk difoto atau untuk foto-foto, daerah ini memang dipenuhi bangunan dengan konsep artistik. Saya terkesima dengan jalan yang bersih dari sampah dan cuaca yang sejuk. Menuju stasiun subway Roppongi, saya tidak melihat adanya jejeran parkiran motor, namun sepeda yang dirantai rapi pemiliknya di sepanjang pagar jalan.

Menaiki Metro Subway dengan ongkos 170 yen, kami bergerak menuju stasiun Daimon untuk pindah jalur ke Asakusa line. Anda jangan membayangkan kereta di sana sama dengan kereta di Indonesia, tentu saja berbeda jauh. Bersih, tepat waktu, dan tidak ada pengamen atau orang yang berjualan. Dari Daimon menuju Sengakuji, pindah kereta menaiki Tokyo-JR. Bergerak terus, walaupun sempat salah kereta karena menaiki kereta yang berhenti di setiap stasiun, kami melaju ke arah Yokohama, tepatnya berhenti di stasiun Kamiooka. Salah satu keuntungan naik kereta di sini adalah kita bisa bayar karcis kereta belakangan. Pada awalnya ketika sudah membeli tiket terlebih dahulu di mesin tiket untuk tujuan tertentu, namun ternyata kita mau menuju tempat yang lebih jauh lagi, kita bisa membayar kelebihan jarak di stasiun tujuan lewat mesin fare adjustment. Kita tinggal memasukkan tiketnya, kemudian mesin tersebut akan menghitung berapa ongkos yang kita ‘hutang’, dan tinggal bayar. Baru kita bisa keluar dari stasiun, kemudian dari sini kami menaiki bus menuju tempat mas Aisar.

Bus di sini benar berbeda dari ada yang di Jakarta, bukan saja masalah harus berhenti di tempat yang sudah diharuskan, tapi juga posisi tempat duduknya yang berbeda. Anda tidak akan menemukan kondektur di sini, setiap penumpang harus bayar terlebih dahulu di awal pada mesin yang ada di samping supir bus. Untuk berhenti di tempat pemberhentian selanjutnya, kita cukup menekan tombol yang ada di samping tempat duduk. Setelah berhenti di tempat tujuan, kami berjalan sebentar menuju losmen mas Aisar.




Presentation again !?

Beristirahat sebentar di tempat mas Aisar, kami mendapat kabar, bahwa saya dan Lestian dijadwalkan presentasi lagi, namun kali ini di depan peserta lainnya di auditorium Tokyo Institute of Technology. Diawali dengan makan pagi dulu di salah satu restoran cepat saji, kami kembali menaiki kereta menuju Ookayama. Sesampainya di sana, kami mengikuti terlebih dahulu plenary session dengan pembicara Dr. Khairul Anwar dan salah seorang pembicara dari ITB. Sebuah pesan menarik dari Dr. Khairul Anwar, bahwa bagaimana, kita mahasiswa khususnya di Indonesia, bisa berpikiran terbuka dan tidak terkungkung hanya pada ruang kelas semata, beliau berucap, “think what you get from your 4 years; think whether your thesis can change the world, and corporate with others”. Bahwa memang orang-orang besar berpikir besar, melihat jauh ke depan, melangkah keluar dari zonanya, to think out of the box, di luar sekitarnya.

Break, dan kami akan presentasi setelah break makan dan sholat. Kali ini diawali oleh Lestian terlebih dahulu baru setelah itu saya. Maju dengan rasa percaya diri, itu adalah modal awal, karena bagaimana bisa menang jika sudah kalah lebih dahulu di luar arena. Di depan podium, saya tatap lurus-lurus audiens yang hadir, dan mulai mempresentasikan proposal saya. Walaupun kadang tersendat, namun saya tetap melaju hingga akhir slide. Sesi tanya jawab pun saya hadapi, dengan beberapa pertanyaan dari audiens, to think that I can speak in front of these people, bagi saya hal ini adalah sebuah langkah awal untuk maju, bergerak, berjuang mencapai cita. Struggle will be never end guys, karena kita memiliki visi besar, ini bukan tentang pencapaian diri sendiri, ini tentang membangun masyarakat, juga peradaban.




Wups, dan dilanjutkan dengan special session mengenai Tsunami, menghadirkan Prof. Takaki Naoyuki –jika saya tidak salah lihat di jadwal- berbicara mengenai kondisi di Fukushima, dan Dr. Dinar, berbicara mengenai assessment bencana tsunami. Setelahnya ada workshop dari FLP Jepang, mengenai penulisan. Ada juga bedah buku La Tahzan for Student, buku yang menarik, terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan studi di Jepang, karena berisi mengenai cerita perjuangan para mahasiswa Indonesia yang berjuang di bumi sakura ini. Selanjutnya ada bang Shofwan, yang berbicara mengenai menulis, sebelum menulis itu dilarang.


Waaa,dan saya bertemu kembali rekan seperjuangan di Farmasi dahulu, Ancha. Lama tidak melihatnya, tidak banyak berubah, mukanya masih mirip dengan Eros Sheila on 7, namun hanya rambutnya saja yang gondrong. Berbicara banyak, ngalor ngidur, lumayan mengobati kerinduan, halah. Acara pun berakhir, begitupula rangkaian tiga hari acara AMSTECS 2011 ini.




Ikan-ikan mentah

Kami berdiskusi untuk rencana keliling Tokyo esok hari dengan sesama peserta dari Indonesia. Kata sepakat diucapkan dan kami akan berkumpul di depan stasiun Shibuya besok, tepatnya di pintu gerbang Hachiko. Malam ini, saya dan beberapa kawan dari ITB, Lestian, Syafiq dan Anton, berencana mencari warung sushi yang murah meriah. Sayang sekali Ancha tidak bisa ikut karena pukul 22.00 harus sudah kembali ke asramanya.

Berangkat dari stasiun Ookayama, kami menuju Jiyagaoka. Setelah sempat berputar-putar sebentar, kami akhirnya menemukan warung yang dimaksud. Mengambil menu yang seharga 136 yen sepiring, berisi dua potong sushi. Enak, benar-benar enak, saya menghabiskan tiga porsi piring sushi dengan jenis ikan yang berbeda-beda. Meskipun demikian, saya agak tidak menyukai rasa wasabi1, dengan sensasi menggigit lidah.

Perut sudah cukup kenyang dan saya kembali pulang ke Hotel. Istirahat untuk perjalanan seru esok harinya, a Tokyo trip.





Catatan-catatan:
1) Wasabi, Eutrema japonica, merupakan tanaman asli khas Jepang, yang berasal dari suku kubi-kubisan. Wasabi memiliki rasa yang menyengat dan biasa dimakan bersama irisan ikan segar.



Read More..

Steps in Tokyo #2 : Fullday

“All the world is a laboratory to the inquiring mind.” (Martin H. Fischer)

11 Juni 2011
Subuh dimulai pukul 02.30, dan memang pagi sekali karena pukul 05.00 saja matahari sudah berjaya menerangi jalan-jalan di Tokyo. Namun aktivitas di sini nampaknya baru dimulai sekitar pukul 07.30, dan saya memulai hari dengan sarapan nasi dan telur orek, tidak berani menyentuh daging karena berasal dari daging babi. Jadwal acara hari ini dipenuhi oleh parallel session pada beberapa kelas dengan tema yang berbeda-beda. Dengan melihat jadwal yang diberikan oleh panitia sebelumnya, maka saya beranjak menuju kelas dengan tema medicine and medicinal science. Datang terlambat, dan hanya sempat mendengarkan sedikit presentasi tentang infusi dari biji srikaya sebagai antivirus influenza. Bahasan yang menarik, namun sayang tidak mengikuti dari awal, semoga bisa dilihat di proceedings acara ini. Presentasi selanjutnya agak tidak nyambung dari tema kelas ini, yaitu mengenai materi komposit yang dipakai pada badan pesawat. I don’t really get it, but after all saya menangkap konsep menarik bahwa ketika kita menemukan perulangan dari suatu polimer atau yang sejenisnya maka kita bisa mengkarakterisasi seluruh bagiannya cukup dengan satu bagian saja dengan asumsi bahwa bagian-bagian penyusun bahan tersebut adalah serupa.

Berlanjut ke plenary session dengan MC bang Ikono, ah ya, saya baru pertama kali bertemu dengan beliau, setelah sebelumnya hanya sempat berinteraksi lewat facebook atau twitter. Moderator hari ini adalah mas Fithra dengan menghadirkan 4 pembicara. Pembicara pertama adalah Rektor ITB, Prof. Akhmaloka, yang berbicara mengenai ITB dalam mewujudkan konsep world class university berkebangsaan. Kemudian ada Pak Nurdin Sobari dari Fakultas Ekonomi UI, Bu Niken dari RRI dan Pak Andika Fajar dari Kementerian Ristek. Sesi ini diakhiri dengan penandatanganan MoU antara pihak PPI Jepang dengan RRI mengenai kerja sama penyiaran berita-berita dari Jepang. Dan kemudian kita makan.




Acara kembali dimulai dengan plenary session yand dipandu oleh Dr. Chairul Anwar, dengan menghadirkan dua pembicara yaitu Gubernur Bangka Belitong dan Dr. Djoko dari PLN. Masing-masing berbicara dengan tema besar nuclear power plant, dan bagaimana posisinya di tanah air tercinta ini. Setelah itu break sholat dan acara dilanjutkan dengan parallel session kembali. Kembali saya menuju kelas medicinal and medicine science dan food and biology. Presentasi menarik dengan pembahasan yang beragam dari beberapa participants, mba Sara wardhani, bang Ikono, Toni, dan beberapa lagi yang saya lupa, tenang saja karena bisa dilihat di proceedings-nya, hehe... Parallel session ini berlangsung hingga maghrib dan acara kemali diakhiri dengan bento.
Sebelum pulang, saya sempatkan dahulu untuk berdiskusi dengan mba Sara, yang ternyata adalah alumni Farmasi UI angkatan 2000, saat ini sedang studi S3 nya di University of Tokyo. Cukup panjang diskusi mulai dari presentasi ilmiah hingga karakter para mahasiswa di Indonesia. Ya, beliau berkata bahwa selama ini kita yang mengandalkan diktat untuk mendapatkan nilai, akan kesulitan nantinya jika akan melanjutkan belajar ke negeri orang. Bahwa, kita seharusnya terbuka dan tidak terkungkung pada dunia kelas saja, beliau bahkan bersedia diajak diskusi oleh mahasiswa farmasi UI mengenai farmakologi dan fitokimia. Beliau menyarankan saya untuk bisa membentuk kelompok studi agar bisa meng-update ilmu kita. Dan saya sampaikan ucapan terima kasih, serta berjanji akan mengontak beliau selanjutnya. Perbincangan ternyata berakhir cukup lama yang mengakibatkan dua orang teman saya lama menunggu. Gomennasai guys.

Malam ini syafiq berencana menginap di hotel kami, karena keesokan harinya kita akan berkunjung ke rumah mas Aisar di Yokohama. Pada awalnya hendak mencari makan di luar malam ini, namun sepertinya rasa lelah cukup menyergap kami sehingga langsung saja menuju tempat tidur di kamar hotel.


Read More..

Steps in Tokyo #1: Tapak pertama di Bumi Sakura

“If we’re growing, we’re always going to be out of comfort zone” (John Maxwell)

10 Juni 2011
Narita, here we comes. Tujuh jam kurang lebih saya beradadi udara dengan menaiki pesawat Garuda GA884 tujuan Tokyo. Setelah sebelumnya bertemu dengan salah satu dari dua yang diundang ke Tokyo, Lestian, tepat saat check in pesawat. Jika anda menemukan seorang pemuda sendirian, seumuran mahasiswa dan menaiki pesawat yang sama maka anda akan mudah menyimpulkan bahwa pemuda tersebut adalah teman setujuan. Dan benar saja, ketika akan memasuki pesawat, kami menemukan satu lagi mahasiswa yang menjadi peserta AMSTECS, mahasiswa UI berasal dari Palembang bernama Surya.

Bandara Narita, berlokasi di Narita, merupakan salah satu dari dua bandara utama di Jepang, selain bandara Haneda. Bandara Narita memiliki dua terminal yang dihubungkan dengan shuttle bus dan kereta. Penerbangan Garuda kami mendarat di terminal dua kurang lebih pukul 09.00 waktu Tokyo. Penumpang tidak langsung masuk ke main building (honkan) bandara Narita, namun masuk ke satellite building terlebih dahulu. Kedua bangunan dihubungkan oleh terminal 2 shuttle system, berupa kereta monorel tanpa masinis. Terlihat pada dinding kereta terdapat tulisan yang berisi permohonan maaf mengenai lampu di dalam kereta karena adanya penghematan listrik. Hal ini memang terjadi setelah bencana di Fukushima. Kehilangan reaktor nuklir tentu mengakibatkan berkurangnya pasokan energi bagi Jepang, mengingat negara ini tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Setelah melalui proses disembarkasi, kami disambut oleh dua mas-mas panitia, yaitu mas Fithra dan mas Aisar. Bersama dengan rombongan dari RRI Jakarta, kami berangkat dengan menaiki Airport Limousine Bus dengan fare sebesar 3000 yen menuju Hotel Prince Park Tower Tokyo. Meskipun harus membayar sendiri dahulu, uang kami diganti setelahnya. Selama perjalanan, memang terlihat perbedaan mencolok dengan jalan di Ibu Kota Indonesia. Jalan lengang dan tak banyak mobil dengan pemandangan menarik di sisi kiri dan kanan. Satu hal lagi yang saya perhatikan adalah saya tidak menemukan motor di Jalanan Tokyo. Kalaupun ada, hanya sedikit motor matic yang lalu lalang atau motor gede sekalian. Sekelas motor-motor bebek di Indonesia, anda akan putus asa mencarinya. Sampai di Hotel Prince Park Tower Tokyo kami menaiki taksi menuju tempat penginapan kami yang sebenarnya di Hotel Asia Center Japan,daerah Roppongi. Hal yang menarik bahwa taksi di Jepang dilengkapi dengan GPS, berupa peta digital dan juga dilengkapi dengan semacam buku penunjuk jalan sebagai senjata penjawab tujuan penumpang oleh para supir taksi. Taksi di sana cukup mahal karena ongkos awalnya saja sudah sebesar kurang lebih 710 yen.





Such a Sudden Presentation

Tiba di hotel, langsung saja saya rebahkan badan ini di kasur empuk hotel. Namun, tidak bisa berlama-lama karena pukul 14.00, kami harus berangkat lagi ke lokasi acara di GRIPS (National Graduate Institute for Policy Studies). Setelah rapi-rapi hingga pukul 14.30, dan ternyata kami tertinggal dari rombongan RRI yang kebetulan menginap pada hotel yang sama. Beruntung, ada mas Aisar yang datang dan mentraktir kami bento1 yang dibeli di FamilyMart2.

Kurang lebih 5-10 menit berjalan dari Hotel, kami tiba di TKP, yang bersebelahan dengan National Art Museum. Langsung menuju meja registrasi dan saya tidak menemukan nama saya di daftar participant. Masya Allah, malah saya menemukan nama saya berada di list invited speaker. Memang status saya dan Lestian adalah undangan karena berhasil sebagai dua besar SINNOVA, namun tidak menyangka saja menjadi masuk dalam list invited speaker. Memasuki hall utama GRIPS, tengah berlangsung plenary session dengan pemateri dari seorang professor asal India, Prof. Dr. Govindan Parayil, dan Prof. Dr. Sunami Atsushi, associate professor dari GRIPS yang masing-masing berbicara dengan tema besar sistem inovasi.

Di tengah presentasi berlangsung, tiba-tiba seorang panitia, mas Abdurrohman, memberitahu kami untuk bersiap presentasi proposal penelitian kami di depan reviewer di tempat yang berbeda. Jreeeng, waw, langsung saja saudara-saudara, tanpa berpikir macam-macam, dengan persiapan singkat, saya, the lucky number one, menuju ruangan yang digunakan penilaian presentasi proposal SINNOVA kami. Presentasi singkat di depan tiga reviewer yang ternyata dari Indonesia, mengingatkan kembali pada seminar hasil penelitian 4 hari sebelumnya. Bermodalkan bahasa Inggris yang cukup pas-pasan, terabas saja semua tantangan yang ada. Bismillah, Allah bersama orang-orang yang sabar.

Indonesia Culture Night

Mengangkat tema “with love for Japan”, acara malam ini diisi dengan persembahan seni budaya Indonesia dan juga sebagai ajang charity untuk korban bencana tsunami kemarin. Diawali dengan tarian Bali, dibawakan dengan anggun oleh mahasiswa asal Indonesia yang studi di Jepang. Kemudian dilanjutkan lagu, Mahadewi dan Kuyakin Cinta sebagai pemanasan awal acara berikutnya. Kemudian ada pertunjukan Tari Piring yang dibawakan oleh mahasiswa asal Indonesia dan pertunjukan pencak silat yang menariknya, tidak hanya dibawakan oleh orang Indonesia, tetapi juga orang asing yang ikut belajar pencak silat. Acara akhirnya ditutup dengan sesi foto bersama peserta yang hadir saat itu.
[foto-foto]
Begitulah, dan hari pertama diakhiri dengan santapan malam, berupa bento. Oh iya, hari pertama ini saya berkenalan dengan anak-anak ITB, yaitu syafiq, surani, dan ega, hopefully I can meet you again guys. Dan berjalan lagi di sepanjang Tokyo Midtown, menuju Hotel.





Catatan-catatan:
1. Bento merupakan semacam nasi kotak di Indonesia. Biasanya bento berisi nasi, ikan atau daging, dan beberapa potong sayuran.
2. FamilyMart merupakan supermarket franchise yang ada di Jepang, dan termasuk tiga besar toko franchise yang ada di Jepang, selain 7-Eleven, dan Lawson. FamilyMart biasa disebut ‘Famima’ atau ‘Famirimato’ oleh orang Jepang.



Read More..

Sabtu, 18 Juni 2011

Steps in Tokyo #0: SebelumMuka


“Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari” (Hasan Al Banna)

Berapa kenyataan sains hari ini ternyata berawal dari imajinasi para penemunya. Anda tahu ponsel hari ini berawal dari sebuah film yang menciptakan versi imajinasi telepon tanpa kabel dan bisa dibawa kemanapun. Kita juga mengenal Wright bersaudara, di masanya benda non burung sudah tervonis tidak akan pernah bisa terbang. Meskipun demikian, duo bersaudara tersebut tetap bermimpi besar, dan kita selanjutnya melihat bagaimana seorang tukang sepeda menjadi penerbang pertama.

Ini adalah salah satu catatan perjalanan saya, tidak terlalu istimewa, namun saya senang saja menuliskannya. Mungkin akan ada ilmu yang bisa diambil, ada hikmah yang bisa digali. Bagaimanapun juga benar perkataan Ali bin Ab Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menulis”. Dan peradaban besar selalu dimulai dari kultur menulis para pembangunnya, karena dengannya peradaban besar tetap terjaga, juga terwariskan ke generasi selanjutnya.

Saya pun memiliki mimpi untuk merantau ke negeri orang, mengenal berbagai macam kultur, mengambil jalan-jalan yang belum pernah ditapaki sebelumnya. Well, catatan ini dan beberapa seri ke depannya, bukan tentang kisah saya merantau ke negeri orang, belum, hal tersebut belum tercapai. Tetapi kisah ini menjadi catatan berharga dalam kehidupan, bahwa sekecil apapun langkah kita, tetaplah melangkah maju karena setiap perjalanan panjang selalu dimulai dari sebuah langkah.

Cerita di awal mula

Jujur saja, sebenarnya saya tidak tertarik dengan kompetisi itu, call for proposal Student Innovation Award (SINNOVA)1, karena tidak menjanjikan hibah penelitian bagi para pemenangnya. Tetapi, setelah diajak oleh teman, saya pun akhirnya tetap mengirimkan proposal riset saya.

Jeng, jeng, jeng.. Setelah satu bulan berlalu dan pengumuman 50 proposal terbaik pun muncul. Saat itu sedang mengecek wall di facebook, “selamat ya gam, menang di SINNOVA”. Langsung saja, tanpa basa-basi, kursor mengarah membuka situs SINNOVA, dan jeng, jeng, jeng, memang ada nama saya di antara dua besar. Allahu akbar adalah kata pertama yang terucap. Namun, kemudian sayang sekali, kita semua berduka, bencana itu melanda Jepang. Keberangkatan pun diundur hingga dua bulan. Tidak mengapa, karena fokus kita adalah penelitian tugas akhir.

Dan begitulah, saya diundang untuk presentasi di Jepang pada acara AMSTECS (Annual Meeting for Science and Technology Studies)2 2011. Pengalaman menarik dan semoga diberkahi Allah swt. Aamiin


Catatan-catatan:

1) SINNOVA merupakan bagian dari acara AMSTECS yang bertujuan untuk mengumpulkan proposal-porposal riset terbaik dari mahasiswa-mahasiswa undergraduate di Indonesia, selanjutnya dinilai menjadi 50 proposal terbaik. Dua proposal riset terbaik diundang ke acara AMSTECS untuk dipresentasikan pada acara tersebut.

2) AMSTECS merupakan acara tahunan yang diadakan oleh PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Jepang pada bidang sains dan teknologi.




Read More..

Sabtu, 07 Mei 2011

Hey, dia yang berjilbab biru


Hai, dia yang berjilbab biru
dimana engkau?
ketika kami terlelap di kasur empuk kami
saat keamanan menghanyutkan kami
mungkinkah di antara letusan-letusan?
atau di jalan sekolahmu yang ditutup orang-orang biadab?

sedang apa engkau?
saat kami bersenda gurau, riang bersama keluarga dan sahabat
mungkin kau mencemaskan ayahmu,
atau saudara laki-lakimu yang belum pulang

Hey, dia yang berjilbab biru
tak takutkah engkau dengan tank-tank besar itu
moncong-moncong senapan
wajah-wajah garang

kau tantang mereka
dengan batu-batu kerikil mu
melayang-layang menyerbu
gagah berani melawan angkara

wahai dia yang berjilbab biru
kami dengar di sana, hufadz dilahirkan di antara desingan peluru
kau sendiri, sudah berapa banyak?
ah 1 atau 2, mungkin terlalu sedikit
10 atau 20, ya kau membuat kami menunduk malu

Ya, dia yang berjilbab biru!
darahmu segar mewarnai tanah cintamu
kau jemput kenikmatan hidup dengan syahidmu
dan langitpun syahdu
sementara kami,

Maafkan, dia yang berjilbab biru
kami sibuk dengan warna-warni duniawi
antara tidak tahu dan tak mau tahu
kami biayai mereka yang meremuk-redamkan kampungmu

Ajari kami, dia yang berjilbab biru
tentang keberanianmu
tentang rasa pantang menyerah
tentang cinta sebenarnya kepada Ilahi Robbi

"Aku kencang berlari
Biar kuhadang dengan apa yang kupunya
Hunus saja tubuh ini
Biar kusyahid itu mati yang mulia
Barisan kami Pemuda Palestina"

(Edcoustic-Pemuda Palestina)


Read More..

Kamis, 28 April 2011

Generasi Al Qur’an Istimewa

Generasi Awal Istimewa
Tak pernah dipungkiri bahwa generasi teristimewa yang pernah ada di muka bumi ini hidup pada masa-masa awal perkembangan Islam. Generasi ini tidak pernah muncul lagi sesudahnya walaupun ada pribadi-pribadi yang memiliki kualitas yang sama dengan generasi ini, namun tetap saja kualitas yang muncul tersebut bersifat individual bukan dalam sebuah generasi.
Pegangan para generasi ini pun masih dimiliki oleh generasi sekarang, Al Quran dan perkataan, perbuatan, serta persetujuan dari Nabi Muhammad saw. Dengan jaminan dari Allah, pegangan ini tetap terjaga keasliannya sampai sekarang sehingga Al Quran dan As Sunah yang kita pegang saat ini adalah sama dengan yang dipegang generasi itu. Perbedaannya hanya mereka hidup bersama Muhammad saw, sedangkan generasi sekarang tidak. Namun jika hal ini menjadi alasan kemunduran generasi sekarang dibanding generasi itu maka niscaya Islam tidak akan pernah bertahan hingga saat ini, dan Allah sudah menjamin kelangsungan agama ini hingga hari akhir.
Kemudian apa yang berbeda dari generasi awal ini ? Jika melihat lebih dalam lagi, ada beberapa hal asasi yang dapat menjadi jawaban:

Al Quran adalah satu-satunya referensi hidup
Generasi awal hanya mengambil Al Quran sebagai sumber panduan mereka dalam setiap langkah dan gerak. Hal ini bukanlah karena pada zaman tersebut tidak memiliki peradaban, kebudayaan, atau ilmu pengetahuan, padahal zaman tersebut sudah ada kerajaan besar Persia, Yunani dan sebagainya. Di sekeliling semenanjung Arab, budaya Nasrani dan Yahudi sudah mewarnai sejak lama. Namun sudah ter-planning dengan baik bagaimana Muhammad saw membina para sahabatnya sehingga bisa terlepas total dari budaya-budaya jahiliyah.
Kesimpulannya adalah Muhammad saw mengarahkan pembinaannya agar referensi dari proses pembinaan tersebut hanya sumber orisinil Ilahi, yaitu Al Qur’an. Muhammad saw bertujuan membentuk suatu generasi yang bersih hatinya, bersih pemikirannya, murni hatinya dan lurus jalan hdupnya. Maka terbentuklah sebuah generasi gemilang yang pernah tercatat sejarah.

Al Quran untuk hidup
Generasi luar biasa ini mendekatkan diri dengan Al Quran bukanlah untuk menambah ilmu, bahan bacaan, atau pelipur lara. Bukanlah hanya semata-mata menambah isi pikiran dan dada, namun hakikat utamanya adalah memasukkan Al Quran dalam hidup mereka, urusan pribadi mereka, urusan masyarakat mereka. Dan tidaklah mereka menambah hafalannya kecuali sudah melakasanakan apa yang sudah dihafal sebelumnya. Perasaan belajar untuk melaksanakan ini lah yang membuat Al Quran sudah menginfiltrasi kehidupan mereka, menjadi daging dan darah mereka, hadir dalam setiap tarikan dan hembusan nafas.
Perasaan belajar untuk melaksanakan ini lah yang melahirkan generasi Qur’ani, mereka yang bukan hanya menjadikan Al Qur’an menjadi tempat kajian atau pelipur lara semata, tetapi juga menjadikan arahan Ilahi masuk dalam setiap gerak-gerik langkah hidup mereka.



Pemisahan penuh Jahiliyah dan Islamiyah
Faktor lain yang perlu dicatat adalah mereka, para generasi awal Islam, sudah meninggalkan secara menyeluruh kehidupan jahiliyah mereka dan memeluk cahaya Islam secara kaffah. Mereka sudah memisahkan adat dan kebiasaan jahilliyah dari dalam diri mereka dan hanya menjadikan Islam sebagai satu-satunya sikap hidup. Mereka mencurahkan segala hidup mereka dalam kehidupan Islam. Mereka menjadikan Islam untuk hidup mereka.

Untuk kita di zaman sekarang
Berbagai inflitrasi budaya-budaya jahiliyiah sudah memporak-porandakan masyarakat Islam. Masyarakat Islam bahkan sudah diserang pemikirannya sejak dini melalui berbagai macam media sehingga, pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Al Quran bermunculan dari kalangan Islam sendiri. Di tengah kepungan kebudayaan jahiliyah ini, masyarakat Islam harus kembali kepada referensi utamanya Al Quran dan As Sunnah.
Tugas kitalah untuk tersadar mencabut segala akar-akar jahiliyah dari diri-diri kita, dari keluarga kita, dari masyarakat kita. Kita harus mengenal diri kita, menyadari jalan yang harus ditempuh untuk keluar dari suasana jahiliyah seperti para generasi awal ini. Wallahu’alam

Pustaka:
Sayyid Quthb. Ma’aalim fi Ath Thoriq


Read More..