Rabu, 13 November 2013

Hari ketika hujan tidak lagi romantis

Dear Amellia, sahabat ku tersayang.

Bagaimana kabarmu di negeri seberang Mel? Sudahkah berhasil melakukan hal yang kau impi-impikan jika berhasil menjejakkan di negeri empat musim, mencicipi rasa benda putih-putih dingin yang kau sebut salju itu? Aku dengar setiap akhir tahun benda putih-putih dingin itu turun dari langit, seperti hujan yang sering turun di kampung kita.

Amellia yang baik,

Aku dengar hari-hari ini, hujan sudah tidak lagi romantis. Ah, aku tahu kau pasti tak kan percaya. Akan tetapi aku mendengar orang-orang meracau demikian. Paling tidak, seperti itu kata orang-orang kota di sebelah barat kampung kita. Hujan tidak lagi membawa romantisme, seperti dahulu saat kita kecil, menadahkan tangan kita, menangkap air hujan yang turun melewati genting rumah kita yang reyot. Hujan hari ini hanya membawa air, teramat banyak bahkan. Menggenangi rumah-rumah besar bertingkat yang sering kita lihat di TV hitam-putih milik kepala kampung itu. Sampai-sampai hampir aku tidak percaya, biasanya kan alam juga pilih-pilih menimpakan kesusahan. Ternyata orang-orang kaya itu juga ditimpa bencana, hampir tergelak aku tertawa.

Amellia, sahabatku berpipi tembem,

Aku harap kau tidak kurus kering-kempot di sana. Aku tahu sedari dulu kau tidak pernah membiarkan makanan nganggur. Aku harap mereka memberikanmu banyak makanan di sana. Kau tahu Mel, hujan sudah tidak mau lagi membawa rindu, mereka hanya membawa angin besar dan gemuruh di sudut-sudut langit. Apa kau juga melihatnya di TV? Tetangga kita di timur laut sana yang merasakannya. Aku melihatnya, mereka berkata hal yang sama, hujan tidak mau lagi menyampaikan rindu seseorang pada kekasihnya. Mereka hanya membawa kemarahan ibu bumi, angin yang ribut ditambah gemuruh kilat, hal tersebut pastilah memekakkan telinga semua orang. Orang-orang bilang ibu bumi murka karena manusia membuang kotoran mereka ke langit-langitnya, menggelapkan bahkan di siang terik. Mengotori langit yang memberikanmu dulu pelangi Mel, iya, sekarang kau mungkin tidak bisa melihat lengkung warna-warni langit lagi. Semua sudah tertutup debu-debu hitam yang menyesakkan napas.

Amellia yang manis,

Aku mulai setuju bahwa hari-hari ini hujan sudah tidak lagi romantis. Tetapi ada orang sepertimu yang tetap bersikeras tidak setuju dan senang merayakan rindunya bersama hujan. Aku tahu, seperti mu juga, mereka sebenarnya tahu, mereka merayakannya selagi hujan masih mengantarkan rindu mereka ke orang-orang yang mereka kasihi. Sebelum hujan tidak membawa lagi apa-apa, seperti waktu itu Mel, kau ingat? Hari itu hujan tidak membawa apa-apa, tidak romantisme atau rindu, bahkan tidak pula kebencian. Hari itu hujan hanya membawa air saja, bersama angin dan kilat-kilat yang bergemuruh marah. Dan setelahnya, aku melihat kampung kita dengan leluasa Mel, tidak ada lagi rumah-rumah reyot yang berdiri padat-padat di dalamnya. Hujan saat itu membawa pergi romantisme kita Mel, aku tidak melihat apa-apa lagi, selain mayat-mayat yang berceceran di sudut-sudut puing rumah-rumah reyot dan adikmu, yang menangis sesenggukan, memeluk tubuhmu yang mulai dingin membiru.




Read More..