Sabtu, 18 Juni 2011

Steps in Tokyo #0: SebelumMuka


“Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari” (Hasan Al Banna)

Berapa kenyataan sains hari ini ternyata berawal dari imajinasi para penemunya. Anda tahu ponsel hari ini berawal dari sebuah film yang menciptakan versi imajinasi telepon tanpa kabel dan bisa dibawa kemanapun. Kita juga mengenal Wright bersaudara, di masanya benda non burung sudah tervonis tidak akan pernah bisa terbang. Meskipun demikian, duo bersaudara tersebut tetap bermimpi besar, dan kita selanjutnya melihat bagaimana seorang tukang sepeda menjadi penerbang pertama.

Ini adalah salah satu catatan perjalanan saya, tidak terlalu istimewa, namun saya senang saja menuliskannya. Mungkin akan ada ilmu yang bisa diambil, ada hikmah yang bisa digali. Bagaimanapun juga benar perkataan Ali bin Ab Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menulis”. Dan peradaban besar selalu dimulai dari kultur menulis para pembangunnya, karena dengannya peradaban besar tetap terjaga, juga terwariskan ke generasi selanjutnya.

Saya pun memiliki mimpi untuk merantau ke negeri orang, mengenal berbagai macam kultur, mengambil jalan-jalan yang belum pernah ditapaki sebelumnya. Well, catatan ini dan beberapa seri ke depannya, bukan tentang kisah saya merantau ke negeri orang, belum, hal tersebut belum tercapai. Tetapi kisah ini menjadi catatan berharga dalam kehidupan, bahwa sekecil apapun langkah kita, tetaplah melangkah maju karena setiap perjalanan panjang selalu dimulai dari sebuah langkah.

Cerita di awal mula

Jujur saja, sebenarnya saya tidak tertarik dengan kompetisi itu, call for proposal Student Innovation Award (SINNOVA)1, karena tidak menjanjikan hibah penelitian bagi para pemenangnya. Tetapi, setelah diajak oleh teman, saya pun akhirnya tetap mengirimkan proposal riset saya.

Jeng, jeng, jeng.. Setelah satu bulan berlalu dan pengumuman 50 proposal terbaik pun muncul. Saat itu sedang mengecek wall di facebook, “selamat ya gam, menang di SINNOVA”. Langsung saja, tanpa basa-basi, kursor mengarah membuka situs SINNOVA, dan jeng, jeng, jeng, memang ada nama saya di antara dua besar. Allahu akbar adalah kata pertama yang terucap. Namun, kemudian sayang sekali, kita semua berduka, bencana itu melanda Jepang. Keberangkatan pun diundur hingga dua bulan. Tidak mengapa, karena fokus kita adalah penelitian tugas akhir.

Dan begitulah, saya diundang untuk presentasi di Jepang pada acara AMSTECS (Annual Meeting for Science and Technology Studies)2 2011. Pengalaman menarik dan semoga diberkahi Allah swt. Aamiin


Catatan-catatan:

1) SINNOVA merupakan bagian dari acara AMSTECS yang bertujuan untuk mengumpulkan proposal-porposal riset terbaik dari mahasiswa-mahasiswa undergraduate di Indonesia, selanjutnya dinilai menjadi 50 proposal terbaik. Dua proposal riset terbaik diundang ke acara AMSTECS untuk dipresentasikan pada acara tersebut.

2) AMSTECS merupakan acara tahunan yang diadakan oleh PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Jepang pada bidang sains dan teknologi.




2 komentar: