Jumat, 28 Desember 2012

As Simple as...

(sumber: fanpop.com)
Life is as simple as if you’re strong you’ll survive yet if you’re weak you’ll die. The survival of the fittest.

Seleksi alam (natural selection) menjadi topik hangat dalam dunia evolusi mahluk hidup sejak diusulkan oleh Darwin pada abad ke-19. Jika teori evolusi adalah sebuah mobil maka seleksi alam merupakan mesinnya. Apa yang kemudian diusulkan oleh Darwin merupakan hasil pengamatannya di Pulau Galapagos, tempat bersemayam hewan-hewan langka dan menakjubkan. Tetapi, saat ini kita tidak akan berbicara mengenai evolusi, karena pertama saya bukan ahli dalam bidang ini, kedua saya keberatan dengan hipotesis kera adalah nenek moyang manusia. Jadi kita pinggirkan dahulu teori evolusi dalam perdebatan-hingga-akhir-zaman. Mari kita berbicara mengenai ide universal di alam semesta, mau tidak mau, anda akan dibuat setuju dengannya.

Ada sebuah prinsip universal yang terjadi di dunia ini, dari hutan rimba di pedalaman Kalimantan yang mulai menghilang hingga di kantor eksekutif papan atas. Seleksi alam, memegang prinsip siapa yang paling dapat beradaptasi dengan lingkungannya, maka dialah yang paling bertahan. Kau yang kuat bertahan terhadap tantangan kehidupan akan selamat, hidup, dan melanjutkan generasi. Sementara mereka yang tak sanggup menanggung beban perubahan akan terkikis, tersingkir dari arena kehidupan.

Hidup memilih siapa yang pantas untuk melanjutkan hidup, maka buktikanlah bahwa kau cukup berharga untuk hidup. Kita diseleksi setiap hari, setiap detik-menit-jam kita bernapas melalui ujian dalam berbagai bentuk. Hal yang menjadi pertanyaan utama adalah apakah kita lulus? Ujian mengingatkan kita bahwa mereka yang tak bisa mencapai batas minimum kelulusan akan gagal. Ada ambang yang tercipta di dalam sebuah seleksi dan menjadi keharusan kita untuk melewati ambang tersebut.

Bersyukurlah kita dilahirkan sebagai manusia. Kau tahu? Manusia memiliki keterbatasan besar dalam menundukkan lingkungan secara langsung. Kita tidak memiliki penglihatan dan pendengar setajam serigala atau cakar yang dengannya dapat melumpuhkan makanan. Kita tak pernah sekuat gajah atau banteng atau badak sehingga dapat menerjang segala sesuatu dengan mudah. Tetapi manusia diwarisi gumpalan massa seperti gel di dalam rongga tengkorak mereka, otak. Kemampuan manusia untuk belajar dari kejadian masa lalu, mengolahnya, kemudian membuat hal baru atau memprediksi masa depan berdasarkan pengalaman tersebut merupakan kekuatan mahadasyat. Kecerdasan manusia adalah sumber kekuatan terbesar. Dengannya manusia menjadi mahluk yang paling mungkin lolos dalam upacara seleksi alam. Manusia merekayasa apapun, alat-alat sehingga kita dapat menciptakan peradaban, benda-benda sehingga kita dapat menundukkan darat, laut, dan udara, bahkan merekayasa kebenaran untuk berbagai kepentingan. The survival of the fittest, kecerdasan manusia membuatnya paling cakap dalam beradaptasi dengan kehidupan.

Is that bad to be weak?
Sayangnya, jawaban dari pertanyaan di atas adalah ‘Ya’. Tak pernah diragukan lagi, mereka yang lemah akan tersingkir dari percaturan hidup. Bapak-ibu penjual yang digusur misalnya, kelemahan akan kekuasan membuat mereka menjadi tak berdaya menghadapi penguasa. Tidak ada kekuatan menawar, mereka akhirnya tergusur tanpa sempat melawan atau melawan dengan sedikit. Pada kenyataanya kau harus kuat untuk bisa bahagia. Kuat mengatasi kesengsaran akan membawa bahagia, begitu pula kau harus kuat dalam berbahagia. Mereka yang tidak kuat berbahagia bisa jadi merupakan penghuni di salah satu kamar rumah sakit jiwa. Senang, sedih, susah, galau, nelangsa harus dihadapi dengan kuat atau kau akan menjadi lemah, tersingkir, dan tak berdaya.

Kuat bukanlah soal kekuasaan, kekuatan, kelebihan, apapun itu. Kita berbicara mengenai adaptasi, kekuatan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Maka selalu ada kesempatan bagi si lemah untuk bertransformasi menjadi kuat. Adaptasi, si lemah yang mampu beradaptasi sehingga bisa selamat pada dasarnya tidaklah lemah, karena dia sanggup menjawab tantangan kondisi. Apa-apa yang kau sebut sebagai membantu orang lemah pun dapat menjadikan mereka kuat dan bertahan. Bahkan Tuhan pun turut campur tangan dalam menguatkan orang-orang lemah. Secara substansial, siapapun yang lemah akan tersingkir kemudian mati dan yang kuat akan bertahan dan melanjutkan generasi. Jangan pernah berpikir hanya sekedar hidup seadanya, citakanlah untuk menjadi berkecukupan sehingga paling tidak kau akan berpikir untuk terus maju. Fokuslah ke target tertinggi bukan ke batas terendah.


Read More..

Kamis, 29 November 2012

Termakna Subhanallah dan Masya Allah

(sumber gambar: proumedia.com)

Nampaknya terdapat pergeseran pemaknaan ungkapan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Berikut sedikit uraiannya dari ust. Salim A. Fillah,

Ada dua hal yang mengikatnya, tuntunan Qur’an-Sunnah dan kebiasaan dalam bahasa Arab. Al Qur’an menuturkan bahwa subhanallah digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tidak pantas. “Mahasuci Allah dari mempunyai anak, dari apa yang mereka sifatkan, mereka persekutukan, dsb”, Ayat-ayat berkomposisi seperti ini sangatlah banyak. Selain itu, subhanallah juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikan semacam syirik (Qs. Saba: 40-41), dihinakannya Allah tersebab kita (Qs. Yusuf: 108), dan sebagainya.

Bukankah ada juga pe-Mahasuci-an Allah dalam hal menakjubkan? Uniknya, Al Qur’an menuturnya dengan kata ganti kedua (Qs. Ali Imran: 191) atau kata ganti ketiga yang tak langsung menyebut Asma Allah (Qs. Al Israa: 1). Ia juga terpakai pada me-Mahasuci-kan Allah dalam menyaksikan bencana dan mengakui kezaliman diri (Qs. Al Qalam: 29) serta menolak fitnah keji yang menimpa saudara (Qs. An-Nuur: 16).

“Kami apabila berjalan naik membaca takbir, dan apabila berjalan turun membaca tasbih.” (HR. Bukhari, dari Jabir). Pada hadist ini “subhanallah” diletakkan dalam makna ‘turun’ dan bukannya ‘naik’. Sesuai dengan kebiasaan orang dalam bahasa Arab, secara umum subhanallah digunakan untuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas Allah swt dilekatkan padanya. Kesimpulannya, zikir tasbih secara umum adalah utama sebab ia adalah zikir semua mahluk dan tertempat di waktu utama pagi dan petang. Adapun dalam ucapan sehari-hari, mari membiasakannya sebagai pe-Mahasuci-an Allah atas hal yang memang tak pantas bagi keagungan-Nya.

Bagaimana dengan masya Allah? Qs. Al Kahfi ayat 39 memberikan kita contoh; ia diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah, berupa kebun subur menghijau jelang panen, anak-anak yang ceria menggemaskan dan harta yang banyak. Kalimat lengkapnya, Masya Allah la quwwata illa billaah; pada kalimat kedua menegaskan lagi: tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan Allah. Pun demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab, mereka mengucapkan masya Allah pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan. Simpulannya, masya Allah adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah, dan memang hal indah itu dicinta dan dikehendaki oleh Allah.

Demi ketepatan makna keagungan-Nya dan menghindari kesalahpahaman, mari membiasakan mengucap “subhanallah” dan “masya Allah” seperti seharusnya. Membiasakan bertutur sesuai makna pada bahasa asli, insya Allah lebih tepat dan bermakna. Tercontoh orang Indonesia bisa senyum gembira padahal sedang dimaki. Misalnya dengan kalimat, “Allaahu yahdik!” Arti harfiahnya, “Semoga Allah memberi hidayah padamu!” Bagus bukan? Tetapi untuk diketahui bahwa makna kiasan dari “Allaahu yahdik!” adalah “Dasar gebleg!” Jadi, mari belajar tanpa henti dan tak usah memaki.

(disarikan dari Menyimak Kicau Merajut Makna oleh Salim A. Fillah)



Read More..

Minggu, 11 November 2012

Cinta Merah Saga

(sumber gambar: fineartamerica.com)
Topik ini sepertinya tidak ada habisnya, Cinta. Menderas bagai air bah, mengalun lembut seringan angin sore, menggelora senyala api, menguatkan setabah bumi. Cinta, seribu penulis telah membahas topik ini pada seribu cerita, kisah, catatan, bahkan darah-darah yang mengalir atas nama cinta. Cinta, kamu dan aku membahasnya tak jemu jua, seringkali berulang hingga terpatri di ingatan kata sakti tentangnya. Selalu saja ada cita rasa baru, ada sudut pandang baru, ada kisah baru setiap kali mengulangnya, melafadzkannya lembut dalam setiap perasaan insan.

Maka biarlah aku, kali ini, membahasnya untukku dan untukmu.

Cinta harusnya pertemuan jiwa-jiwa, persambungan pikiran-pikiran, perangkulan ego-ego. Di dalamnya setiap insan memahami bahwa beda tidak perlu menjadi sengketa. Karena beda bisa jadi penambal lubang-lubang kelemahan, jika tidak, maka memahamkan dan memaafkan sudahlah cukup. Tidak ada insan sempurna yang lepas dari kesalahan.

Cinta seharusnya menumbuh-mengembangkan segala potensi yang ada. Para pecinta sejati tidak mengungkung yang dicintainya atas nama kepemilikan. Maka cinta menjadi penyalanya, pemantik setiap potensi diri, memanusiakan manusia, menjadi manusia yang sebaik-baiknya manusia, insan kamil. Maka setiap pembelajarannya adalah cinta, dan bersama-sama kita belajar menjadi lebih baik. Para pecinta sejati tidak membiarkan yang dicintainya terjebak dalam kenaifan ‘menjadi diri sendiri’. Kesempatan menjadi pribadi yang lebih baik selalu ada, ‘menjadi diri sendiri’ jika itu berarti tidak mengambil kesempatan untuk menjadi diri yang lebih baik tidaklah berguna. Karena cinta menumbuh-mengembangkan potensi diri, dia bersama bertumbuh dan berkembang dalam jiwa-jiwa para pecinta pembelajar yang senantiasa mengasah diri, menjadi lebih baik.

Cinta adalah tentang pekerjaan memberi, maka hanya orang-orang kuat dan memiliki yang bisa mencintai. Cinta adalah pekerjaan orang-orang kuat, konsisten memberi bukanlah hal ringan yang bisa dilakukan sepanjang hayat. Para pecinta bukan berarti tidak menerima, bisa jadi suatu keniscayaan, tetapi hal itu hanyalah suatu akibat. Fokus para pecinta sejati adalah memberi, dengan segala daya menumbuh-kembangkan yang dicintai. ”Para pecinta sejati tidak suka berjanji,” tulis Anis Matta, “tetapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Janji menerbitkan harapan, tetapi pemberian melahirkan kepercayaan.” Maka menjadi seorang ibu adalah pekerjaan perempuan-perempuan kuat sepanjang zaman, bukan pekerjaan sampingan para wanita karir. Cinta mereka adalah tentang memberi segala daya, menumbuh-mengembangkan, merawat, dan melindungi. Oleh karenanya bagi seorang laki-laki kewajiban terhadap ibu lebih didahulukan dari kewajiban kepada istri.

Cinta seharusnya memuliakan, cinta memuliakan para pecinta dan bukan merendahkannya. Sebaik-baiknya laki-laki adalah yang paling memuliakan perempuan. Maka laki-laki yang mengumbar janji cinta atas perempuan, namun tidak menikahinya adalah omong kosong besar. Cinta itu memuliakan, maka pernikahan memuliakan laki-laki dan perempuan dalam naungan cinta. Para pecinta sejati tak mengumbar janji, begitu mereka memutuskan untuk mencinta, mereka memilih jalan kesunyian untuk bekerja mewujudkan rencana memberi. Mereka bersiap diri hingga sampai waktunya tiba dan cinta akan menyambutnya dalam keberkahan dan naungan cinta ilahi.

Cinta berbicara tentang keberanian jua pengorbanan. Dari Ali, pemuda cerdas yang disebut sebagai pintu ilmunya Rasulullah, kita belajar. Adalah Fatimah, seorang gadis yang memunculkan debaran dalam jiwa pemuda Ali . Sudah dua sahabat utama Rasulullah, Abu Bakar dan Umar, yang ditolak pinangannya. Dia merelakan dua kali, ketika sahabat utama Rasulullah hendak melamar Fatimah. “Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?” Sahabat-sahabat Anshar menyemangatinya, “kami merasa engkaulah yang baginda maksud.” Maka Ali mengambil satu dari dua pilihan cinta, keberanian. Sangat memalukan meminta Fatimah menunggu hingga dirinya siap dan menikahinya. Tidak bagi Ali, maka cinta adalah tentang mengambil kesempatan yang ini keberanian atau merelakan yang ini pengorbanan. “Ahlan wasahlan,” jawab Rasulullah dan Ali mendapat tidak hanya satu (ahlan) tetapi bahkan dua (wasahlan) yang berarti persetujuan. Dan dari keberanian cinta lahirlah energi besar tanggung jawab. Dan kita semua tahu, Ali tidak memulai pernikahannya dari nol, tetapi minus. Dengan rumah yang tadinya hendak dihadiahkan oleh sahabat-sahabatnya, tetapi Rasulullah memintanya untuk mencicil dan ini berarti hutang. Di jalan para pecinta sejati, cinta bertemu dengan tanggung jawab. Ali memperlihatkannya kepada kita, energi besar tanggung jawab lahir dari cinta dan kita bisa menengok rumah tangga surgawi dari sepasang Ali-Fatimah.

Cinta itu merah saga, menggerakan jiwa-jiwa untuk berbuat, menggelorakan semangat-semangat untuk bekerja. Maka cinta adalah energi jiwa, menghimpunkan segala daya, menyalakan gairah dalam rasa. Cinta bukanlah merah jambu, lenye-lenye, melemahkan jiwa dengan angan panjang, memanjakan rasa dengan senang semu. Cinta itu merah saga, sekencang angin membadai, sederas banjir menerjang, bergelora bak api menyala-nyala. Tapi kemudian ia menjadi tenang, sehangat dekapan ibu, selembut semilir angin, seteguh pijakan bumi. Maka cinta adalah sebuah kata kerja, membangun peradaban manusia, meninggikannya hingga menggapai surga.

Ada dua pilihan ketika bertemu cinta,
jatuh cinta dan bangun cinta
Padamu aku memilih yang kedua
Agar cinta kita menjadi istana,
tinggi menggapai surga
(Salim A. Fillah)


___
Beberapa inspirasi tentang cinta:
Anis Matta. Serial cinta.
Salim A. Fillah. Jalan cinta para pejuang.


Read More..

Minggu, 04 November 2012

The Ulysses Contract

(sumber gambar: bywayofbeauty.com)
Ulysses atau juga dikenal dengan nama Odysseus dalam mitologi Yunani merupakan salah satu dari tiga penasihat Raja Ithaca. Ulysses adalah seorang ahli strategi dan merupakan tokoh utama dibalik kemenangan Perang Trojan. Strateginya menggunakan bangunan kayu yang berbentuk kuda untuk memasukkan tentara Yunani ke dalam benteng kerajaan Troy membuahkan kemenangan yang gemilang dan tercatat dalam berbagai naskah. Setelah berhasil memenangkan Perang Trojan yang menyejarah tersebut, Ulysses berlayar kembali ke kampung halaman di Pulau Ithaca. Di tengah perjalanan, Ulysses tersadar dia akan melawati Pulau Sirenum scopuli, tempat sesosok mahluk mitologi yunani bernama Siren hidup. Siren dikisahkan merupakan seekor putri duyung atau wanita yang memiliki sayap seperti burung yang memiliki suara merdu, memikat siapa saja yang mendengarnya. Setiap pelaut yang tanpa sengaja mendengar nyanyiannya akan terhanyut dengan godaan yang demikian kuat untuk datang menuju Siren dan menghempaskan kapal mereka ke karang mematikan di sekeliling pulau, menenggelamkan semua orang di kapal. Semua pelaut yang tahu trik mematikan ini, akan menutup kuping mereka dengan segala cara agar tidak mendengar nyanyian Siren. Namun, bagi Ulysses ini merupakan kesempatan langka untuk mendengarkan nyanyian Siren. Mengetahui akibat yang diterimanya jika mendengar nanyian Siren, Ulysses membuat sebuah rencana. Dia sadar bahwa dirinya akan menjadi gila saat mendengar nyanyian tersebut dan akan memerintahkan awak kapal untuk menuju karang. Maka, Ulysses memerintahkan awaknya untuk mengikatnya di tiang kapal dan tidak mengindahkan perintahnya saat melewati Pulau Sirenum scopuli. Dia membuat perintah dengan jelas untuk tidak mendengarkannya dan melepaskan ikatannya hingga mereka telah melewati Pulau. Awaknya sendiri diperintahkan untuk menutupi telinga mereka dengan lilin (beeswax) sehingga mereka tidak akan mendengar nyanyian Siren. Ulysses mengikat dirinya di masa depan (saat mendengar nyanyian Siren) dengan perjanjian (antara ia dengan awaknya) di masa sekarang (sebelum melewati pulau).

Keputusan hari ini yang mengikat kita di masa yang akan datang ini dikenal sebagai Ulysses contract, perjanjian Ulysses. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat sebagai kontrak kerja atau perjanjian-perjanjian yang kita buat dengan orang lain yang akan berkaitan langsung dengan kita. Tetapi sadar atau tidak, kita sehari-hari sering membuat perjanjian Ulysses, bukan kepada orang lain melainkan kepada diri kita sendiri. Bayangkan anda sedang menjalani diet ketat untuk mengurangi berat badan. Akan tetapi, sebuah kue coklat nikmat nan menggoda disajikan kepada anda secara gratis. Apa yang terjadi pada diri anda? Sebuah pertarungan di otak. Di satu sisi otak anda berkata anda sedang dalam diet ketat dan jangan memakannya, namun di sisi lainnya otak anda menginginkannya, sebuah kue coklat nikmat nan menggoda dan gratis! Kebanyakan dari kita akan bernegosiasi dengan ‘diri kita yang lainnya’. “Kamu akan memakan kue ini, namun kamu harus berjanji untuk pergi ke gym besok!” Ya kita telah membuat perjanjian dengan diri kita sendiri.

Selalu ada dua sisi atau lebih dari satu diri kita. Ada yang bilang sebagai sisi baik-buruk atau rasional-emosional, dan lain sebagainya. Salah satu pendekatan terhadap perilaku berpikir manusia adalah pikiran kita merupakan sebuah sistem multi-partai dimana setiap partai di dalamnya dapat saling bertolak belakang ataupun berfungsi tumpang-tindih. Ketika memikirkan suatu keputusan yang akan diambil, otak kita membuat berbagai simulasi-simulasi konsekuensi akan keputusan-keputusan yang ada dan ini memunculkan debat di dalam otak kita mengenai keputusan yang terbaik yang akan diambil. Inilah salah satu yang kemudian membuat kecerdasan manusia menjadi sangat istimewa. Kecerdasan kita memikirkan solusi-solusi dalam jumlah yang tidak terbatas sehingga memungkinkan kita untuk melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Kecerdasan kita bukanlah memikirkan satu cara terbaik untuk memecahkan suatu masalah, namun membuat beragam solusi sehingga kita bisa memecahkan suatu masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien. Pendekatan multi-partai ini menjelaskan mengapa ada manusia yang tetap dapat berpikir atau berfungsi dengan baik walau setelah mengalami kerusakan otak. Sistem multi-partai memungkinkan fungsi otak yang hilang karena kerusakan tersebut diambil alih oleh bagian otak lainnya. Hal ini menjadikan kecerdasan kita sangat tangguh.

Kembali ke perjanjian Ulysses, ungkapan ini sering dipakai dalam dunia medis terutama pada kasus-kasus penyakit mental, misal skizofrenia. Saat pasien dalam keadaan normal, pihak medis akan membuat kontrak dengan pasien untuk disetujui diberikan penanganan medis ketika kekambuhan (relaps) terjadi di masa datang. Bisa kita bayangkan untuk pasien skizofrenia, ketika terjadi relaps, pasien akan sulit untuk mengambil keputusan. Kondisi perjanjian Ulysses juga sering terjadi dimana anda membiarkan orang lain mengambil keputusan untuk anda di masa depan. Seperti kasus pasien di rumah sakit yang mengalami trauma hebat, kehilangan keluarga atau orang yang dicinta, dimana pasien tersebut meminta untuk menghentikan segala perawatan dan meminta dirinya dimatikan saja dengan overdosis morfin. Tentunya kasus seperti ini akan dibawa ke komisi etik dan biasanya keputusan mereka adalah tidak membiarkan pasien mati karena pada masa datang pasien dapat saja menemukan jalan untuk mengatasi emosinya dan mendapatkan kembali kebahagiaan. Seperti Ulysses dan awaknya, kita bisa bergantung pada pandangan orang lain saat rasionalitas kita tidak dapat berpikir dengan jernih.


Bacaan yang ingin tahu lebih banyak:
Eagleman, David. Incognito: The secret of the living brain


Read More..

Sabtu, 06 Oktober 2012

The Umwelt and the Umgebung

sumber gambar: forum.grasscity.com
In 1670, Blaise Pascal noted with awe that “man is equally incapable of seeing nothingness which he emerges and the infinity which he is engulfed.” Pascal recognized that we spend our lives on a thin slice between unimaginably small scales of the atoms that compose us and the infinitely large scales of galaxies. (David Eagleman in Incognito)

Faktanya kita, manusia, adalah organisme dengan keterbatasan yang sangat luas; tidak berbeda dari organisme lainnya di muka bumi, hanya saja manusia memiliki kelebihan-kelebihan dibanding mereka. Terlepas dari intelegensi dan kemampuan manusia untuk bertahan hidup sehingga menjadikannya sebagai organisme yang mendominasi, manusia dibatasi oleh kondisi biologisnya. Baiklah, kita semua, manusia pada umumnya, melihat dunia dalam warna-warni yang memikat. Berbeda dari hampir semua hewan yang tidak melihat banyak warna yang sama dengan kita. Kita melihat dunia dan percaya bahwa hal-hal yang kita lihat merupakan suatu realitas objektif tentang ‘dunia di luar sana’. Pada bagian belakan mata, kita memiliki tiga jenis reseptor yang terspesialisasi dan teroptimalisasi untuk menangkap radiasi gelombang elektromagnetik yang memantul dari suatu benda yang kemudian kita sebut sebagai cahaya tampak. Ketika para reseptor menangkap radiasi ini, mereka akan melepaskan sinyal-sinyal ke dalam otak yang selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang kita sebut sebagai penglihatan (visual). Tetapi sayangnya, hanya sepersekian dari spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh tiga jenis reseptor ini yang berarti sisa dari spektrum elektromagnetik ini, dari berbagai gelombang yang membawa sinyal TV atau telepon genggam hingga sinar X dan sinar gamma, terlewat begitu saja tanpa kita sadari. Ya, sains kemudian maju melangkah jauh sehingga kita menciptakan alat yang dapat ‘melihat’ apa yang tidak bisa kita lihat. Tidak perlu berbicara mengenai dunia mikroba yang tidak bisa kita lihat atau semesta nun jauh di sana yang tidak bisa kita jangkau, pada tataran skala dunia kita berdiri, realitas objektif mengenai ‘dunia’ sekitar yang kita yakini, pada realitanya tidak objektif. Kita memiliki kekurangan dalam ‘melihat’ dunia sekitar kita (realitas yang lebih besar) secara utuh.

Sebuah konsep kemudian diperkenalkan oleh seorang biologis Jerman, Jakob von Uexkull, setelah ia menyadari adanya perbedaan dari hewan-hewan pada suatu ekosistem yang sama dalam menangkap sinyal atau tanda dari lingkungan mereka. Dia berpendapat ada dua bagian di dunia ini: bagian yang kita bisa lihat atau rasakan yang dikenal sebagai the umwelt (lingkungan atau dunia sekeliling kita) dan realitas yang lebih besar yang dia sebut sebagai the umgebung. Setiap dari kita, setiap organisme di bumi memiliki umwelt-nya yang kemudian dipersepsikan sebagai realitas objektif mengenai ‘dunia di sekeliling’-nya. Pernahkan anda bertanya, bagaimana rasanya, bagaimana dunia orang yang terlahir buta (congenitally blind)? Apakah itu dunia yang gelap atau sesuatu seperti ketiadaan? Ternyata tidak seperti yang kita kira, perasaan adanya kegelapan atau ‘penglihatan yang hilang’ tidak dirasakan oleh mereka. Oleh karena mereka tidak memiliki indera pengelihatan sedari awal, mereka tidak merasakan adanya sesuatu yang hilang dari diri mereka, otak mereka tidak pernah menerjemahkan dunia visual sejak awal. Hal yang sama berlaku seperti mereka yang terlahir buta warna penuh atau sebagian, mereka tidak akan menyadari adanya warna yang hilang hingga mereka mengetahui bahwa orang lain dapat melihat corak yang tidak dapat mereka lihat. Pun jika anda berpikir bahwa semua warna yang dapat anda lihat merupakan suatu realitas yang sejati maka anda perlu berpikir ulang. Ada sebuah fenomena mutasi genetik yang terjadi pada paling sedikit 15% wanita dunia yang memberikan mereka satu jenis ekstra fotoreseptor di mata. Dengan empat jenis fotoreseptor ini, mereka dapat membedakan secara jelas warna yang terlihat sama oleh sebagian besar dari kita. Bahkan dalam skala diri sendiri pun, manusia memiliki keterbatasan yang besar.

Tetapi semua ini baru separuh cerita. Saya mengasumsikan para pembaca blog saya percaya akan adanya Tuhan, atau paling tidak adanya suatu kekuatan yang berada di luar kita. Konsep adanya Pencipta Maha Cerdas, bagaimanapun dikritisinya oleh paham ateisme, secara tidak langsung disadari sendiri dengan adanya konsep the bigger reality atau the umgebung. Bagaimanapun dahulu manusia percaya bahwa bumi datar dan merupakan pusat dari semesta yang menyebabkan matinya banyak pemikir cerdas. Beratus tahun kemudian kita menemukan adanya galaksi-galaksi lain selain bimasakti. Dahulu manusia percaya bahwa mahluk hidup dibuat dari unsur-unsur api, air, kayu, tanah, dan sebagainya, namun kini dengan bantuan alat-alat tertentu kita bisa menemukan adanya entititas terkecil dari atom hingga quark. Jika apa yang kita lihat belumlah tentu benar adanya maka apa yang tidak bisa kita observasi belumlah tentu benar ketidakadaanya. Iman atau percaya merupakan suatu keyakinan diri kita akan adanya kekuatan-kekuatan Maha Cerdas di luar sana yang menjadi penyambung dari segala keterbatasan kita. Meskipun tidak bisa kita observasi, seringkali kita menemukannya dalam diri dan dunia sekitar kita.

”… Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya…” (Qs. 2:255)

Bacaan menarik untuk disimak lebih lanjut:
Eagleman, D. (2011). Incognito: the secret lives of the brain. New York: Vintage Books.
Purwanto, A. (2008). Ayat-ayat semesta. Bandung: Penerbit Mizan.




Read More..

Senin, 03 September 2012

Kertas Berusia

sumber gambar: picstopin.com
Ada selembar kertas diletakkan di atas meja masa. Berdampingan dengan waktu yang dengannya hati bergemuruh.

Ada selembar kertas berisikan gambar juga coretan. Bukan lukisan, gambar sederhana saja dan coretan bercerita tentang jiwa berpautan di persimpangan takdir.

Hati mengetahui alurnya dan kisah kali ini hendak menutup usia, berakhir di ujung pertemuan dengan jumpa.

Sementara waktu hendak memeluk habis, kita berontak, berbisik, menguatkan sesama.

Sementara matahari menyelam di sana, kita berjanji untuk bersinar bersama, menangis sesenggukan, kemudian tegar berjumpa pisah.

Dan doa-doa dilantunkan, mengiring asa tentang persimpangan di jalan kehidupan.

Dan dirapikan kertas berusia, terlipat dua sama rata, diselipkan dalam amplop kecil putih bersih.

Kita melepas merpati yang mengantarkan pesan ke lapak-lapak langit, semoga Penguasanya mengabulkan.

Dan untuk cerita cinta di lembar napas. Terimakasih terimakasih

-sepenuh cinta-


Read More..

Minggu, 19 Agustus 2012

Ied Mubarak 1433H


Happy Ied Mubarak
Taqabbalallahu minna waminkum
Mohon maaf jika ada posting-posting yang kurang berkenan di hati para pembaca

Semoga semangat Ramadhan tetap terjaga untuk 11 bulan berikutnya !
Read More..

Sabtu, 18 Agustus 2012

The Umami :9

gambar: www.umamiinfo.com
"Those who pay careful attention to their tastebuds will discover in the complex flavour of asparagus, tomatoes, cheese and meat, a common and yet absolutely singular taste which cannot be called sweet, or sour, or salty, or bitter..." (Kikunae Ikeda)

Jika anda masih mengingatnya, pada pelajaran biologi di sekolah menengah, struktur dan fungsi lidah dalam pengecapan rasa terbagi menjadi empat macam. Bagian depan lidah yang berfungsi sebagai pengecap rasa manis, bagian samping kiri dan kanan yang mengecap rasa asin dan asam, serta bagian pangkal lidah yang berfungsi sebagai pengecap rasa pahit. Hal tersebut tidaklah keliru hanya saja sepertinya ada kesalahan penafsiran penelitian pada abad kesembilanbelas. Reseptor pengecap kita terdapat di tiap-tiap pucuk pengecap meskipun mungkin terdapat perbedaan kuantitas pada bagian-bagian tertentu lidah. Pada dasarnya kita dapat mengecap semua rasa pada bagian lidah manapun dengan pucuk pengecap meskipun dengan kepekaan yang berbeda-beda. Pada tingkat molekular, sensasi kita terhadap rasa diawali oleh terikatnya zat kimia (tastant) kepada molekul yang ada di reseptor pengecap. Ikatan yang terjadi ini kemudian mengaktifkan serangkaian kejadian biokimia molekular hingga berujung pada persepsi otak akan rasa.

Kita nampaknya sudah demikian familiar dengan empat jenis rasa dasar: manis, asam, asin, dan pahit. Mungkin ada rasa pedas, tetapi rasa tersebut sebenarnya merupakan sensasi terbakar (excessive heat sensation) atau teriritasi pada sel pengecap kita yang terdeteksi oleh otak (meskipun pada kenyataannya sel pengecap tidak benar-benar teriritasi) sehingga pedas bukanlah termasuk ke dalam salah satu ‘rasa dasar’. Akan tetapi jika anda masih berpegang pada pendapat ‘empat jenis rasa’ tersebut maka anda akan kesulitan bahkan gagal menjelaskan mengenai sensasi gurih pada penyedap rasa di mie instan atau di kuah kari daging yang anda santap. Sensasi ini tidak bisa anda dapatkan dengan mengombinasikan keempat rasa dasar, oleh karena itu muncullah penemuan rasa baru, rasa dasar kelima oleh peneliti Jepang, Kikunae Ikeda, yaitu umami.

Rasa dasar kelima: umami
gambar: www.corposaun.com
Pada awal penemuannya, rasa umami hadir dengan adanya sejenis asam amino,bernama glutamat. Di alam, terdapat tiga senyawa umami, monosodium glutamat (MSG) yang biasa terdapat pada penyedap rasa kita, disodium guanilat (GMP), dan disodium inosinat (IMP). Dua terakhir merupakan produk dari asam ribonukleotida (RNA). Senyawa umami ditemukan berlimpah pada berbagai macam makanan, sayuran (tomat, kentang, wortel, kedelai, dan lain-lain), makanan laut, daging, dan keju. Hal yang unik dari umami adalah rasa ini dapat diperkuat oleh kombinasi asam-asam amino tertentu. Sebagai contoh, karateristik rasa umami pada daging kepiting merupakan hasil dari kombinasi asam amino glisin, alanin, arginin, MSG, dan IMP pada rasio tertentu. Ketika konstituen umami ini dihilangkan, maka karakteristik khas rasa daging kepiting juga akan hilang.

Pada dasarnya, definisi rasa dasar (basic taste) merupakan hasil kesepakatan dari ilmuwan-ilmuwan yang terkait di bidangnya, namun konsep ini sangat berguna dan masuk akal. Terdapat empat karakteristik rasa dasar, (1) rasa dasar memiliki karakteristik yang berbeda (unik) dari rasa dasar lainnya; (2) rasa dasar tidak dapat dihasilkan dari pencampuran stimulus rasa dasar lainnya; (3) rasa dasar merupakan rasa universal yang diinduksi oleh berbagai komponen yang terdapat di dalam berbagai makanan; (4) rasa dasar harus terbukti secara elektrofisiologis, berbeda dari rasa dasar lainnya. Secara otomatis, umami telah memenuhi poin (1), (2), dan (3). Sedangkan untuk poin (4), studi oleh Kurihara dan Kashiwayanagi (2000), Nimoniya dan Funakoshi (1989), serta Baylis dan Rolls (1991) pada berbagai hewan coba (anjing, mencit, dan monyet) membuktikan bahwa umami merupakan rasa yang tersendiri dan berbeda dari rasa lainnya secara elektrofisiologis. Oleh karenanya, kesimpulan bahwa umami merupakan rasa dasar kelima adalah kuat.

Sedikit lebih dalam ke tingkat molekular
gambar: Li, et.al. (2002)
Sekarang kita akan bermain lebih dalam di dunia pengecapan, yaitu tingkat molekular. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sensasi rasa diciptakan dari ikatan antara zat rasa (tastant) dan molekul yang terdapat reseptor pengecap kita. Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuat kita menemukan berbagai produk gen yang berperan pada pengecapan rasa-rasa dasar. Kelima rasa dasar rupanya dimediasi oleh reseptor pasangan-protein G (G protein-coupled receptors). Lebih spesifik lagi, reseptor untuk umami termasuk ke dalam keluarga T1R, yaitu reseptor T1R1 dan T1R3 (kependekan dari taste receptor family 1, member 1 (dan) 3). Suatu senyawa kimia agar dapat dipersepsikan memiliki rasa umami harus dapat berikatan kepada kedua reseptor ini. Mengingat rasa dasar lain pun memiliki reseptornya masing-masing, implikasinya cukup besar bahwa perubahan struktur kimia dari suatu zat rasa dapat menyebabkan ikatan pada berbagai reseptor rasa. Meskipun demikian, nampaknya setiap rasa memiliki satu reseptor spesifik tersendiri sehingga mungkin saja suatu zat berikatan dengan reseptor manis namun menguatkan rasa gurih pada suatu makanan.

Berkaitan dengan Bertie Bott’s every flavor beans
gambar: www.hp-lexicon.org
Yap, para pembaca novel atau penonton film Harry Potter pasti tahu tentang produk jajanan terkenal ini, kacang segala rasa Bertie Bott. Pada dasarnya, sensasi rasa dari suatu makanan tidak hanya dipengaruhi oleh reseptor pengecap tetapi juga aroma yang ditangkap oleh indera pencium. Kombinasi antara aroma dan rasa membuat kita mempersepsikan suatu rasa makanan dengan tepat dan konsisten. Tentunya akan terasa aneh jika anda menjilat permen yang berbau busuk bukan ? Oleh karena itu setiap industri makanan yang menciptakan berbagai macam rasa buatan juga harus mempertimbangkan aroma yang seharusnya ditangkap oleh hidung konsumen. Kombinasi antara rasa dan aroma akan memperkuat kesan kita pada suatu makanan tertentu dan hal ini dimungkinkan mengingat pengolah rangsangan bau atau rasa bukan terletak di reseptor tetapi pada bagian otak yang sama. Oleh karena sinyal aroma juga dikirim ke sistem limbik otak, aroma-aroma tertentu dapat membangkitkan tanggapan emosional dan teringat dalam jangka waktu lama.

Kembali lagi ke kacang segala rasa Bertie Bott, sekarang peta genom manusia telah lengkap dibuat. Hal ini sangat memungkinkan bagi kita untuk mengetahui semua reseptor yang ada di lidah dan hidung yang berperan terhadap berbagai rasa dan aroma makanan. Dan dengan bantuan rekayasa genetika, kita mungkin dapat membuat kacang yang memiliki rasa dan aroma tertentu. Suatu saat, mungkin saja kita bisa pergi ke supermarket di pinggir jalan, membeli sebungkus kacang segala rasa Bertie Bott dan menemukan kacang rasa muntah di dalamnya x)

Referensi:
  1. Highfield, R. (2006). Sains Harry Potter. Jakarta: KPG.
  2. Kurihara, K. dan M. Kashiwayanagi. (2000). Physicological studies on umami taste. The Journal of Nutrition. (dapat diunduh di jn.nutrition.org)
  3. Li, X., et.al. (2002). Human receptors for sweet and umami taste. PNAS 99(7), 4692-96. (dapat diunduh di www.pnas.org)
  4. Zhang, F., et.al. (2008). Molecular mechanism for the umami taste synergism. PNAS 105(52), 20931-34 (dapat diunduh di www.pnas.org)
  5. www.umamiinfo.com
Read More..

Rabu, 18 Juli 2012

The Followership

Great leaders will not guarantee an optimal organization, but great followers will come close (Todd Nielsen).

Sebuah sesi inspirational sharing dengan CEO General Electric Indonesia, Pak Handry Satriago, membuat saya me-review kembali peran pemain-pemain utama dalam sebuah organisasi, which is its leader and followers. Kita sering mendengarnya, bahkan sudah banyak buku-buku yang membahas mengenai leadership, bagaimana anda menjadi pemimpin yang berpengaruh atau seni-seni memimpin dan mempengaruhi orang lain. Mungkin anda juga pernah mengikuti latihan-latihan kepemimpinan dari yang wajib anda ikuti ketika masuk ke sebuah organisasi hingga leadership training yang berharga jutaan rupiah. Yes, all of us are really familiar with term of leadership, yet not about followership.

Being a leader promises many great advantages, oleh karenanya posisi ini begitu diinginkan oleh kita semua. Dan bagaimana sebagian besar dari kita memandang posisi pengikut atau anak buah? Posisi tidak penting yang bekerja manut-manut mengikuti arahan pemimpin dan tidak perlu ‘macam-macam’. Banyak dari kita memandang posisi pengikut adalah posisi yang tidak penting, tidak prestige dan ‘cukup tahu’ saja. Padahal peran leader and follower selalu ada berdampingan. Dalam hirarki sebuah perusahaan saja, seorang supervisor adalah leader bagi stafnya dan follower bagi middle manager. Demikian pula dengan middle manager yang merupakan seorang follower bagi top manager dan seterusnya. Indeed, we are a follower in the very beginning.

Sekarang sudah banyak disadari betapa strategisnya peran pengikut dalam sebuah organisasi. Kehadiran pemimpin yang luar biasa memang merupakan hal yang tidak tergantikan, tetapi tanpa kehadiran pengikut yang baik tidak akan pernah ada kesuksesan yang berarti dalam suatu organisasi. Berbicara mengenai kuantitas saja, tentu lebih banyak jumlah pengikut dibanding jumlah pemimpin dalam suatu organisasi. Ingat Tahun 1998? Turunnya Presiden Soeharto adalah contoh nyata betapa besar potensi pengikut (rakyat dalam kasus 1998 ini) dalam mempengaruhi tatanan organisasi hingga mampu menurunkan pemimpinnya. Kita sekarang melihat dari sudut pandang yang berbeda, sudut pandang followers, di mana ternyata kesuksesan suatu organisasi yang dibawa oleh seorang pemimpin amat dipengaruhi oleh kualitas pengikut dan bukannya kualitas pemimpin itu sendiri.

Setiap pemimpin terbaik selalu memulai dari tingkat pengikut, paling tidak mereka pasti mengikuti atau terinspirasi pada gaya-gaya kepemimpinan orang lain. Karenannya seorang pengikut yang baik akan dengan mudah berubah menjadi seorang pemimpin yang baik. Hal yang kemudian menjadi pertanyaan adalah seperti apa pengikut yang baik. Saya tidak persis tahu, tetapi jika mengutip pendapat Pak Handry Satriago, a good follower adalah pengikut yang tidak manut-manut saja melainkan pengikut yang mau memberi pendapat/masukan bahkan berani berseberang pendapat dengan pemimpinnya demi kemajuan organisasi. Mereka memberikan feedback kepada pemimpinnya dan bersama-sama memperbaiki kinerja organisasi.

Ada sebuah contoh menarik, suatu ketika sebuah perusahaan farmasi multinasional memilih seorang CEO barunya yang tidak berlatar belakang farmasi, melainkan dari bidang marketing. CEO baru ini, dengan segala keahliannya, ingin mengeluarkan produk baru yang berpotensi besar untuk dipasarkan secara global, maka bertanyalah ia kepada para scientist-nya. Pada waktu itu ada satu produk obat anti inflamasi yang telah disetujui oleh FDA. CEO ini bertanya apakah obat ini berpotensi besar untuk dipasarkan dan yes, jawab para scientist-nya. Maka dengan segala jurus-jurus marketing-nya, CEO ini berhasil memasarkan produk obat anti inflamasi ini dengan baik. Hanya saja, lama-kelamaan muncul semakin banyak komplain konsumen akibat efek sampingnya sehingga produk obat ini harus dikaji ulang keamanannya. Hal yang mengejutkan adalah ternyata para scientist perusahaan tersebut sudah mengetahui akan potensi efek samping obat ini. Apa intinya? pengikut yang hanya menjadi yes man dan ikut begitu saja apa permintaan pemimpin ternyata tidaklah terlalu bagus. Para pengikut perlu ikut paham visi dan misi dari suatu organisasi dan bersama pemimpinnya membangun organisasi. Tentu ada bedanya dengan para pengeritik, a great follower mengambil inisiatif, belajar, dan ikut terlibat aktif dalam seluruh aktivitas organisasi serta memberikan kinerja terbaik mereka.

at last but not least, I love the quote from Pak Handry Satriago which is said, “a good leader won’t bring any successes to the organization without good followers, otherwise a bad leader won’t do bad things with good followers”.



Read More..

Senin, 09 Juli 2012

Dilema Kemandirian Obat Indonesia

Berbicara mengenai kesehatan manusia, maka kita membicarakan masa depan suatu komunitas atau bahkan suatu bangsa. Kesehatan adalah aspek pendukung utama keberlangsungan suatu bangsa. Generasi yang berkualitas tidak akan bisa dihasilkan tanpa dukungan faktor kesehatan yang memadai. Anda bisa membayangkan betapa mudahnya wabah penyakit menghancurkan suatu bangsa. Kita melihat betapa virus AIDS melumatkan negara-negara di Benua Afrika atau wabah malaria yang menyerang negara-negara di Asia Tenggara sehingga memakan banyak korban nyawa. Sebuah kehilangan besar bagi suatu bangsa ketika para penerus mereka harus menjadi korban dari suatu wabah penyakit. Kesehatan boleh dibilang merupakan faktor pendukung utama kemajuan suatu bangsa. Tanpanya, kita tidak akan bisa berbicara mengenai pendidikan tinggi atau teknologi maju ataupun mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki suatu bangsa.

Berbicara mengenai faktor pendukung kesehatan suatu bangsa, maka berbagai aspek dapat diulas di dalamnya. Paling tidak saya melihat tiga hal yang menjadi pendukung utama kesehatan suatu bangsa: kualitas tenaga kesehatan, sistem kesehatan dan aplikasinya serta obat dan ketersediaanya di masyarakat. Dua pertama tidak akan saya bahas di esai ini, saya hanya akan membahas mengenai obat dan bagaimana kemandirian akan ketersediaan obat sangat penting bagi masa depan suatu bangsa. Seperti pendapat umum bahwa obat, baik obat regular maupun tradisional, menjadi tumpuan pertama penyembuhan suatu penyakit. Hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat kita saat ini memiliki ketergantungan dengan suatu tablet atau kapsul dibandingkan dengan gaya hidup sehat. Di zaman saat semua orang mengingkan hal-hal yang instan, obat merupakan jawaban terbaik untuk mengatasi kondisi tidak menyenangkan yang kemudian kita sebut sebagai sakit. Dari sini anda dapat melihat bahwa kebutuhan obat yang akan sulit surut di masyarakat menjadikannya pasar yang sangat potensial. Mengendalikan pasar obat bisa jadi mengendalikan tingkat kesehatan masyarakat atau bahkan pembangunan suatu bangsa.

Berbicara mengenai Indonesia, di sini pemerintah mencoba mengendalikan harga obat melalui program obat generik. Namun, ini hanyalah solusi yang menyembuhkan gejala, bukan sumber penyakitnya. Harga obat yang mahal menjadi penyebab utama mahalnya biaya kesehatan di sini. Mengapa harga obat dapat menjadi mahal? Biaya produksi obat menjadi salah satu penyebabnya. Ya, hingga saat ini bahan baku obat Indonesia (baik bahan aktif maupun bahan tambahan) hampir 96% diimpor dari luar negeri. Dengan demikian, harga obat sangat terpengaruh dari nilai mata uang kita dibandingkan dengan mata uang asing serta kondisi dari negara yang mengekspor bahan baku obat tersebut. Di satu sisi, kita ingin agar harga obat dapat ditekan, di sisi lain para pelaku usaha (industri farmasi) harus memperhitungkan keberlanjutan usahanya.

Sesungguhnya berbicara mengenai ketersediaan obat di masyarakat merupakan hal yang tidak sederhana. Obat boleh jadi tersedia di pasaran namun bila masyarakat tidak mampu membelinya, maka hal tersebut menjadi percuma saja. Tuntutan ditekannya harga obat juga tidak sesederhana yang terlihat, industri farmasi juga harus mengimbangi antara ongkos produksi dan laba yang didapat. Sama saja jika harga obat tidak dapat menutupi ongkos produksi, maka obat pun tidak bisa diproduksi. Produksi bahan baku obat dalam negeri bisa merupakan suatu solusi juga. Tetapi selama efisiensi produksi bahan baku dalam negeri tidak sebaik produksi luar negeri, maka harga bahan baku produksi dalam negeri dapat lebih mahal daripada produksi luar negeri. Lagi-lagi, ini persoalan investasi ke industri bahan baku obat nasional. Jika teknologinya ingin dikembangkan maka investasi dalam jumlah besar harus dilakukan.

Bagi saya pribadi, produksi bahan baku dalam negeri harus segera dilakukan, meskipun masih belum sempurna. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada impor bahan baku obat dari luar negeri. Komitmen besar harus dimiliki oleh setiap stakeholder untuk menciptakan industri bahan baku obat nasional.


Read More..

Minggu, 03 Juni 2012

Mars, Venus dan Bumi

Ada sebuah eksperimen menarik (sayang saya tidak bisa menelusuri literatur aslinya), melibatkan empat kelompok subjek eksperimen, dimana perbandingan jumlah pria dan wanita seimbang dalam setiap kelompok. Para peneliti menciptakan seorang vice president fiktif dan meminta tiap kelompok memberi peringkat kinerja tokoh fiktif itu. Setiap kelompok diberitahu kinerja tokoh fiktif tersebut, tapi kelompok pertama diberi tahu bahwa tokoh fiktif tersebut adalah seorang pria, sebaliknya kelompok kedua diberitahu bahwa sang vice president adalah seorang perempuan. Kelompok pertama menilai pria tersebut sebagai sosok yang ‘sangat kompeten’ dan ‘menyenangkan’, sedangkan kelompok kedua menilai vice president, yang diberitahu bahwa dia adalah seorang perempuan, sebagai ‘menyenangkan’ tetapi ‘tidak kompeten’. Semua variabel sama, hanya gender yang dipersepsikan saja yang berubah.

Kelompok ketiga diberitahu bahwa sang vice president adalah seorang pria bintang, berprestasi cemerlang dan kariernya sedang meroket di perusahaan. Kelompok ini menilai bahwa pria tersebut sebagai ‘sangat kompeten’ dan ‘menyenangkan’. Sebaliknya kelompok keempat diberitahu bahwa sang vice president adalah seorang perempuan bintang yang juga sedang meroket menjadi eksekutif puncak. Sang perempuan bintang dinilai sebagai, ‘sangat kompeten’, tapi tidak dianggap ‘menyenangkan’.

Apa inti dari penelitian di atas ? Terlepas dari validitasnya, bias-bias gender benar terjadi di dunia ini dan seringkali menyakitkan orang dalam kehidupan nyata. Banyak kebingungan-kebingungan mengenai pria dan wanita, soal interaksi mereka juga posisi di antara mereka. Selangkah lebih maju oleh ahli ilmu jiwa modern Amerika, John Gray, mengibaratkan pria dan wanita berasal dari planet yang berbeda, sang pria berasal dari Mars dan sang wanita berasal dari Venus. Tetapi, kita tidak akan berkutat pada kebingungan perbedaan yang memang ada (atau yg sengaja diadakan) dan persamaan yang juga ada (ataupun diada-adakan), mari kita mulai selami makna hal-hal tersebut. Dan ikat sabuk pengaman anda, karena kita akan memulainya dari ukuran nano, tempat perbedaan pria-wanita berasal.

The X’s gene

Soal bagaimana kita menjadi pria dan wanita, jawaban singkatnya adalah takdir ! Tenang, ini bukan tentang mempertanyakan kenapa kita terlahir sebagai pria atau wanita, tetapi mengilhami apa yang ada di balik penciptaan tersebut. Tentunya sebagaimana yang diajarkan pada kelas biologi, identitas jenis kelamin diawali dari antusiasme jutaan sel sperma yang memperebutkan satu sel telur berukuran besar. Kira-kira perbandingan kedua sel tersebut adalah seperti ukuran matahari versus ukuran pesawat Enterprise-nya NASA. Ya, dan kita tercipta dengan mewarisi 46 untai DNA yang disebut sebagai kromosom, dengan masing-masing 23 kromosom berasal dari ayah dan 23 lainnya berasal dari ibu. Empat puluh enam untai DNA dan dua diantaranya adalah kromosm seks yang kemudian kita menyebutnya kromosom X dan Y.

Sederhananya, jika anda mendapat dua kromosom X maka anda akan menjadi perempuan, sementara jika anda mendapat satu kromosom X dan satu kromosom Y maka anda akan berubah menjadi pria. Artinya, prialah yang menentukan jenis kelamin anak, maka jangan salahkan sang istri jika anda tidak bisa mendapatkan anak laki-laki. Hal yang menarik adalah ada kesenjangan parah antara kedua kromosom tersebut. Sementara kromosom X berhubungan dengan sebagian besar proses perkembangan yang penting dengan membawa lebih dari 1500 gen, kromosom Y hanya membawa sekitar 100 gen saja. Sehingga janin laki-laki membutuhkan setiap gen dari kromosom X yang bisa didapatkannya, sementara janin perempuan memiliki dua kali lipat kromosom X dari yang dibutuhkannya. Apakah memiliki dua kali lipat ini berarti lebih baik ? Sayangnya tidak dan justru janin perempuan tersebut akan mengabaikan salah satu kromosom X begitu saja. Hal ini disebut dengan penonaktifan dan dari kedua kromosom X tersebut yang manakah yang akan dinonaktifkan, apakah dari ayah atau dari ibu ? Jawabannya tidak ada kecenderungan tertentu. Para peneliti nampaknya menganggap proses penonaktifan tersebut sebagai peristiwa yang acak. Penonaktifan satu kromosom X tidak terjadi pada laki-laki dan ini berarti kromosom X mereka seluruhnya berasal dari ibu. Ini jelas sangat berbeda dengan saudara perempuan mereka yang akan lebih kompleks secara genetis. Dan kabar mengejutkannya adalah perbedaan tersebut sangat mungkin menimbulkan potensi perbedaan antar gender.

Dari X menuju emosi

Kita mengetahui bahwa kromosom X membawa lebih dari 1500 gen dan banyak dari gen tersebut mengatur bagaimana cara manusia berpikir. Gen-gen tersebut dari kromosom X ini didapati ikut dalam proses pembentuk protein-protein yang terkait dengan fungsi otak. Sehingga pada akhirnya memang ada perbedaan dalam proses pemelajaran (yang bukan berarti ada perbedaan cara berpikir) antara pria dan wanita. Perbedaan tersebut paling menonjol terletak pada amygdala, sebuah bagian pada otak yang mengendalikan penciptaan emosi serta kemampuan menginga emosi-emosi tersebut. Amygdala pada otak perempuan cenderung berkomunikasi (melalui perantara senyawa biokimia tentu saja) pada otak belahan kiri yang cenderung mengingat detail-detailnya. Sebaliknya, amygdala pada pria akan cenderung berkomunikasi dengan belahan otak kanan yang cenderung mengingat substansi atau inti dari suatu pengalaman. Artinya, perempuan lebih bisa mengingat peristiwa yang penting secara emosional, seperti pertengkaran, liburan, perayaan pernikahan secara mendetail dan lebih mendalam. Pada akhirnya, jelas bahwa ingatan-ingatan detail akan suatu peristiwa yang penting secara emosional akan membuat siapapun (laki-laki atau perempuan) menjadi lebih emosional dalam menanggapi peristiwa tersebut. Bukan karena ‘perempuan’-nya, melainkan karena cara mengingat detailnya yang membuat seseorang lebih emosional dalam menanggapi suatu peristiwa.

Menuju hal yang kontroversial: perilaku
Jujur saja, perang antar gender dalam mencirikan perilaku-perilaku khas gender memiliki sejarah yang cukup runyam. Hal ini bahkan tidak terlepas dari para intelektual cemerlang, seperti Larry Summers, mantan rektor Harvard, yang mengaitkan adanya hubungan antara rendahnya skor matematika dan sains pada perempuan dengan genetika perilaku yang hampir membuatnya terjungkal dari posisinya. Tetapi ketika para peneliti mempelajari mengenai perbedaan-perbedaan perilaku khas antara pria dan wanita, maka mereka membicarakan tren yang muncul pada populasi dan bukan individu-individu. Oleh karena itu, penelitian tersebut akan bergantung pada statistik dan bagaimana mereka menginterpretasikan data statistik tersebut. Memang mungkin akan muncul tren-tren tertentu pada suatu sampel populasi, namun variasi-variasi akan tetap selalu ada.

Pada kondisi patologi (secara sederhana berarti berpenyakit), perbedaan gender nampaknya muncul pada kondisi-kondisi gangguan jiwa. Misalnya, laki-laki lebih parah dalam mengidap skizofrenia dibandingkan dengan perempuan atau pria menunjukan perilaku yang lebih anti sosial, sementara wanita lebih pencemas. Begitu pula dengan pernyataan bahwa sebagian besar pecandu alkohol dan obat-obatan adalah laki-laki.

Mengenai Bumi
Usaha-usaha untuk lebih mengerti diri kita sendiri atau siapa diri kita sebenarnya yang mendorong para peneliti di Barat melakukan berbagai eksperimen-eksperimen yang berkaitan perilaku-perilaku khas gender. Seperti apakah ada perbedaan cara berbicara antara wanita dan pria, hal ini nampaknya ada dan perbedaan ini cukup berarti, meskipun belum ada kejelasan yang berarti sampai sejauh mana perbedaan tersebut. Bagi anda yang berpegang kuat pada agama ataupun kepercayaan anda, mungkin dicukupkan dengan penjelasan bahwa bukan masalah pria atau wanitanya, melainkan bagaimana manusia (yang terdiri dari pria dan wanita) berbakti (beribadah) kepada Penciptanya. Dan, secara ilmiah, pria memang tidak pernah berasal dari Mars dan wanita tidak berasal dari Venus. Alih-alih mencari perbedaan di kedua planet, secara sederhana saya mengatakan bahwa keduanya sama-sama berasal dari planet Bumi.



Bacaan untuk yang ingin tahu lebih banyak:

  1. Medina, John. (2008). Brain rules.
  2. Lilienfeld, S.O., S.J. Lynn, J. Ruscio and B.L. Beyerstein. (2010). 50 great myths of popular psychology: shattering widespread and misconceptions about human behavior.




Read More..

Sabtu, 05 Mei 2012

2015: Farmasis dan MDGs

“Our world presents worrisome statistic that endanger the perpetuation of generations to come.” (Kofi Annan).

Sebuah pertemuan besar diadakan dunia, berlokasi di New York, 189 pemimpin dari berbagai negara mencanangkan sebuah langkah serius untuk mengatasi masalah-masalah yang semakin membesar di dunia, terutama di negara dunia ketiga. Sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh PBB ini merumuskan suatu tujuan global yang kemudian kita kenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Dengan target pencapaian di tahun 2015, dalam MDGs, kerja-kerja besar dilakukan untuk mencapai (1) pemunahan kemiskinan dan kelaparan ekstrim; (2) pendidikan dasar bagi semua orang; (3) persamaan gender dan penguatan peran perempuan; (4) penurunan angka kematian bayi; (5) perbaikan kesehatan ibu hamil dan menyusui; (6) pemberantasan penyakit HIV/AIDS, malaria, dan lain sebagainya; (7) terjaminnya keberlangsungan lingkungan hidup; dan (8) pembentukan kerja sama global untuk negara berkembang.

Tujuan-tujuan MDGs paling tidak melingkupi empat isu, yaitu isu ekonomi kesejahteraan rakyat, pendidikan, kesehatan, persamaan hak, dan lingkungan. Kita tak perlu berpikir keras untuk menyimpulkan di mana peran seorang farmasis dalam penyuksesan MDGs. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan, peran farmasis menjadi begitu penting dalam penjaminan terhadap keefektifan dan keamanan suatu terapi pengobatan pada berbagai kondisi pasien misalnya, (pediatrik, geriatrik, ibu hamil dan menyusui, dan lain sebagainya) sehingga peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menjadi suatu hal yang mungkin dicapai. Farmasis berperan penuh terhadap tersediannya pengobatan yang dapat membantu memperbaiki kualitas kesehatan pasien, assessment terhadap terapi yang diberikan pasien dan penanggulangannya bila terjadi hal yang tidak diinginkan, serta pencerdasan pasien akan suatu terapi yang dijalani demi meningkatkan keberhasilan pengobatan. Di tahun 2012, memasuki kuatral akhir dari target pencapaian MDGs, kita perlu menengok kembali dan bersama mengevaluasi diri sudah sejauh mana kemajuan dan kontribusi farmasis dalam penyuksesan MDGs.

Indonesia kita hari ini
Ada paling tidak tiga isu dalam MDGs yang menjadi bagian dari isu bersama tenaga kesehatan yaitu angka kematian bayi, kesehatan ibu hamil dan menyusui, serta penyakit menular seperti HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Dan ketika kita mengambil potret isu tersebut, kita akan menemukan bahwa menurut laporan pencapaian MDGs di Indonesia, dari tiga isu kesehatan hanya pemberantasan terhadap tuberkulosis yang telah mencapai target. Penurunan angka kematian bayi memperlihatkan tren yang baik meskipun belum mencapai target. Angka kematian bayi di bawah lima tahun sebesar 44 bayi per 1000 kelahiran pada tahun 2007 dengan target angka kematian bayi sebesar 32 bayi per 1000 kelahiran pada tahun 2015. Sayangnya angka kematian ibu melahirkan cukup mencemaskan; berdasarkan data BPS pada tahun 2007, rasio angka kematian ibu melahirkan sebesar 228 ibu per 100.000 kelahiran, padahal target MDGs pada tahun 2015, ada sebesar 102 ibu per 100.000 kelahiran. Pun demikian dengan angka penderita AIDS yang memperlihatkan tren kenaikan sebesar 4.969 kasus per 100.000 orang pada tahun 2008. Namun, sebaliknya pada kasus malaria yang menunjukan tren penurunan yang baik dengan 1,85 kasus per 1000 orang pada tahun 2009.
Statistik di atas mungkin perlu kembali di-update, namun paling tidak tersingkap bahwa ada PR-PR besar yang perlu dikerjakan bersama. Sementara kita tersibukan akan kegalauan-ria mungkin kita akan tersentil bahwa penderita AIDS terus bertambah dan semakin banyak anak-anak yang tak pernah bertemu ibunya.

Dan kita para farmasis


Komunikasi dan edukasi kepada masyarakat merupakan salah satu rangkaian penting dalam usaha meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dan edukasi yang dapat diberikan oleh seorang farmasis tidak selalu mengenai obat dan penggunaannya melainkan juga pola hidup yang diperlukan untuk mendukung usaha perbaikan kesehatan itu sendiri.
Pada bidang riset, pengembangan baik zat aktif baru maupun bentuk sediaan yang lebih efektif terus dikembangkan oleh para ahli farmasi. Obat baru tidaklah cukup untuk memberantas suatu penyakit menular, tetapi diperlukan juga suatu sistem kesehatan yang kuat. Oleh karena penyakit menular maupun penyakit degeneratif (seperti penyakit diabetes atau jantung) dipengaruhi secara signifikan oleh pola hidup suatu masyarakat maka peran farmasis di ranah farmasi komunitas menjadi penting. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) menjadi senjata ampuh hanya bila benar dilaksanakan oleh farmasis.
MDGs 2015 sudah seharusnya menjadi visi bersama para farmasis dan tenaga kesehatan lainnya. Kita bersama, dalam berbagai bidang, perlu kembali merevitalisasi peran farmasis dalam memajukan kesehatan Indonesia. Tahun 2015 adalah target nyata dari kerja-kerja nyata di masyarakat dan banyak orang bersedia mengambil peran-peran tersebut dan menjadi bagian dari tinta sejarah kesehatan Indonesia. Pertanyaan besarnya, bagaimana dengan anda ?




Referensi
Bappenas. 2010. Report on the achievement of the millennium development goals Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.
UNDP. 2006. Modul 4: health strategies. Dipresentasikan di UNDP RBA Workshop on MDG-Based National Development Strategies, UN Millennium Project. February 27th – March 3rd.



Read More..

Kehilangan-Kehilangan

Dari kehilangan-kehilangan kita belajar tentang keberadaan-keberadaan. Mereka menyebutnya penyesalan, ketika hal-hal remeh-temeh yang terabaikan melesap tanpa terasa dan akhirnya terasa ada yang hilang. Apalagi yang terasa benar keberadaannya, mereka menyebutnya benar-benar-kehilangan, ah paling tidak itu kalimat saya sendiri. Paling tidak, kita yang pernah merasanya, membentuk sendiri definisi kehilangan-kehilangan. Dan seperti halnya, kelahiran dan kematian, dari kehilangan-kehilangan kita bisa belajar hakikat keberadaan-ketersediaan.

Pukul empat dan sadar-sadar
Kita pernah terbangun dari tidur menyenangkan dan tersadarkan bahwa segala yang terjadi adalah mimpi. Itu hanya penyesalan sesaat, kau akan melupakan mimpimu semalam. Kita pernah terbangun dan tersadar bahwa harta kita hilang, cinta, jiwa, manusia, hal-hal bahagia. Ada penyesalan, sementara untuk mereka yang sadar, selamanya untuk mereka yang akhirnya tidak ingin dibangunkan.

Kita pernah terbangun pukul 04.00 pagi, menjelang subuh, setelah lewat malam tergelap di sekitar pukul 03.00. Kita pernah terbangun dan menemukan kehilangan-kehilangan. Kita pernah tidak menemukannya, kontak-kontak penting, pekerjaan, catatan-catatan pekerjaan, pencapaian, harta-harta tidak seberapa, tetapi tetap saja harta. Kesadaran pertama bisa membawa kepanikan, ketidakterimaan dan ketidakpercayaan. Kesadaran kedua seharusnya membawa kita akan makna kehilangan-kehilangan. Manajemen mental dan hati yang baik mengantarkan kita pada hakikat kehilangan-kehilangan. Melampaui kecemasan dan kekesalan yang membuncah, hati akan meredamnya, menenangkan dengan makna kehilangan-kehilangan. Dan di kehilangan-kehilangan, kita belajar merelakan apa yang sementara milik kita, apa yang memang hanya dititipkan oleh pemilik sebenarnya.

Pukul empat tigapuluh dan subuh-subuh
Banyak kesempatan diciptakan oleh Sang Pencipta, melalui ibadah-ibadah dan doa-doa khusyuk penuh. Ada kesempatan-kesempatan untuk berkeluh-kesah langsung, bergundah-gulana, mengadu pada Pemilik Segalanya.

Di kegundahan akan kehilangan-kehilangan, kita mengambil wudhu, mengambil kesempatan mengadu langsung melalui ibadah dan doa-doa kita. Di saat subuh, kita mengambil waktu sejenak, bertanya dan berhikmah akan rencana-rencana dari Sang Maha Perencana. Di waktu-waktu khidmat, kita berduaan dengan Sang Pencipta, melepas gusar dan kecewa, kegalauan dan dilema dan dengan penuh harap kita bersama yakin Sang Maha Kuasa tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Pukul enam dan cari-cari
Dalam menanggapi peristiwa-peristiwa, pencarian akan maksud adalah tidak mudah. Kita perlu membuka hati dan pikiran, berprasangka baik kepada Sang Pengatur. Dan dalam pencarian-pencarian tersebut, hati yang lapang akan menemukan syukur dalam tiap-tiap jengkal peristiwa.

Pagi-pagi, pencarian akan kehilangan-kehilangan dijalankan., setelah ditemukan jejak-jejak yang ditinggalkan. Usaha-usaha tetap digerakkan, hal-hal yang hilang haruslah berusaha untuk dicari, meski harapan itu tipis, meskipun kita tahu ada hal-hal yang tak bisa dikembalikan. Dalam cari-mencari, setapak demi setapak di sekitar jalan, kita bisa menemukan tidak hanya setitik harapan akan adanya jejak kaki yang tersamarkan di atas tanah merah becek, tetapi juga kemaknaan akan usaha-usaha dan kehilangan-kehilangan. Ketika kita berpikir kembali, meninjau situasi, kita tergelak mengetahui ada (banyak) usaha-usaha yang perlu dilakukan. Kita tersentak bahwa seringkali tiada waktu untuk kesedihan-kesedihan, ratapan, keluh dan kesah. Kita terbangkit untuk bergerak, mencari, berusaha mencari penanggulangan, mencari solusi dan kemudian kita tersadarkan bahwa segala cela dan caci tidak pernah menjanjikan apa-apa.

Pukul sembilan dan terus saja
Lanjutkan, teruskan, kehidupan terus berjalan maju dengan atau tanpa kita. Tertahan terus dalam kehilangan-kehilangan adalah kesia-siaan yang nyata.



Kemudian kita melanjutkan perjalanan. Bukanlah melupakan masa lalu, tetapi berdamai dengannya dan menatap masa depan. Dalam segala usaha yang dilakukan, maka penyerahan kepada Sang Pengatur adalah penyempurna. Dalam keikhlasan usaha dan kerelaan pengorbanan, kita sekali lagi terpahamkan akan hakikat kehilangan-kehilangan. Dari cinta hingga harta tak seberapa, kehilangan-kehilangan kembali mengingatkan kita siapa pemilik cinta hingga harta tak seberapa. Dalam kehilangan-kehilangan, sekali lagi kita mengambil inspirasi dari peristiwa kegalauan masa lalu dan menapak mantap menuju masa depan. Di kehilangan-kehilangan kita menemukan kekecewaan dan kesedihan, tetapi kita yang belajar darinya mengambil bukan sebagai beban tetapi bekal perjalanan. Di kehilangan-kehilangan kita menemukan ikatan dari sepenasib-sepenanggungan, kita belajar dari orang lain. Akhirnya dalam kehilangan-kehilangan, kita dapat menjumpai wajah sabar dan ikhlas yang menguatkan kita sepanjang jalan. Jika tak terjumpai, yakinkan bahwa wajah tersebut terlihat saat kita memandang cermin, wajah yang menjadi penguat di sepanjang jalan.

Dari kehilangan-kehilangan kita menuliskan cinta dan harapan.


Read More..

Jumat, 13 April 2012

City of Wind #3

Lelaki yang berjalan mengarungi bumi tidak memiliki alasan lain kecuali pencarian akan suatu hal atau pelarian dari hal lainnya

Dalam perjalanan ruang dan waktu, jiwa dan raga, cinta dan rindu kita menapaki hal baru, mempelajari paling tidak bahwa dunia tidak sebegitu sempitnya sehingga kita bertemu dengan dia, dia dan dia. Perjalanan panjang akan selalu melelahkan, menelusup hingga ke sudut-sudut jiwa. Tetapi akan selalu menyenangkan bersama para angin, kau tahu ? Mereka membawa serta awan yang berarak lembut dalam hamparan langit biru. Saya selalu menemukannya, cumulus yang menggumpal seperti tumpukan kapas di terik hari dan sapuan cirrus di langit jingga senja.

Aku mengawali perjalanan ini bersama seorang kawan, seorang periang juga pelamun, selalu menarik garis simpul atas setiap tapak langkahnya. Ah, dan tentu saja beserta para angin yang berbisik-bisik riang, oleh karenanya kami sengaja bertolak dari titik ini, dari kota para angin selatan menuju kota para angin di utara bersama. Nampaknya, dia paham betul tabiat para angin selatan di musim semi ini, riang dengan kesenangan yang selalu menyeruak ke mana-mana. Tarian ilalang selalu menarik, belum lagi dengung riuh serangga-serangga pohon menyanyikan senandung alam.

Aku berbisik akan merindukan lembut tanah ini, bau rerumputannya serta lengkung warna di antara hijau daun setelah hujan. Selalu menenangkan berbaring di bukit paling tinggi, melihat langit berwarna biru langit, ya biru langit bukan biru muda apalagi biru laut. Hamparannya selalu menularkan keluasannya pada ruang hati yang terkadang menyempit, menatap langit selalu berarti menatap Sang Pemelihara secara langsung dan berharap Dia menatap balik kita ramah. Adalah ketenangan jiwa, hal yang sering kita gadaikan atas nama kesenangan hasrat.





Read More..

Sabtu, 07 April 2012

Berbagi Cinta

”Andai saja kami tetap anak-anak dan tidak pernah menjadi dewasa”

Demikian Qais bin Maluh mengandaikan dalam salah satu syairnya setelah terpisah dengan Laila, cinta masa kecilnya. Qais adalah seorang pemuda tampan nan pintar, berasal dari keturunan Bani Amir dan merupakan seorang yang cerdas dan tekun. Kita mungkin lebih banyak mengenal kisahnya dalam cerita “Laila dan Majnun”, sebuah karya sastra besar yang jauh lebih tua dari kisah “Romeo dan Juliet”-nya William Shakepear dan ditulis oleh seorang sufi asal Persia, Nizami Fanjavi. Kisah roman yang menginspirasi begitu banyak penulis untuk merekam cerita cinta dalam pena-pena mereka. Tak dapat dipungkiri, cinta Qais begitu menggebu dan hal tersebut ternyata disambut oleh Laila yang berasal dari kabilah yang berbeda. Sayang disayang, cinta mereka tertolak oleh perseteruan dua kabilah ini dan selanjutnya kita tahu bagaimana Qais melantunkan begitu banyak syair-syair cinta atas kisahnya dan mulai terobsesi hanya kepada Laila. Dikisahkan bagaimana Qais menjadi gila, bersyair di alam bebas dengan tidak memakai pakaian yang menutupi tubuhnya.

Dan begitulah ketika cinta yang tak berbagi, yang ada adalah perasaan yang bahkan menguasai pikiran dan raga. Setidaknya demikian bagi Qais, pecinta yang begitu putus asa akan cinta. Dan cinta yang tak terbagi ini, meluap, menguasai dan berubah menjadi sesuatu yang membenarkan segala hal sekaligus menyalahkan segala hal lainnya. Pertemuan fisik tak terpenuhi dan apadaya hati hingga pikiran pun tergadaikan, kehidupan serasa penderitaan. Dan mengapa cinta ?

Cinta di atas cinta
Adalah seorang parsi, sahabat Rasulullah saw, yang merasakan cinta kepada seorang wanita sholehah Anshar. Kegalauan menyelimuti pemuda ini, bagaimana tidak, dia adalah seorang Persia, seorang yang berasal jauh dan asing dari Madinah, tempat wanita sholehah ini tumbuh dan meniti kedewasaan. Namun disampaikannyalah kepada seorang saudara yang dipersaudarakan oleh Rasulullah saw, dalam jalinan tali Islam, kepada Abu Darda. Kemudian, mahar pun disiapkan, strategi serta mental dan kedua pemuda ini pun bertamu ke rumah wanita tersebut.
“Saya adalah Abu Darda dan ini saudara saya, Salman, seorang Parsi. Kami telah dipersaudarakan atas nama Allah. Dia telah dimuliakan Allah dengan Islam dan dia juga memuliakan Islam dengan amalan dan jihadnya. Di sisi Rasulullah, dia punya tempat yang mulia, sehingga baginda menyebutnya sebagai ahli-bait baginda. Dan kedatangan saya adalah mewakili Salman untuk melamar puteri sholehah dari rumah ini.”

Lamaran ini pun disambut oleh tuan rumah dengan menyampaikan bahwa hak untuk menerima dan menolak lamaran ini adalah pada anaknya yang bersembunyi di balik hijab dengan debaran hati yang membuncah. Hingga, sang Ibu berucap mewakili sang anak,
“Maafkan kami atas kejujuran kata dalam jawaban ini. Dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa puteri kami menolak lamaran Salman. Akan tetapi seandainya Abu Darda turut mempunyai hasrat yang sama seperti Salman, puteri kami menerimanya.”

Alamak !, apakah yang terpikirkan dalam benak, ketika tambatan hati yang dilamar justru meninginkan sahabat yang mendampingi. Marah, kesal, galau ? Tidak bagi Salman, yang menjawab,
“Allahu Akbar !, dengan mahar dan segala yang telah saya sediakan ini akan saya serahkan kepada sahabat saya Abu Darda untuk pernikahan kalian. Dan saya akan menjadi saksi bagi pernikahan mulia ini.”

Dan dalam sejarah ini, cinta juga tidak terbagi, ada maksud yang tidak tersampaikan dan keinginan yang tidak terpenuhi, namun berakhir dengan ujung yang jelas sangat berbeda dari roman Qais dan Laila. Inilah cinta yang membangun dengan bangun cinta dan bukan menjatuhkan dengan jatuh cinta. Cinta di atas cinta, cinta yang jauh melebihi cinta yang diciptakan fitrah untuk setiap insan di dunia. Cinta di atas cinta, yang tidak terbagi hanya untuk Allah dan Rasul-Nya, cinta syari’i yang sudah seharusnya dimiliki setiap muslim. Cinta ini begitu terang dan hangat menampakan jelas jalan kebenaran. Maka tidaklah cinta fitrah yang didorong syahwat yang menguasai, tetapi cinta Ilahi yang menentramkan.



Berbagi cinta sepanjang hayat
Lelaki mulia ini berada dalam kondisi terlemah, sakit sudah meliputi seluruh tubuhnya selama berhari-hari. Terbaring dalam pangkuan istrinya, dengan ditemani anak perempuan dan menantunya, lelaki ini tampak menghadapi akhir masa-masa tugasnya. Detik-detik akhir mendekat seiring malaikat maut menjalankan tugasnya, perlahan dengan kehati-hatian ruh dari lelaki mulia ini mulai ditarik. Seluruh tubuhnya dibanjiri peluh dan keringat, urat-urat lehernya menegang. Anak perempuannya terpejam dan menantu yang disampingnya menunduk semakin dalam. Terdengar kemudian, lelaki mulia ini terpekik tertahan, “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.” Tubuhnya beranjak dingin, bibirnya bergetar hendak membisikan sesuatu, Ali menantu kesayangannya mendekat ke telinganya, “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu rumahnya, isak tangis mulai bersahutan, para sahabat yang mendampinginya dengan setia saling berpelukan, kesedihan menyeruak menggelayuti langit akan kepergian seorang mulia ini. Putrinya, Fatimah, menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah saw yang mulai kebiruan, “umatku, umatku, umatku.”

Cinta mana lagi yang sedemikian besar hingga bahkan sebelum nafas terakhir terhembus, orang-orang yang bahkan lahir jauh setelah kematiannya masih disebut-sebut olehnya saat menjelang kematian. Dan inilah Rasulullah saw, berbagi cinta sepanjang hayat, cinta yang sedemikian besar hingga bahkan kita yang hidup di masa kini dapat merasakan cintanya melalui ajarannya, perkataannya, sikap dan karakternya yang terus disampaikan dan terjaga dari masa ke masa. Dan berbagi cinta bukanlah hal sesepele “aku cinta padamu” dan “aku akan menikahimu.” Berbagi cinta bukan pula sekedar memiliki sang penggenap hati dan menjalani hidup bahagia bersama. Cinta menjadi kekuatan positif yang sedemikian besar ketika dibagi oleh hati yang ikhlas, seperti cinta keluarga Ibrahim as., cinta yang membangun peradaban. Maka berbagi cinta adalah membangun cinta dalam ketaatan hingga menjulang tinggi ke surga, sepanjang hayat, di jalan cinta-Nya.

Teriring cinta,



Read More..

Minggu, 25 Maret 2012

Dari balik tidur kita: Circadian rhythms

“As a well-spent day brings happy sleep, so a life well spent brings happy death” (Leonardo da Vinci)

Mari sejenak kita akan menjelajah jauh melewati mimpi-mimpi yang tercitra di lelap-lelap kita, menuju lebih dalam melewati tengkorak kepala dan tiba pada suatu susunan sel yang luar biasa mengagumkan sekaligus misterius, dan tidak lain adalah otak kita sebagai pusat regulasi seluruh fungsi tubuh manusia. Salah satu fenomena menarik yang akan kita bahas di artikel ini adalah mengenai tidur. Baiklah tapi jangan anda ikut merasa mengantuk saat membaca artikel ini :).

Pernahkah anda bertanya mengapa kita mengantuk kemudian tertidur meskipun kita tidak merasa lelah. Bagaimana dengan orang yang terbiasa bangun pukul 4 pagi sedangkan lainnya masih berselimut saat pukul 7 menjelang ? Meskipun tampak sebagai sebuah aktivitas sederhana, tidur memiliki mekanisme yang cukup rumit untuk dijelaskan. Regulasinya ternyata luar biasa, melibatkan hormon, neurotransmitter (suatu pesan sinyal di otak), serta sel-sel otak itu sendiri. Dan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini berhasil mengupas, walau belum seluruhnya, persoalangan mengenai siklus bangun-tidur manusia. Soal-menyoal bangun-tidur ini bukanlah hanya milik manusia saja, tetapi juga berbagai mahluk hidup hingga mikroba-tak-kasat-mata yang tak bisa anda lihat.

Circadian dan jam tubuh
Circadian rhythms adalah kunci awal yang menjelaskan fenomena siklus bangun-tidur kita. Circadian rhythm secara sederhana didefinisikan sebagai ritme biologis yang dibentuk secara endogen (oleh tubuh kita sendiri) pada periode waktu sekitar 24 jam. Circadian rhythms tidak hanya mengacu pada ritme fisik (tubuh) tetapi juga ritme mental dan tingkah laku (behavior) yang dalam kondisi normal, berubah-rubah secara teratur dan konsisten. Circadian rhythms merespon atas kondisi lingkungan kita, berupa terang dan gelap. Berbagai faktor alami dalam tubuh kita membentuk ritme ini yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan seperti yang saya sebutkan tadi. Circadian rhythm bukanlah apa yang kita sebut sebagai jam biologis tubuh meskipun keduanya saling berkaitan dan jam biologis tubuh kita mengontrol ritme ini. Jam biologis tubuh sendiri merupakan suatu kumpulan molekul dalam sel di seluruh tubuh (jadi bukan hanya satu) yang dikoordinasikan oleh suatu jam biologis utama (master clock) yang terletak di otak dan membuat jam-jam biologis ini tersinkronisasi. Master clock sendiri merupakan kumpulan sel saraf di otak yang disebut dengan suprachiasmatic nucleus atau kita singkat dengan SCN. SCN ini mengandung sekitar 20.000 sel saraf dan terlokalisasi di hipotalamus. Hal yang menarik adalah bagian hipotalamus otak ini terletak di atas persimpangan saraf optis dari mata. Nampaknya, respon dari lingkungan yang mempengaruhi circadian rhythm ditangkap oleh mata, terutama respon cahaya.

Circadian dan rasa kantuk
Circadian rhythm bagaimanapun berpengaruh pada fungsi tubuh kita dimana ritme alami ini berpengaruh terhadap perubahan siklus bangun-tidur, pelepasan hormon dan fungsi tubuh lainnya. Circadian rhythm terutama penting dalam menentukan pola tidur manusia. SCN mengontrol produksi suatu hormon yang disebut dengan melatonin yang akan membuat kita mengantuk. Informasi atas keadaan lingkungan, terutama cahaya yang ditangkap oleh mata kita, memberi sinyal kepada SCN melalui suatu jalur cepat yang dapat kita sebut sebagai retinohypothalamic tract (RHT). Bila kondisi dimana cahaya berkurang (misal pada malam hari) SCN akan memberi tahu otak kita untuk memproduksi melatonin lebih banyak lagi sehingga mau tidak mau, kita akan semakin mengantuk dan jatuh tertidur.

Melihat lebih dalam circadian
Sinkronisasi jam biologis tubuh yang berada di seluruh tubuh membutuhkan suatu penghambat neurotransmitter yang dikenal sebagai GABA (gamma aminobutyric acid). Pengaturan pelepasan GABA termasuk pengaturan individu jam biologis tubuh telah diketahui diatur oleh beberapa gen di tubuh kita. Hal ini dapat diketahui pada awalnya melalui serangkaian penelitian yang melibatkan lalat favorit penelitian genetika, Drosophila sp. hingga bintang laboratorium, tikus. Dan kemudian pada akhirnya, gen yang homolog dengan kedua hewan di atas juga berhasil diindetifikasi pada manusia. Mutasi pada gen-gen ini diketahui dapat menyebabkan abnormalitas dari ritmisitas sirkadian.

Circadian dan jetlag
Salah satu fenomena terkenal dari abnormalitas circadian rhythm adalah jetlag yang dialami oleh banyak travelers di seluruh dunia. Sebagai gambarannya, ketika anda terbang melewati wilayah dengan zona waktu yang berbeda, jam biologis tubuh anda akan berbeda dari jam di pergelangan tangan anda, hal ini bisa berarti lebih cepat atau lebih lambat beberapa jam. Maka ketika kita terbangun pada daerah dengan zona waktu yang berbeda dari tempat asal kita, misal perbedaan waktu dari California menuju New York adalah tiga jam, pada pukul 7 pagi, tubuh kita akan menganggapnya masih pukul 4 pagi sehingga membuat kita merasa tidak stabil dan mengalami disorientasi. Meskipun demikian, tubuh kita akan segera menyesuaikan dengan baik pada beberapa hari.

Abnormalitas pada circadian rhythm dapat berakibat lebih parah dari sekedar jetlag. Circadian rhythm yang tidak normal telah diasosiasikan dengan berbagai gangguan tidur termasuk insomnia dan gangguan mental seperti depresi, bipolar disorder dan lain sebagainnya. Selain itu abnormalitas pada ritme ini dianggap berpengaruh terhadap terjadinya berbagai macam penyakit. Infraksi miokardial (kerusakan pada otot jantung) dan serebrovaskular (pembuluh darah otak) sering terjadi pada pagi hari. Terjadinya gejala asma dikaitkan dengan waktu sore. Dan, meskipun belum diketahui secara jelas, kejadian sudden infant death syndrome (SIDS) –sindrom kematian mendadak pada bayi- sering terjadi pada jam-jam di awal pagi.

Penutup
Seperti yang anda duga, circadian rhythm juga berperan pada pola tidur kita. Kebiasaan jam bangun dan jam tidur juga diatur oleh ritme ini. Karena pada umumnya pada satu keluarga memiliki kondisi lingkungan yang cukup homogen, pola tidur setiap anggota keluarga akan cenderung mirip. Pola tidur pun ternyata bisa diubah dan studi mengenai perubahan pola tidur yang aman juga telah dilakukan untuk menjaga kesehatan para pekerja yang sering berganti-ganti shift. Saya pernah membaca sebuah artikel –sayangnya saya lupa dari mana- mengatakan bahwa perubahan pola tidur yang sehat dilakukan secara bertahap dalam waktu kurang lebih dua minggu. Bagaimanapun juga, pola bangun-tidur adalah hal yang penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh pada kesehatan dan produktivitas kita juga.

Referensi
Untuk anda yang masih penasaran dapat membaca di:
1. NIGMS. Circadian rhythms fact sheet. http://www.nigms.nih.gov/Education/Factsheet_CircadianRhythms.htm. Diakses pada 25 Maret 2011.
2. Rivkees, S.A. (2002). Circadian rhythms – genetic regulation and clinical disorders. Growth Genetics and Hormones, Vol. 18 (1). Diunduh dari www.gghjournal.com.





Read More..

Minggu, 18 Maret 2012

Cinta: gagasan-emosi-tindakan

Oleh: Anis Matta, Lc.
Cinta adalah kata yang mewakili seperangkat kepribadian yang utuh: gagasan, emosi dan tindakan. Tapi kebanyakan orang seringkali hanya mengambil bagian tengah dari cinta: emosi. Dalam kehidupan mereka, cinta adalah gumpalan perasaan yang romantis dan indah. Mereka bahkan menderita untuk menikmati romantika cinta. Itulah karenanya kehidupan mereka tidak berkembang..

Cinta adalah sebuah totalitas. Di sana gagasan, emosi dan tindakan menjdi kesatuan yang utuh dan bekerja bersama demi kebahagiaan orang-orang yang kita cintai. Orang-orang dengan kepribadian yang lemah dan lembek tidak dapat mencintai dengan kuat. Para pencinta sejati selalu datang dari orang-orang dengan kepribadian yang kuat.

Cinta itu indah. Bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Inti pekerjaannya adalah memberi, pada orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik. Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi... begitulah cinta. Menerima? Itu mungkin dan bisa jadi pasti! Tapi itu hanya efek. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama.

Pencinta sejati menjadikan dirinya seperti air dan matahari. Ia membuat orang lain tumbuh dan berkembang dengan siraman air dan sinar cahayanya.

Para pecinta sejati tak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi.

Para pecinta sejati tak suka berjanji. Karena janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan. Berbeda dengan janji, rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Ketergantungan yang menghidupkan..

Cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang untuk hidup. Meski kehidupan yang mereka bangun sering tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya.

Hadirnya cinta sejati akan sangat terasa begitu ia pergi. Saat itu ada kehilangan menyayat hati. Ada ruang besar kehidupan yang tak berpenghuni

Saat seseorang kehilangan cinta sejati, maka di langit hatinya akan ada mendung pekat yang bisa menurunkan hujan air mata yang amat deras.

Intinya cinta adalah memberi, pemberian pertama seorang pencinta sejati adalah perhatian. Perhatian yang lahir dari lubuk hati paling dalam.

Perhatian adalah pemberian jiwa: sebuah kondisi dimana kamu keluar dari dirimu menuju pada orang lain yang kamu cintai..

Kekuatan para pencinta sejati adalah bahwa mereka pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang yang mereka cintai secara intens dan menyeluruh.

Perhatian: itulah rahasia agung dari cinta. Saat ia hilang, jiwa orang yang dicintai tersiksa, mungkin ia tak mengatakan, tapi ia merasakan.

Pekerjaan kedua bagi para pecinta sejati setelah memperhatikan, adalah menumbuhkan. Menumbuhkan sang kekasih untuk menjadi lebih baik dan berkembang. Inilah cintanya cinta.

Pertumbuhanlah yang membedakan cinta yang matang dengan cinta seorang melankolik. Penumbuhan memberikan sentuhan edukasi pada hubungn cinta.

Sukses pecinta sejati adalah seperti sukses cinta seorang guru pada muridnya. Saat nafas cintanya meniup kuncup pun mekar menjadi bunga.

sumber: kultwit @anismatta

full post onanis matta - new serial cinta


Read More..