Minggu, 16 Oktober 2011

Cinta akan mengingatkan dia untuk kita

"Memory is a way of holding on to the things you love, the things you are, the things you never want to lose.” (Kevin Arnold)

Bagaimana anda mendefinisikannya? Perasaan cinta yang membuncah, benci berdarah-darah, kesedihan yang mengharu-biru atau ketakutan akan ditinggalkan. Dalam kesepakatan yang banyak dipahami oleh hampir semua orang di bumi ini, kita mengenalnya dalam sebuah padanan konsep emosi. Pertanyaan selanjutnya menjadi apa itu emosi ? Dan memang, jawaban akan menelurkan pertanyaannya selanjut, dan selalu saja begitu.

Maka, ketika pertama kali terlintas dalam otak anda kata ‘cinta’ di atas, apa yang anda bayangkan ? Bagaimana dengan hal-hal tertentu yang lantas menyulut kemarahan anda ? Konsep emosi, bagaimanapun juga dipandang secara objektif, mencakup perasaan emosional subjektif dan suasana ‘hati’ ditambah respon-respon fisik yang muncul berkaitan dengan perasaan tersebut. Alih-alih cerita mengenai kegalauan anak-anak muda tentang emosi, cinta, benci, dan rindu, saya akan mengajak pembaca untuk melihatnya dalam sudut pandang lain tentang emosi, cinta, rindu, dan kenangan.

Memulainya dari isi kepala kita
Berbicara tentang cinta, maka berbicara tentang hati. Sayangnya, saya mengajak pembaca melalui jalur yang berbeda, dimana kita akan sedikit menyelami samudra tentang memori, tentang sel saraf yang mengambang tenang di dalam cairan serebrospinalnya. Saya agak tidak suka mengatakannya tapi anda perlu memulainya dari pelajaran tentang isi kepala (otak) anda agar anda lebih dapat merasakan keindahan misterius yang ditawarkan otak kepada kita. Secara sederhana, otak kita adalah organ yang kompleks, mencakup ribuan sistem dinamis sel saraf dan koordinasi-koordinasi yang belum sepenuhnya dipahami hingga saat ini.



Di antara semua hal yang merupakan bagian dari otak, sistem limbik berhubungan langsung dengan emosi yang selama ini kita pahami. Ekspresi-ekspresi emosional yang bisa kita amati bersama, misal tersipu, tertawa, menangis dan segala aspek yang berhubungan dengan emosi memperlihatkan hubungannya dengan sistem limbik. Stimulasi-stimulasi tertentu di daerah ini saat dilakukan operasi pembelahan otak memperlihatkan sensasi-sensasi samar yang dialami pasien sebagai perasaan senang ataupun keputusasaan.

Meskipun demikian, pola perilaku dan respon akan suatu situasi yang melibatkan emosi tidak hanya dikerjakan oleh sistem limbik sendiri. Bagian otak lain, korteks otak, yang mengatur fungsi-fungsi luhur manusia, berperan penuh dalam respon kita terhadap keadaan emosional. Emosi nampaknya dengan lebih mudah memanggil program-program yang sudah terpatri dalam korteks kita. Sebuah contoh terkenal adalah gerakan tersenyum. Respon tersenyum atas emosi yang menggembirakan merupakan bahasa universal yang dimiliki semua orang, bahkan mereka yang buta sekalipun. Mereka yang buta sejak lahir akan tetap memiliki ekspresi wajah ‘tersenyum normal’. Tersenyum tampaknya telah diprogramkan sebelumnya di korteks dan dapat diakses setiap saat oleh sistem limbik. Pada tingkat yang mendasar senyum adalah ekspersi manusia yang universal.

“Pada tingkat yang mendasar senyum adalah ekspersi manusia yang universal”
Sedikit-banyak tentang kenangan
Hal-hal yang kita ingat, kenangan masa indah saat SMA misalnya, melibatkan aktivitas holistik dari neuron yang ada di otak kita. Konsep memori mencakup segala informasi yang kita alami yang disimpan dan kita dapat memanggilnya kembali ketika kita ingin mengingat sesuatu. Memori melibatkan kontribusi seluruh sel saraf (neuron) untuk saling berinteraksi dan membentuk koneksi-koneksi di antara mereka sendiri. Hal ini berarti ketika kita mengingat informasi baru maka akan ada banyak koneksi-koneksi yang terbentuk antara neuron dalam kombinasi yang tidak terbatas !

Secara umum, para pakar neurosains membagi memori menjadi dua yaitu memori jangka pendek dan jangka panjang. Meskipun proses penyerapan informasi baru melibatkan kerja berbagai bagian di otak, paling tidak ada dua bagian yang berperan penting dalam aktivitas mengingat ini, yaitu korteks dan hippocampus. Korteks berperan penting dalam proses ingatan jangka pendek, dimana ketika anda menyerap informasi baru, korteks akan menyimpangnya sementara untuk anda. Ketika anda memutuskan bahwa informasi tersebut tidaklah penting maka dengan mudahnya korteks akan membuang informasi tersebut.

Namun, bukankah kita ingin mengingat sesuatu dalam waktu lama ? Memori jangka panjang melibatkan hubungan intens dari paling tidak, hippocampus dan korteks. Hippocampus secara spesifik akan mengubah ingatan jangka pendek menjadi jangka panjang. Memori akan tersimpan dalam ‘kantong-kantong’ ingatan di berbagai bagian otak (ya, memori tidak disimpan dalam satu area khusus di otak). Secara sadar anda dapat merubah memori jangka pendek menjadi jangka panjang dengan pengulangan. Memori memerlukan waktu yang lama untuk menempel secara permanen dalam otak kita, dan selama proses pengendapan tersebut, memori akan rentang untuk menghilang atau dibentuk ulang dengan adanya interferensi, terutama ketika kita dijejali informasi terus-menerus dalam jangka panjang tanpa jeda, seperti yang banyak terjadi di ruang-ruang kelas kita. Kabar baiknya adalah inteferensi tersebut tidak akan terjadi ketika informasi diulang-ulang secara sengaja dengan diberi jeda. Otak manusia, dibanding mengingat detail, lebih menyenangi mengingat konsep dan cenderung mengingat awal dan akhir dari suatu hal dan melupakan bagian tengahnya. Idenya adalah dengan membuat jeda, kita akan memperbanyak awal dan akhir dari suatu hal yang ingin kita ingat. Oleh karena itu disarankan untuk selalu menjeda setiap 30 menit atau satu jam sekali ketika kita sedang belajar.

Kitalah pada dasarnya yang memutuskan apakah suatu hal pantas diingat atau tidak. Kita tidak menaruh perhatian pada hal-hal yang membosankan. Otak kita akan membuang segala informasi yang tidak penting bagi kita dan menyimpan hanya hal-hal yang menarik perhatian kita. Lebih jauh lagi, memori akan meningkat ketika kita dapat membuat asosiasi informasi baru dengan hal yang sudah ada sebelumnya. Hal yang disebut pemahaman (sering dikatakan lebih kuat dibanding sekedar menghafal) ada hanya ketika kita dapat menggambarkannya dengan jelas dalam kepala kita dan mengasosiasikannya dengan hal yang sudah kita punya. Pemahaman tidak akan pernah ada tanpa penggambaran dalam otak kita, ini fakta penting pendidikan ! Dan asosiasi akan meningkatkan ingatan kita akan detail. Jika kita dapat menarik makna dan hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain, kita dapat mengingat detail dengan lebih mudah.  Maknai sebelum detail.

“Otak kita akan membuang segala informasi yang tidak penting dan menyimpan hanya hal-hal yang menarik perhatian kita”
Cinta memang merebut perhatian kita
Peristiwa-peristiwa yang melibatkan emosi akan cenderung untuk lebih diingat dibandingkan dengan peristiwa biasa. Peristiwa penuh emosi (biasa disebut dengan emotionally competent stimulus) adalah stimulus paling baik untuk menyimpan memori dalam waktu lebih lama dan mengingat dengan lebih akurat. Hal ini berkaitan dengan korteks pre-frontal kita, yang berfungsi sebagaai agen pelaksana dalam memecahkan masalah dan menjaga perhatian dan hubungannya dengan amygdala. Amygdala merupakan bagian otak yang sepesial dalam membantu menciptakan dan mempertahankan emosi. Amygdala berisi banyak dopamin, sebuah neurotransmitter otak, yang berperan seperti memo dari suatu bagian ke bagian lainnya. Ketika otak mendeteksi peristiwa yang sarat dengan emosi, amygdala akan melepas dopamin, dimana neurotransmitter ini sangat membantu memori dan pengolahan informasi. Hal ini seperti anda memberikan memo kepada anak buah anda bertuliskan, “Ingatlah ini !” Dengan demikian, hippocampus pun akan bekerja dan menyimpannya sebagai memori jangka panjang.

Walaupun melupakan detail wajah orang yang kita cintai, kita akan tetap mengingat perasaan pernah mencintai dan dicintai, ketika kita bertemu dengan orang tersebut. Amygdala akan merespon peristiwa-peristiwa yang melibatkan emosi, cinta, benci, kesedihan, gembira dan memungkinkan kita untuk dapat mengingat hal-hal lampau dengan lebih baik. Oleh karena itu, ide sederhananya adalah cintai terlebih dahulu pelajaran yang ingin kita ingat, maka kita akan mengingatnya dengan lebih baik. Dengan melibatkan emosi dalam proses pembelajaran, hal ini diharapkan dapat membantu kita mengingat dengan lebih baik. Sayangnya dalam sistem pendidikan formal kita selama ini, hal-hal abstrak seperti emosi, yang cenderung melibatkan otak bagian kanan, belum dilibatkan dan lebih mengagungkan otak bagian kiri. Untuk dapat menjadi pembelajar sejati, kita perlu memaksimalkan potensi kedua bagian otak.

“Walaupun melupakan detail wajah orang yang kita cintai, kita akan tetap mengingat perasaan pernah mencintai dan dicintai”

Referensi:
de Potter, B. Quantum memorizer.
Medina, J. Brain rules.
Sherwood, L. Human physiology.

2 komentar:

  1. "Kitalah pada dasarnya yang memutuskan apakah suatu hal pantas diingat atau tidak."
    Nice article, Gama :)

    BalasHapus