If you can't explain it simply, you don't understand it well enough. (A. Einstein, 1879-1955)
Jumat, 08 Januari 2010
Sebuah Pengakuan
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi
Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Wa 'umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Ilaahii 'abdukal 'aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka
Pernah mendengar syair di atas?
Menurut kebanyakan sumber, syair di atas dibuat oleh Abu Nawas pada masa-masa akhir hidupnya. Syair tersebut merupakan salah satu wujud pertaubatan Abu Nawas atas segala kesalahannya.
Al-I’tiraf berarti sebuah pengakuan, jika diartikan dalam bahasa Indonesia
Tuhanku... aku tidak layak memasuki syurga Firdaus
Dan aku pun tak mampu menahan siksa api Neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosa besar
Dosa-dosaku amatlah banyak bagai butiran pasir
Terimalah taubatku, wahai Yang Maha Agung
Umurku berkurang setiap hari, sedangkan dosa-dosaku terus bertambah
Bagaimana aku sanggup menanggungnya?
Tuhanku... hamba-Mu yg durhaka ini datang bersimpuh menghadap-Mu
Mengakui dosa-dosa dan menyeru memohon kepada-Mu
Bila Kau mengampuni, Engkaulah Sang Pemilik Ampunan
Bila Kau campakkan aku, kepada siapa aku mesti berharap selain dari-Mu?
Menjadi sebuah muhasabah buat kita atas segala kesalahan-kesalahan kita.
Agar terus-menerus mengevaluasi diri pribadi dan meng-upgrade diri kita menjadi lebih baik lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar