Selasa, 24 Agustus 2010

Mikroorganisme Endofit: Sumber Potensial Obat Alami


Masalah kesehatan merupakan masalah penting bagi umat manusia. Tidak dapat dipungkiri, berbagai penyakit yang mendunia (seperti AIDS, Flu Burung, Diabetes, penyakit jantung) menjadi tantangan utama bagi para praktisi kesehatan maupun peneliti untuk dapat menemukan agen terapi maupun cara terapi yang lebih baik. Saat ini obat-obat sintetik mulai kehilangan pamornya sebagai akibat efek samping yang ditimbulkannya serta efekasi dari obat tersebut yang menurun dari masa ke masa.

Masyarakat dunia pun mulai melirik pengobatan alami (herbal) sebagai alternatif. Sebagian besar masyarakat dunia percaya bahwa obat herbal lebih aman dibandingkan dengan obat sintetik. Hal ini bermula dari anggapan bahwa semua yang zat yang berasal dari alam lebih ramah bagi tubuh. Pernyataan ini tentunya tidak sepenuhnya benar, karena pada dasarnya tubuh tidak membedakan asal zat yang masuk ke dalamnya, apakah dari alam atau sintetik. Selama zat-zat yang masuk ke dalam tubuh mudah untuk diekskresikan dan tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada sistem tubuh maka zat tersebut boleh dikatakan aman. Obat herbal pun jika diberikan pada dosis yang tidak benar, tetap akan berefek tidak baik bagi tubuh. Sehingga pandangan bahwa obat herbal sudah pasti aman perlu diluruskan terutama obat-obat herbal yang sudah dalam bentuk ekstrak.

Kekurangan terbesar dari obat herbal adalah masalah penyediaan bahan baku dan standardisasinya. Obat herbal menjadi lambat berkembang boleh jadi disebabkan sulit dipenuhinya bahan baku yang terstandar bagi industri. Tentunya akan bermasalah bila bahan baku yang digunakan umtuk memproduksi obat tidak memiliki standar yang sama karena akan menjadi tidak sama pula efeknya. Selain itu diperlukan penyediaan lahan yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut. Jika kita melihat di Indonesia maka ketersediaan lahan tentunya hanya bisa didapat di daerah-daerah saja. Kemudian akan timbul masalah baru jika para petani tidak ingin mengkonversi lahannya menjadi lahan tanaman obat. Secara ekonomis akan lebih menguntungkan jika menanam tanaman yang lebih dibutuhkan banyak orang, seperti tananaman-tanaman pangan. Selain itu penjagaan mutu tanamannya pun memerlukan usaha tersendiri.
Zat kimia bahan alam memiliki potensi yang besar sebagai sumber obat-obat baru. Saat ini hampir 49% zat kimia berkhasiat yang baru diregistrasikan ke FDA merupakan produk alam ataupun derivatnya. Sebuah fakta lagi bahwa obat antikanker super-mahal, paclitaxel (Taxol), merupakan turunan dari produk berbahan dasar alam. Melihat potensi besar ini maka kebutuhan akan sumber selain tanaman merupakan hal yang penting. Untungnya ditemukanlah sumber baru yaitu mikroorganisme endofit.


Mikroorganisme endofit dapat didefinisikan sebagai mikroorganisme yang hidup secara berkoloni pada jaringan internal tumbuhan tanpa menyebabkan efek negative bagi tumbuhan tersebut. Sebagian besar mikroorganisme endofit memang hidup bersimbiosis mutualisme dengan tumbuhan inangnya. Mikroorganisme endofit dapat berupa bakteri ataupun jamur dan dinilai menjadi sumber penting bagi zat berkhasiat. Banyak penelitian mengemukakan bahwa mikroorganisme endofit dapat menghasilkan zat metabolit sekunder yang sama dengan tumbuhan inangnya. Banyak peneliti percaya bahwa alasan mengapa mikroorganisme endofit dapat menghasilkan zat yang sama dengan tumbuhan inangnya adalah karena rekombinasi genetik yang terjadi antara mikroorganisme endofit dengan tumbuhan inangnya dalam waktu yang lama.

Keuntungan besar dari fakta tersebut tentunya berefek pada masalah ekonomi. Masalah penyediaan lahan, lamanya waktu menanam, standardisasi bahan baku dapat teratasi. Sebagaimana mikroorganisme lainnya, mikroorganisme endofit tidak memerlukan lahan yang luas untuk dapat menghasilkan zat kimia yang sama dengan tumbuhan inangnya, selain itu waktu panennya pun lebih cepat. Pertumbuhan mikroorganisme endofit yang dikontrol di dalam laboratorium memudahkan standardisasinya. Efek selanjutnya adalah pada turunnya harga produk yang dihasilkan nantinya. Namun tentunya tidak semua mikroorganisme endofit dapat menghasilkan zat metabolit sekunder yang sama dengan inangnya. Oleh karena itu proses penelitian lebih lanjut pun tetap diperlukan.

Mikroorganisme endofit memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai sumber zat kimia bahan alam yang memiliki khasiat farmakologis maupun mengobati penyakit-penyakit infeksius. Meskipun jalan menuju pemanfaatannya secara optimal masih panjang namun secercah cahaya harapan tersebut masih ada.

Pustaka:
Strobel, Gary dan Bryn Daisy. 2003. Bioprospecting for Microbial Endophytes and Their Natural Products. Microbiol. Mol. Biol. Rev 67(4): 491-502.

Read More..

Minggu, 01 Agustus 2010

Antara Al Qur’an, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi


Seorang muslim memiliki dua buah pegangan dalam hidupnya, yang jika dia mengikutinya maka tidak akan tersesat di dunia dan akhirat, yaitu Al-Qur’an dan hadits. Al-Qur’an sebagai sumber utama rujukan bagi seorang muslim memiliki kedudukan yang paling tinggi, karena bersandar langsung kepada Allah swt dan redaksinya sudah ditentukan sejak di Lauh Mahfuzh. Selain Al-Qur’an juga terdapat hadits yang merupakan perkataan, perbuatan, dan persetujuan Rasulullah saw, yang kita tahu beliau merupakan manusia yang dijaga oleh Allah swt dari kesalahan dan dosa. Selain yang disebutkan di atas, ada lagi istilah hadits qudsi, apa itu? Apa perbedaannya dari Al-Qur’an dan hadits lainnya?

Hadits qudsi atau hadits Rabbani dapat didefinisikan sebagai kabar yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi-Nya saw dengan melalui ilham atau mimpi yang redaksi hadits tersebut berasal dari Nabi saw. Status Al-Qur’an tetaplah lebih mulia daripada hadits qudsi karena redaksi Al-Qur’an merupakan wahyu yang datang langsung dari Allah swt. Mulana Ali al-Qari mengatakan, “ Hadits qudsi adalah pesan dari Allah swt yang diriwayatkan oleh Nabi saw, dan penyampaiannya dapat melalui Jibril as, ilham, atau mimpi. Adapun redaksinya diserahkan kepada Nabi saw.”
Perbedaan hadits qudsi dengan Al-Qur’an adalah:
1.Redaksi Al-Qur’an sudah ditentukan sejak di Lauh Mahfuzh dan berasal dari Allah swt langsung, sedangkan hadits qudsi memiliki redaksi yang berasal dari Rasulullah saw.
2.Berdasarkan produk hukum yang dikemukakan oleh para ulama, bahwa shalat seseorang tidak dianggap sah dengan membaca hadits qudsi; menyentuh dan membaca kitab himpunan hadits qudsi juga tidak haram bagi orang yang sedang dalam keadaan jinabat, wanita yang sedang haid atau tengah mengalami nifas. Selain itu hadits qudsi tidak memiliki unsur mukjizat sebagaimana Al-Qur’an.

Sedangkan perbedaan hadits qudsi dengan hadits lainnya (hadits nabawi), Ath-Thayyibi berkata, “Hadist qudsi merupakan permberitahuan Allah lewat ilham atau mimpi kepada Nabi saw, dan beliaulah yang mengungkapkan pemberitahuan Allah tersebt kepada umatnya dengan redaksi dari beliau sendiri. Sedangkan hadits lainnya adalah riwayat yang tidak disandariakn kepada Allah dan juga tidak diriwayatkan dari-Nya. Senada dengan perkataan di atas, Muhammad Ali Faruqi mengemukakan, “ Hadits itu bisa berupa hadits nabawi dan hadits Ilahi atau lazim disebut hadits qudsi. Hadits qudsi ialah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi saw dari Allah swt. Adapun hadits nabawi ialah hadits yang tidak diriwayatkan Nabi saw dari Rabbnya.”
Hal yang terpenting bagi kita seorang muslim adalah memegang teguh pedoman hidup langsung dari Pencipta alam semesta, yaitu Al-Qur’an, serta sunah Rasulullah saw, yaitu hadits. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh." (HR. Imam Malik secara mursal)

Pustaka:
Baidhun, Muhammad Ali. 2009. 400 Mutiara Hadits Qudsi. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Read More..