gambar: www.umamiinfo.com |
Jika anda masih mengingatnya, pada pelajaran biologi di sekolah menengah, struktur dan fungsi lidah dalam pengecapan rasa terbagi menjadi empat macam. Bagian depan lidah yang berfungsi sebagai pengecap rasa manis, bagian samping kiri dan kanan yang mengecap rasa asin dan asam, serta bagian pangkal lidah yang berfungsi sebagai pengecap rasa pahit. Hal tersebut tidaklah keliru hanya saja sepertinya ada kesalahan penafsiran penelitian pada abad kesembilanbelas. Reseptor pengecap kita terdapat di tiap-tiap pucuk pengecap meskipun mungkin terdapat perbedaan kuantitas pada bagian-bagian tertentu lidah. Pada dasarnya kita dapat mengecap semua rasa pada bagian lidah manapun dengan pucuk pengecap meskipun dengan kepekaan yang berbeda-beda. Pada tingkat molekular, sensasi kita terhadap rasa diawali oleh terikatnya zat kimia (tastant) kepada molekul yang ada di reseptor pengecap. Ikatan yang terjadi ini kemudian mengaktifkan serangkaian kejadian biokimia molekular hingga berujung pada persepsi otak akan rasa.
Kita nampaknya sudah demikian familiar dengan empat jenis rasa dasar: manis, asam, asin, dan pahit. Mungkin ada rasa pedas, tetapi rasa tersebut sebenarnya merupakan sensasi terbakar (excessive heat sensation) atau teriritasi pada sel pengecap kita yang terdeteksi oleh otak (meskipun pada kenyataannya sel pengecap tidak benar-benar teriritasi) sehingga pedas bukanlah termasuk ke dalam salah satu ‘rasa dasar’. Akan tetapi jika anda masih berpegang pada pendapat ‘empat jenis rasa’ tersebut maka anda akan kesulitan bahkan gagal menjelaskan mengenai sensasi gurih pada penyedap rasa di mie instan atau di kuah kari daging yang anda santap. Sensasi ini tidak bisa anda dapatkan dengan mengombinasikan keempat rasa dasar, oleh karena itu muncullah penemuan rasa baru, rasa dasar kelima oleh peneliti Jepang, Kikunae Ikeda, yaitu umami.
Rasa dasar kelima: umami
gambar: www.corposaun.com |
Pada dasarnya, definisi rasa dasar (basic taste) merupakan hasil kesepakatan dari ilmuwan-ilmuwan yang terkait di bidangnya, namun konsep ini sangat berguna dan masuk akal. Terdapat empat karakteristik rasa dasar, (1) rasa dasar memiliki karakteristik yang berbeda (unik) dari rasa dasar lainnya; (2) rasa dasar tidak dapat dihasilkan dari pencampuran stimulus rasa dasar lainnya; (3) rasa dasar merupakan rasa universal yang diinduksi oleh berbagai komponen yang terdapat di dalam berbagai makanan; (4) rasa dasar harus terbukti secara elektrofisiologis, berbeda dari rasa dasar lainnya. Secara otomatis, umami telah memenuhi poin (1), (2), dan (3). Sedangkan untuk poin (4), studi oleh Kurihara dan Kashiwayanagi (2000), Nimoniya dan Funakoshi (1989), serta Baylis dan Rolls (1991) pada berbagai hewan coba (anjing, mencit, dan monyet) membuktikan bahwa umami merupakan rasa yang tersendiri dan berbeda dari rasa lainnya secara elektrofisiologis. Oleh karenanya, kesimpulan bahwa umami merupakan rasa dasar kelima adalah kuat.
Sedikit lebih dalam ke tingkat molekular
gambar: Li, et.al. (2002) |
Berkaitan dengan Bertie Bott’s every flavor beans
gambar: www.hp-lexicon.org |
Kembali lagi ke kacang segala rasa Bertie Bott, sekarang peta genom manusia telah lengkap dibuat. Hal ini sangat memungkinkan bagi kita untuk mengetahui semua reseptor yang ada di lidah dan hidung yang berperan terhadap berbagai rasa dan aroma makanan. Dan dengan bantuan rekayasa genetika, kita mungkin dapat membuat kacang yang memiliki rasa dan aroma tertentu. Suatu saat, mungkin saja kita bisa pergi ke supermarket di pinggir jalan, membeli sebungkus kacang segala rasa Bertie Bott dan menemukan kacang rasa muntah di dalamnya x)
Referensi:
- Highfield, R. (2006). Sains Harry Potter. Jakarta: KPG.
- Kurihara, K. dan M. Kashiwayanagi. (2000). Physicological studies on umami taste. The Journal of Nutrition. (dapat diunduh di jn.nutrition.org)
- Li, X., et.al. (2002). Human receptors for sweet and umami taste. PNAS 99(7), 4692-96. (dapat diunduh di www.pnas.org)
- Zhang, F., et.al. (2008). Molecular mechanism for the umami taste synergism. PNAS 105(52), 20931-34 (dapat diunduh di www.pnas.org)
- www.umamiinfo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar