(sumber gambar: bywayofbeauty.com) |
Keputusan hari ini yang mengikat kita di masa yang akan datang ini dikenal sebagai Ulysses contract, perjanjian Ulysses. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat sebagai kontrak kerja atau perjanjian-perjanjian yang kita buat dengan orang lain yang akan berkaitan langsung dengan kita. Tetapi sadar atau tidak, kita sehari-hari sering membuat perjanjian Ulysses, bukan kepada orang lain melainkan kepada diri kita sendiri. Bayangkan anda sedang menjalani diet ketat untuk mengurangi berat badan. Akan tetapi, sebuah kue coklat nikmat nan menggoda disajikan kepada anda secara gratis. Apa yang terjadi pada diri anda? Sebuah pertarungan di otak. Di satu sisi otak anda berkata anda sedang dalam diet ketat dan jangan memakannya, namun di sisi lainnya otak anda menginginkannya, sebuah kue coklat nikmat nan menggoda dan gratis! Kebanyakan dari kita akan bernegosiasi dengan ‘diri kita yang lainnya’. “Kamu akan memakan kue ini, namun kamu harus berjanji untuk pergi ke gym besok!” Ya kita telah membuat perjanjian dengan diri kita sendiri.
Selalu ada dua sisi atau lebih dari satu diri kita. Ada yang bilang sebagai sisi baik-buruk atau rasional-emosional, dan lain sebagainya. Salah satu pendekatan terhadap perilaku berpikir manusia adalah pikiran kita merupakan sebuah sistem multi-partai dimana setiap partai di dalamnya dapat saling bertolak belakang ataupun berfungsi tumpang-tindih. Ketika memikirkan suatu keputusan yang akan diambil, otak kita membuat berbagai simulasi-simulasi konsekuensi akan keputusan-keputusan yang ada dan ini memunculkan debat di dalam otak kita mengenai keputusan yang terbaik yang akan diambil. Inilah salah satu yang kemudian membuat kecerdasan manusia menjadi sangat istimewa. Kecerdasan kita memikirkan solusi-solusi dalam jumlah yang tidak terbatas sehingga memungkinkan kita untuk melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Kecerdasan kita bukanlah memikirkan satu cara terbaik untuk memecahkan suatu masalah, namun membuat beragam solusi sehingga kita bisa memecahkan suatu masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien. Pendekatan multi-partai ini menjelaskan mengapa ada manusia yang tetap dapat berpikir atau berfungsi dengan baik walau setelah mengalami kerusakan otak. Sistem multi-partai memungkinkan fungsi otak yang hilang karena kerusakan tersebut diambil alih oleh bagian otak lainnya. Hal ini menjadikan kecerdasan kita sangat tangguh.
Kembali ke perjanjian Ulysses, ungkapan ini sering dipakai dalam dunia medis terutama pada kasus-kasus penyakit mental, misal skizofrenia. Saat pasien dalam keadaan normal, pihak medis akan membuat kontrak dengan pasien untuk disetujui diberikan penanganan medis ketika kekambuhan (relaps) terjadi di masa datang. Bisa kita bayangkan untuk pasien skizofrenia, ketika terjadi relaps, pasien akan sulit untuk mengambil keputusan. Kondisi perjanjian Ulysses juga sering terjadi dimana anda membiarkan orang lain mengambil keputusan untuk anda di masa depan. Seperti kasus pasien di rumah sakit yang mengalami trauma hebat, kehilangan keluarga atau orang yang dicinta, dimana pasien tersebut meminta untuk menghentikan segala perawatan dan meminta dirinya dimatikan saja dengan overdosis morfin. Tentunya kasus seperti ini akan dibawa ke komisi etik dan biasanya keputusan mereka adalah tidak membiarkan pasien mati karena pada masa datang pasien dapat saja menemukan jalan untuk mengatasi emosinya dan mendapatkan kembali kebahagiaan. Seperti Ulysses dan awaknya, kita bisa bergantung pada pandangan orang lain saat rasionalitas kita tidak dapat berpikir dengan jernih.
Bacaan yang ingin tahu lebih banyak:
Eagleman, David. Incognito: The secret of the living brain
nice writing :)
BalasHapusmenarik dan menambah wawasan!
keep writing!
www.meliahalim.blogspot.com
Yups, trims :D
Hapusand thanks for visiting :")