Kamis, 26 Juni 2014

Summer Tsukuba #1: Introduksi

Apa yang akan kamu tuliskan pada sebuah blog? Kontemplasi sarat makna? Rekaman cerita-cerita sewaktu? Kisah-kisah istimewa penuh inspirasi? Atau ricauan tentang dunia?

Beberapa minggu sebelum perjalanan pesawat saya yang pertama, dosen saya pernah berpesan untuk sebuah perjalanan jauh melintas pulau-pulau ini, “Tuliskan gam”, pesannya, “kisah perjalanan kamu”. Sejak saat itu, ketika saya melakukan perjalanan jauh (yang sangat jarang sekali dilakukan), ada buku catatan kecil yang saya bawa, sekedar untuk menuliskan teman perjalanan, nama tempat, hal-hal menarik yang kemudian tertangkap mata. Saya kemudian menyadari bahwa sekiranya perlu untuk menuliskan pengalaman-pengalaman yang patut untuk dikenang, pada sebuah blog atau catatan-catatan lainnya. Bukan untuk siapa-siapa, dan semoga bukan menjadi wadah berpamer-ria, hanya paling tidak, menjadi pengingat bahwa kita pernah diberi kesempatan-kesempatan berharga, yang walaupun semua hal tersebut telah terlewati, semoga masih terus tersimpan rasa syukur atasnya.

Rangkaian tulisan Summer Tsukuba adalah rekam jejak saat saya diberi kesempatan sekali lagi ke Jepang dalam rangka tugas pekerjaan pada tahun 2013. Seri Summer Tsukuba ini akan saya susun berdasarkan topik-topik besar menarik yang saya lakukan selama satu bulan di sana. Hari ketika saya membuka ruang kantor SATREPS Project di gedung IASTH FK UI, kemudian menyerahkan CV pada calon atasan saya saat itu, Aoki sensei, dan membuat janji untuk wawancara adalah awal dari kesempatan saya kembali ke sana. Hari itu, di awal Juli 2013, memasuki musim panas dan menuju bulan Ramadhan, saya kembali ke negara yang telah melesat bangkit semenjak keterpurukannya di tahun 1945, meskipun kali ini bukan lagi ke Tokyo, melainkan ke sebelah utaranya, dan dengan menempuh perjalanan sekitar satu jam, kita akan mendapatinya sebagai kota Tsukuba.

Kunjungan kedua
Proyek riset yang saya ikuti merupakan bagian dari program SATREPS Jepang yang mengolaborasikan tiga institusi pendidikan, FK Universitas Kobe, FK Universitas Indonesia, dan FF Universitas Airlangga dengan JICA (Japan International Cooperation Agency) dan JST (Japan Science and Technology Agency) sebagai penyuntik donasi. Oleh karena kunjungan saya ke Tsukuba ini mendapat endorsement dari JICA, sungguh sangat dimudahkan pengurusan visa dan keperluan lainnya.

Borang aplikasi dari JICA dan Tiket keberangkatan
Setelah menempuh perjalanan sekitar 8 jam dengan Japan Airlines (JAL 726) sendirian tanpa teman (semacam jomblo :P), saya menapakkan kaki kembali di Narita. Melesat turun dari pesawat, saya tiba di satellite building dan berlanjut menuju gedung utama (honkan) dengan menggunakan kereta monorel tanpa masinis. Setelah mengambil koper dan barang bawaan, saya menyelesaikan urusan kepabeanan (custom inspections), dan menuju loket JICA di lobi kedatangan. Sesampainya di sana, saya disambut petugas yang berjaga, seorang lelaki setengah baya, bersalaman dengan sedikit berkenalan dan bercakap-cakap. Selanjutnya ternyata saya diantarkan ke taksi yang sudah dipesankan untuk membawa saya ke JICA Tsukuba International Center (TBIC), sebuah asrama yang menampung banyak orang dari berbagai negara.

Menuju TBIC
TBIC terletak di kawasan Koyadai, di antara perumahan penduduk dengan pemandangan tatanan rumah yang rapi, jalan yang cukup lengang, serta hamparan persawahan yang masih cukup banyak. Setibanya saya di sana, meja resepsionis adalah tempat pertama yang dituju. Setelah mengisi beberapa borang, saya menerima arahan singkat mengenai jadwal orientasi, kunci kamar, serta kartu makan. Berjalan santai menuju kamar, ha yang saya lakukan pertama kali adalah rebahan di tempat tidur !
Meskipun demikian, setelah badan kembali segar, saya iseng untuk berjalan-jalan di sekitar TBIC.

Di sekitar TBIC
Sambil menghirup udara sore yang segar, dan ditemani suara tonggeret yang khas di musim panas, Japan, here I am back again :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar