Rabu, 30 Desember 2009

Dakwah Thulabiyah: Sebuah Langkah Awal


Pembuka: Pergerakan Para PelajarPergerakan-pergerakan intelektualitas dari suatu bangsa tidak pernah lepas dari peran sentral para pelajar sebagai tonggak awalnya. Mahasiswa, jika kita persempit ruang lingkupnya, memiliki tiga fungsi, yaitu agent of change, moral force, serta iron stock, yang membuat mereka menjadi tolakan-tolakan awal dari transformasi dari suatu bangsa. Pergolakan revolusi dari banyak negara tidak lepas dari peran para pelajar dengan semangat tinggi khas para pemuda, serta ide-ide brilian menjadikan mereka kesatuan yang tanggap dengan kondisi sosial yang ada di sekitarnya.
Adanya ketidakberesan pada keadaan sekitarnya membuat mereka merasa terpanggil untuk berkontribusi penuh dalam melakukan perubahan menuju masyarakat yang madani. Melalui kekritisan mereka bereaksi atas kedzalimin yang terjadi di masyarakatnya. Paling tidak ada lima kunci yang menjadi kekuatan bagi para pelajar, yaitu: (1) idealisme, (2) kecerdasan, (3) sikap kritis atau kepekaan sosial, dan (4) pengorbanan. Kunci-kunci kekuatan ini akan terus terwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya walaupun kemenangan belum mereka raih.

Menggunakan Kacamata Islam
Dalam ranah sejarah Islam, pergerakan menuju perubahan banyak dimulai dari pemudanya. Hal ini dapat terjadi karena semangat, kerja, dan tenaga pemuda adalah sebuah kekuatan besar yang sangat potensial. Kekuatan ideologi dan fikrah para pemuda Islam yang sudah mendapat tarbiyah dan terorganisir dengan baik merupakan sebuah potensi besar dalam upaya mewujudkan kebangkitan Islam (Shahwah Islamiyah). Semua ini menjadikan peran pemuda Islam sangat vital sebagai tulang inti perjuangan dakwah. Mereka akan tampil sebagai agen-agen perubah (guwwatut taghyir) yang sudah ter-tarbiyah dan terorganisir berdasarkan manhaj Rabbani.
Para pemuda ataupun mahasiswa muslim haruslah memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegangnya selalu agar tidak tersesat ketika berorganisasi. Menurut Mahfudz Siddiq, paling tidak ada lima prinsip dalam pengorganisasian mahasiswa:
1. Asas perjuangan → iman kepada Allah
2. Kekuatan konsep dan metode perjuangan
3. Kekuatan persatuan dari hati yang saling berhimpun (irthibath qulub)
4. Kekuatan sikap dan posisi perjuangan
5. Kekuatan aksi dan opini


Dakwah Thulabiyah, Dakwah para Akademisi
Dakwah thulabiyah tidaklah berbeda secara substansi dengan dakwah Islam pada umumnya karena dakwah tulabiyah merupakan bagian integral dari dakwah Islam yang memiliki tujuan-tujuan besar di dalamnya yaitu membentuk peradaban Islam yang madani, sebagai perwujudan dari rahmatan lilalamin. Dakwah thulabiyah memiliki sinkronisasi sasaran koordinasi dan evaluasi yang berkesinambungan, serta proyeksi dan pengarahan sumber daya manusia dakwah Islam yang sistematis.
Sesuai dengan namanya, dakwah thulabiyah memiliki ruang lingkup pada kalangan pelajar yang memiliki segmentasi pada wilayah akademis. Oleh karena itu dakwah thulabiyah memiliki tujuan menjadikan sekolah atau kampus sebagai basis dakwah yang akan mengembangkan pemikiran serta opini ilmiah. Dakwah thulabiiyah akan bersifat seobjektif mungkin dalam peningkatan wacana strategis dakwah demi perwujudan kesatuan umat (wihdatul ummah).
Dakwah thulabiyah merupakan sebuah langkah strategis dalam upaya menciptakan kader-kader dakwah sejak dini yang memiliki kesadaran dan pemahaman akan Islam di kalangan sekolah atau kampus.

Karakteristik Kekuatan Pemuda di Dalamnya
Tujuan besar Islam dimulai dari diri setiap individu muslim, serta para pemudanya yang memiliki potensi yang besar. Kekuatan besar yang dimiliki pemuda ini menjadikan mereka memiliki peran penting serta amanah besar yang berada dalam pundak mereka. Karakteristik unsur kekuatan yang dibutuhkan, yaitu:
1. Kekuatan para pemuda (ghuwwatusy-syabab)
2. Memberi tanpa berpihak (‘athoo bilaa tahzzub)
3. Kelompok yang selalu bekerja (gaumun ‘amaliyyun)
4. Perpaduan pria dan wanita (arrijal wa mar’ah)
5. Syura tanpa bersikap diktator (syuro bilaa istibdaad)
6. Bersifat universal (‘alamiyah)

Kontinuitas Dakwah Thulabiyah
Dakwah thulabiyah merupakan dakwah yang bersifat kontinu karena kondisi para pelajar yang menuntut ilmu pada jenjang atau tingkatan pendidikan. Dakwah thulabiyah diawali pada jenjang SMP dimana mereka baru memasuki fase akil baligh, dengan adanya kewajiban syar’i (taklif syar’i) mereka mulai dituntut untuk ikut berkontribusi dalam dakwah yang kemudian akan menjadi suplai bagi dakwah di SMA nantinya.
Memasuki lahan dakwah pada jenjang SMA, mereka akan mulai disiapkan untuk berhubungan (intima’) dengan harakah Islamiyah sehingga pembinaan secara sistematis (tarbiyah manhajiyah) dapat dilakukan. Persiapan (pembinaan) yang dilakukan pada siswa SMA menjadi bekal untuk mereka saat menghadapi dakwah kampus yang lebih kompleks lagi.
Dakwah thulabiyah mencapai puncaknya saat berada dalam ranah kampus. Hal ini disebabkan oleh perguruan tinggi yang mempunyai pengaruh besar pada masyarakat. Pergerakan mahasiswa memiliki aktivitas yang begitu luas di dunia yang telah terbukti selalu bersentuhan baik dengan pemerintah maupun masyarakat. Semua hal ini menjadikan mahasiswa memiliki potensi yang besar bagi kekuatan dakwah yang secara intelektual objektif dan inovatif, serta potensi sebagai calon pemimpin bangsa.
Peran dakwah thulabiyah pada ranah perguruan tinggi selanjutnya menjadi landasan bagi para aktivis dakwah untuk memainkan peran dalam medan dakwah yang lebih besar, yaitu masyarakat.

Manajerial Dakwah Thulabiyah
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, adanya jenjang-jenjang dalam pendidikan menjadikan koordinasi antara setiap jenjang sebagai sebuah kebutuhan. Koordinasi yang apik akan membentuk sikap saling bahu-membahu (ta’awun) dan membangun kekuatan dakwah. Aktifitas dakwah thulabiyah harus dapat bersentuhan dengan berbagai aktivitas dakwah di institusi lain, seperti mesjid, organisasi profesional, organisasi politik, LSM, media massa, dan sebagainya. Hal ini membutuhkan sistem manajemen (idarah) yang baik agar dapat menciptakan perencanaan jangka pendek dan jangka panjang yang komprehensif. Sistem dakwah thulabiyah pun dijalankan atas dasar bashirah dan hujjah balighah yang membutuhkan manajemen dan kepemimpinan (qiyadah) yang efektif. Maka prinsip amal jama’i dan ta’awun dapat terealisasikan dengan baik.
Dakwah thulabiyah memiliki visi dan misi yang agung: ridha Allah dan menyeru kepada manusia untuk beribadah kepada-Nya. Kepemimpinan di dalamnya bersifat satu kepemimpinan dan organisasi antara elemen dalam dakwah thulabiyah, sehingga dibutuhkan prinsip proporsionalitas, inisatif, konstruktif, dan loyalitas.
Manajemen dakwah thulabiyah dipimpin oleh seorang qiyadah dengan tujuan agar didapat perencanaan yang terorganisir dan jelas untuk masa depan organisasi. Manajemen dakwah thulabiyah memiliki beberapa tahap:
1. Perencanaan (takhtih)
2. Pengorganisasian (tandhzim)
3. Pengarahan dan dorongan (taujih dan thafidz)
4. Kontrol dan evaluasi (muraqabah dan muhasabah)
Pada akhirnya dakwah thulabiyah harus memiliki sasaran-sasaran yang ditetapkan dari: (1) ahdaf marhaliyah (sasaran bertahap), (2) tadaruijjiyah (proses berkesinambungan), dan (3) waqi’iyah (sasaran yang ditetapkan).

Model Tarbiyah Dakwah thulabiyah
Dakwah thulabiyah bagaimanapun membutuhkan tarbiyah di dalamnya sebagai usaha men-fitrahkan manusia sebagai seorang khalifah yang bisa mengembang amanah dari Allah. Selain itu, tarbiyah bertujuan agar manusia mau tunduk beribadah kepada Allah. Tarbiyah dilakukan sejalan dengan aktivitas dakwah thulabiyah dan tentunya sesuai dengan konsep ajaran Islam sebagai minhajjul hayyah.
Dalam dakwah thulabiyah, tarbiyah memiliki model, yaitu ta’limiyah (fase perkenalan) tarbiyah takwiniyah (fase oembentukan), tarbiyah tanfidziyah (fase pelaksanaan). Hal ini dibutuhkan agar dapat membentuk aktivis dakwah thulabiyah memilki muwashafat, yaitu salimul ‘aqidah (aqfidah yang bersih), shahihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak yang kokoh), qawiyyul jism (tubuh yang kuat), mutsaqqaful fikr (wawasan pemikiran yang luas), mujahidun li nafsihi (bersungguh-sungguh atas dirinya), harishun ‘ala waqtihi (pandai menjaga waktu), munazahmun fi syu’unih (tertata segala urusannya), qadirun ‘alal kasbi (mampu menghidupi dirinya), nafi’un li ghairihi (bermanfaat bagi orang lain).

Penutup
Masalah adalah hal yang pasti terjadi dalam dinamika perjalanan dakwah thulabiyah sebagai reaksi dari amal dakwah dan konsekuensi dari kesalahan yang terjadi. Permasalahan tersebut umumnya disebabkan oleh faktor internal, eksternal, serta pelaksanaan teknis dakwah thulabiyah. Namun semua masalah tersebut dapat mendinamisir perjalanan dakwah, meningkatkan profesionalitas dan kinerja aktivis di dalamnya, serta meningkatkan iltizam dan keyakinan akan datangnya pertolongan Allah.

[disarikan dari buku Risalah Dakwah Thulabiyah karya Drs. Mahfudz Siddiq]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar