(sumber: fanpop.com) |
Seleksi alam (natural selection) menjadi topik hangat dalam dunia evolusi mahluk hidup sejak diusulkan oleh Darwin pada abad ke-19. Jika teori evolusi adalah sebuah mobil maka seleksi alam merupakan mesinnya. Apa yang kemudian diusulkan oleh Darwin merupakan hasil pengamatannya di Pulau Galapagos, tempat bersemayam hewan-hewan langka dan menakjubkan. Tetapi, saat ini kita tidak akan berbicara mengenai evolusi, karena pertama saya bukan ahli dalam bidang ini, kedua saya keberatan dengan hipotesis kera adalah nenek moyang manusia. Jadi kita pinggirkan dahulu teori evolusi dalam perdebatan-hingga-akhir-zaman. Mari kita berbicara mengenai ide universal di alam semesta, mau tidak mau, anda akan dibuat setuju dengannya.
Ada sebuah prinsip universal yang terjadi di dunia ini, dari hutan rimba di pedalaman Kalimantan yang mulai menghilang hingga di kantor eksekutif papan atas. Seleksi alam, memegang prinsip siapa yang paling dapat beradaptasi dengan lingkungannya, maka dialah yang paling bertahan. Kau yang kuat bertahan terhadap tantangan kehidupan akan selamat, hidup, dan melanjutkan generasi. Sementara mereka yang tak sanggup menanggung beban perubahan akan terkikis, tersingkir dari arena kehidupan.
Hidup memilih siapa yang pantas untuk melanjutkan hidup, maka buktikanlah bahwa kau cukup berharga untuk hidup. Kita diseleksi setiap hari, setiap detik-menit-jam kita bernapas melalui ujian dalam berbagai bentuk. Hal yang menjadi pertanyaan utama adalah apakah kita lulus? Ujian mengingatkan kita bahwa mereka yang tak bisa mencapai batas minimum kelulusan akan gagal. Ada ambang yang tercipta di dalam sebuah seleksi dan menjadi keharusan kita untuk melewati ambang tersebut.
Bersyukurlah kita dilahirkan sebagai manusia. Kau tahu? Manusia memiliki keterbatasan besar dalam menundukkan lingkungan secara langsung. Kita tidak memiliki penglihatan dan pendengar setajam serigala atau cakar yang dengannya dapat melumpuhkan makanan. Kita tak pernah sekuat gajah atau banteng atau badak sehingga dapat menerjang segala sesuatu dengan mudah. Tetapi manusia diwarisi gumpalan massa seperti gel di dalam rongga tengkorak mereka, otak. Kemampuan manusia untuk belajar dari kejadian masa lalu, mengolahnya, kemudian membuat hal baru atau memprediksi masa depan berdasarkan pengalaman tersebut merupakan kekuatan mahadasyat. Kecerdasan manusia adalah sumber kekuatan terbesar. Dengannya manusia menjadi mahluk yang paling mungkin lolos dalam upacara seleksi alam. Manusia merekayasa apapun, alat-alat sehingga kita dapat menciptakan peradaban, benda-benda sehingga kita dapat menundukkan darat, laut, dan udara, bahkan merekayasa kebenaran untuk berbagai kepentingan. The survival of the fittest, kecerdasan manusia membuatnya paling cakap dalam beradaptasi dengan kehidupan.
Is that bad to be weak?
Sayangnya, jawaban dari pertanyaan di atas adalah ‘Ya’. Tak pernah diragukan lagi, mereka yang lemah akan tersingkir dari percaturan hidup. Bapak-ibu penjual yang digusur misalnya, kelemahan akan kekuasan membuat mereka menjadi tak berdaya menghadapi penguasa. Tidak ada kekuatan menawar, mereka akhirnya tergusur tanpa sempat melawan atau melawan dengan sedikit. Pada kenyataanya kau harus kuat untuk bisa bahagia. Kuat mengatasi kesengsaran akan membawa bahagia, begitu pula kau harus kuat dalam berbahagia. Mereka yang tidak kuat berbahagia bisa jadi merupakan penghuni di salah satu kamar rumah sakit jiwa. Senang, sedih, susah, galau, nelangsa harus dihadapi dengan kuat atau kau akan menjadi lemah, tersingkir, dan tak berdaya.
Kuat bukanlah soal kekuasaan, kekuatan, kelebihan, apapun itu. Kita berbicara mengenai adaptasi, kekuatan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan. Maka selalu ada kesempatan bagi si lemah untuk bertransformasi menjadi kuat. Adaptasi, si lemah yang mampu beradaptasi sehingga bisa selamat pada dasarnya tidaklah lemah, karena dia sanggup menjawab tantangan kondisi. Apa-apa yang kau sebut sebagai membantu orang lemah pun dapat menjadikan mereka kuat dan bertahan. Bahkan Tuhan pun turut campur tangan dalam menguatkan orang-orang lemah. Secara substansial, siapapun yang lemah akan tersingkir kemudian mati dan yang kuat akan bertahan dan melanjutkan generasi. Jangan pernah berpikir hanya sekedar hidup seadanya, citakanlah untuk menjadi berkecukupan sehingga paling tidak kau akan berpikir untuk terus maju. Fokuslah ke target tertinggi bukan ke batas terendah.
Read More..