Jumat, 06 November 2009

Amal Jama'i


"Dan berpeganganlah kamu sekalian dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali-Imran: 103)

Mukadimah
Islam pada zaman ini, setuju atau tidak, masih menempati tempat yang kurang bila dibandingkan dengan umat lainnya. Sejarah masa lalu, saat periode emas Islam dibawah naungan kekhilafan, dari perintisan pada zaman Rasulullah saw, berlanjut pada masa Khulafa al-rasyidin, dan dinasti-dinasti keemasan Islam yang ditandai dengan terbentuknya pemerintahan madani, generasi-generasi Rabbani, dan ilmu yang maju dengan pesatnya, kini telah menurun. Arus deras perkembangan pemahaman dan pemikiran yang tidak sesuai dengan aturan pada Al-Qur’an dan sunnah telah menggerus jiwa-jiwa generasi Islam.
Islam tidak akan rela atas ketidakberdayaan kaum muslimin dalam menghadapi kenyataan ini. Islam tidak menghendaki umatnya lemah dan takluk pada musuh-musuh yang selalu berupaya untuk kehancuran Islam. Tiada kata lain selain umat ini harus bangkit dari keterpurukan, mengembalikkan kejayaan Islam di bumi ini. Hal tersebut menuntut perjuangan yang keras dan berkesinambungan dari umat muslim. Sebuah perjuangan melakukan perubahan tidak akan pernah menjadi besar bila dilakukan perseorangan, dia memerlukan kerja sama, koordinasi yang baik, dan organisasi yang rapi. Bukankah sapu lidi tidak akan bisa benar-benar menjalankan fungsinya bila dilakukan oleh satu batang lidi saja?.

Kita adalah Da’i Sebelum Apapun juga
Karakter dakwah Islamiyyah adalah kebersamaan setiap umat muslim untuk bergerak dan berusahan mewujudkan tuntunan Islam. Hal ini mensyaratkan setiap umat muslim untuk berusaha mewujudkan dan menegakkan kembali Daulah Islamiyah ‘Alamiyyah, suatu sistem pemerintahan atau negara Islam yang mendunia (bersifat internasional). Tujuan besar inilah yang merupakan kewajiban tiap muslim untuk menjalankannya sesuai dengan koridor Al-Qur’an dan sunnah.

Amal Jama’i adalah Kunci
Amal jama’i adalah amal bersama, dilakukan dengan bersama untuk mencapai tujuan bersama dan berefek pada semua, tidak hanya satu orang. Bedakan dengan amal fardhiyah yang merupakan amal yang dilakukan perindividu.
Perjuangan untuk mencapai tujuan yang besar, kebangkitan Islam, memerlukan suatu kerja sama, kebersamaan dalam bergerak dan koordinasi yang apik antar sesamanya. Karenanya peruangan melalui amal jama’I yang digerakkan oleh sebuah jama’ah Islam harus tersusun rapi dan kuat, sebuah gerakan bersama yang terkordinasi dengan baik.
Tujuan besar ini yang mungkin hanya bisa dicapai oleh konsep amal jama’I menjadikannya kita wajib melakukan amal jama’i. Sebab Ushul Fiqih menyatakan, “Sesuatu yang wajib yang tidak sempurna pelaksanaannya kecuali dengan suatu hal, maka hal tersebut menjadi wajib.” Lagipula Islam bukanlah agama individu, ia adalah agama satu umat, satu tubuh. Islam menyeru kepada kesatuan umat muslimin. Islam adalah dien yang diturunkan untuk seluruh umat manusia, dan medannya adalah umat seluruhnya.
Jika kita melihat kembali Sirah Rasulullah saw maka kita akan melihat sebuah gambaran bagaimana Rasulullah saw memimpin umat muslim dalam satu jama’ah. Amal jama’i merupakan konsep gerakan Rasulullah, sebuah prinsip gerakan Islam. Dengannya Rasulullah berhasil membentuk Daulah Islamiyah pertama, sebuah negeri madani dimana di dalamnya setiap muslim berkasih sayang pada sesamanya dan keras terhadap orang-orang kafir.

Menilik Alur Pergerakan Rasulullah
Kembali ketika kita menengok perjalanan Rasulullah saw dalam merintis dakwah Islamiyah, banyak hal yang bisa kita petik. Rasulullah saw bersama para sahabat (jama’ah Islam pertama) melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, menyiapkan generasi-generasi penggerak da’wah Islam. Kemudian diikuti dengan dakwah secara terbuka dan memperjuangkannya secara militan. Seterusnya Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, sebuah kota yang kaya dengan manusia yang berhati hidup dan siap membela Islam di setiap saat. Di sana, sesama muslim dipersaudarakan, sistem pemerintahan terbaik dijalankan, dan jihad total amat ma’ruf nahi munkar dilancarkan. Sebuah keadaan bagaimana kebersamaan dalam ukhuwah Islamiyah, kesatuan dalam beramal membuahkan hasil yang gemilang.

Amal Jama’i Berjalan dengan Manhaj, Pemimpin, dan Anggota
Amal jama’i dijalankan oleh jama’ah dan untuk mencapai tujuannya diperlukanlah arahan atau pedoman (manhaj) yang jelas dan bergerak menurut manhaj tersebut. Dalam kaitan ini Imam Hasan Al-Banna pernah berkata, “Mengulang kaji seluruh organisasi atau bangsa-bangsa, anda akan mendapati bahwa asas keberhasilan, kebangkitan, dan pembangunannya ialah adanya manhaj tertentu dan adanya kelompok yang bergerak terus atas dasar manhaj tersebut. Mereka tidak pernah jemu dan terus menerus berusaha mencapai tujuannya serta taat kepada pemimpinnya.”
Suatu jama’ah tidak mungkin dapat berjalan tanpa adanya pemimpin yang mengatur seluruh gerakannya, menentukan tujuan dan sasaran, serta sarana. Selain itu ia mengawasi serta mengontrol pelaksanaan program. Begitu pula dengan anggota, yang berjiwa prajurit dan berdisiplin tinggi tidak kalah penting kedudukannya dengan pemimpin. Karena pemimpin yang kuat sekalipun, niscaya tidak akan dapat melaksanakan program-program besarnya tanpa disertai anggota yang kuat dan berkemampuan. Sebaliknya, anggota yang kuat yang dipimpin oleh pemimpin yang lemah, masih berkemungkinan mengganti pimpinannya dan memilih yang baru dari kalangan mereka sendiri.

Amal Jama’i Menuntut Interaksi antar Pelaksananya
Oleh karena amal jama’I dijalankan oleh jama’ah, maka kordinasi yang baik adalah syarat utama. Sebuah koordinasi akan mensyaratkan adanya interaksi atau hubungan antara pihak-pihak yang terkait. Adapun beberapa adab dalam berinteraksi:
Saling menghormati dan menghargai
Menjaga perkataan saat berbincang
Saing menasihati
Rasulullah saw bersabda:
Al-Dien itu adalah nasihat. Kami bertanya, “Untuk siapa?” Rasulullah saw menjawab, “Bagi Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, pemimpin-pemimpin kaum Muslimin dan orang-orang awamnya.”
Saling memercayai dan berbaik sangka
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujurat: 12).
Saling mencintai dan bersaudara

Penutup
Bergerak dalam dakwah Islamiyah dalam saru gerakan amal jama’i adalah suatu hal yang harus dilakukan. Sebuah kebaikan yang tak terorganisir dengan baik akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir dengan baik. Perlunya kita bergerak dalam amal jama’I yang rapi adalah suatu hal yang pasti. Wallahu alam.

Pustaka:
Mansyur, Syaikh Mushthafa. (2000). Fiqh Dakwah. Jakarta: Al-I’tishom. Halaman 395-401.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar