Kamis, 09 Desember 2010

Saya tentang Pemira UI: Refleksi Sederhana dari Mata Awam

(Tulisan ini adalah bagian kedua dari dua tulisan)

Sepanjang masa kampanye BEM UI, pasangan kandidat yang paling gencar terlebih dahulu melakukan kampanye pasif, via berbagai media mulai dari baliho hingga grup di facebook dan twitter adalah maman-ijonk. Pasangan kandidat ini mengusung tema together in excellence, mungkin bermaksud dengan bersama-sama, tanpa harus terbatas oleh golongan, maka keunggulan dapat dicapai. Dari sisi sakti-sri, yang mengusung tema akselerasi-inspirasi, memaksudkan sebuah kepemimpinan yang dapat menginspirasi banyak orang untuk dapat berakselerasi menuju hal yang lebih baik.
Gaya media cetak tampaknya tidak jauh berbeda pada masing-masing kandidat. Foto kandidat menguasai hampir 70% space baliho, kemudian warna minimalis dengan ciri khas masing-masing menjadi gaya umum desain baliho kampanye. Cukup menarik dari kubu maman-ijonk yang membuat logo tematik bagi tiap-tiap fakultas dengan ke-khas-an masing-masing bidang ilmu. Perang media cetak tampaknya lebih didominasi oleh maman-ijonk, yang cukup progresif menebar jala dimana-mana. Perang dunia maya tidak kalah seru, membuat opini mahasiswa adalah kunci utamanya. Dengan kemudahan akses informasi di dunia maya, setiap opini yang dilemparkan dapat menjamah setiap sudut-sudut kampus.
Debat kandidat adalah acara yang ditunggu-tunggu di tiap fakultas. Paling menarik, tentu saja di fakultas teknik. Berlangsung lebih dari 12 jam non-stop, setiap kandidat benar-benar teruji mental, pikiran, dan tubuh. Jalan yang serupa juga ternyata dicoba diterapkan di FH, meski tidak sebaik FT yang sudah merupakan tradisi turun-menurun.

Between White and Black
Black campaign tidak lupa ikut ambil bagian dalam pemira ini. Opini-opini menjatuhkan nan destruktif harusnya tidak keluar dari lisan atau tulisan-tulisan mahasiswa UI. Opini-opini memang banyak merebak di sana-sini, dengan dasar yang tidak jelas dan tidak kuat. Asal cuap, kicau, yang penting riuh, bahkan ricuh menjadi senjata utama. Sayang disayang, terkadang mahasiswa, yang notabene adalah masyarakat ilmiah, lebih senang dengan opini-opini yang tidak jelas dan tidak kuat pijakannya, namun seru dan kontroversial.
Dalam perang dan cinta, segalanya boleh, adalah kalimat mereka yang tidak mengenal dengan baik norma dan moralitas. Kebebasan yang kebablasan sering kali menjadi pijakan dasar untuk menghalalkan segala cara agar memperoleh tujuan. Sayangnya, kebanyakan dari kita masih terbius dengan bayang-bayang kekuasaan, menjadikannya tujuan akhir. Sungguh kekuasaan adalah kehinaan bagi mereka yang tidak amanah menerimanya.
Siapa yang sering diserang ?, secara kasat mata, maka penulis katakan pihak maman-ijonk. Apakah benar pihak sakti-sri melakukan black campaign ? Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Banyak bias dalam opini-opini yang berkembang, bisa saja mahasiswa yang terlihat mendukung sakti-sri, ternyata membela maman-ijonk, ataupun sebaliknya. Namun, hal yang dikhawatirkan adalah adanya pihak-pihak tertentu (dengan kepentingan tertentu tentu saja) memanfaatkan salah satu pihak untuk menyerang pihak lainnya. Tentu saja, statement tersebut tidak berdasar, namun berbagai kecurigaan tetap bermunculan. Seharusnya kita bisa menyikapi kecurigaan kita secara positif agar tidak berujung pada su’udzon kepada saudara sendiri, apalagi celaan-celaan yang tidak seharusnya keluar dari lisan-lisan berilmu.
Tarbiyah, sering kata itu muncul dalam celaan. Entah para pencela tahu artinya atau tidak, tarbiyah berarti pembinaan atau pendidikan. Tarbiyah seringkali distigmakan kepada golongan tertentu, dicap ekslusif dan kaku, tanpa berminat mencari tahu lebih dekat dan hanya senang mencerca. Terbelah dan sakit hati, sayang sekali, hanya karena paradigma yang keliru, mengambil sampel yang bahkan tidak memenuhi syarat secara statistika, lalu mengeneralisir segalanya. Harusnya kita semua tahu, bahwa hampir tidak pernah ada yang murni 100% di dunia, selalu ada pencilan, mereka yang berbeda, yang harus disikapi secara bijaksana.

Dendang Para Pemenang dan Balada Orang-Orang Kalah

Hasil Pemira UI telah diumumkan, kemenangan menyapa pihak maman-ijonk. Mereka yang memperoleh suara terbanyak mendapatkan amanah besar yang kelak harus dipertanggungjawabkan. Serta Alhamdulillah bagi mereka yang memperoleh suara lebih sedikit, terhindari dari amanah yang akan dihisab kelak di akhirat.
Para pemenang berdendang, semestinya bukanlah lagu kemenangan atau sorak tepuk tangan atau ramai ucapan selamat, juga pujian. Dendang para pemenang sejati adalah syukur serta mohon ampun. Para pemenang sejati tidak larut dalam kegembiraan kemenangan, mereka sadar akan tugas besar menanti di depan,

“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.” (Qs. 110: 3)

Orang-orang kalah bukan mereka yang gagal dalam bertanding, hakikatnya mereka yang gagal untuk bangkit lagi adalah orang-orang kalah sesungguhnya. Balada orang-orang kalah adalah mereka yang terus terpuruk dalam kubangan penyesalan, mencari-cari kesalahan, dan menyalahkan segalanya. Balada orang-orang kalah adalah keluh kesah, para pecundang yang bercerita dan berkisah ke sana kemari tentang betapa sengsaranya hidup mereka, tentang kekalahan yang diakibatkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Balada orang-orang kalah adalah mereka yang putus asa dan melakukan langkah-langkah putus asa untuk memuasakan nafsu sendiri atau menyalahkan pihak lain.

Epilog
Sejatinya semua ini adalah proses demokrasi yang diamini negara ini. Ada pro juga kontra, namun para bijaksanawan, mereka yang berpikir dewasa, melihat segalanya dengan pikiran yang matang dan hati yang jernih. Perbedaan adalah khazanah kehidupan, mewarnakan hidup dengan warna-warni pengertian dan cinta, bagi wajah-wajah teduh pengharap ridho Ilahi.
Sungguh menjadi sebuah cita, ketika disapa dengan indah oleh Sang Maha Kuasa,

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surge-Ku.”(Qs. 89: 27-30)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar