If you can't explain it simply, you don't understand it well enough. (A. Einstein, 1879-1955)
Selasa, 28 Juli 2009
Global Warming dan Kemungkinan Mutasi Virus
Seperti yang kita ketahui dari publikasi melalui berbagai media, global warming telah mengancam kehidupan lingkungan dunia. Tak dapat dipungkiri, campur tangan manusia dibalik semakin parahnya kondisi lingkungan dunia. Pada tahun ini mulai tampak berbagai efek global warming mulai kita rasakan, perubahan musim yang mendadak, musim hujan yang semakin tidak menentu batasan waktunya sehingga batas antara musim hujan dan musim kemarau menjadi semakin tidak jelas, dan berbagai fenomena alam lainnya seperti angin puting beliung.
Tentunya gejala-gejala global warming, menimbulkan perubahan kondisi cuaca hingga kondisi temperatur di sekeliling kita yang cukup ekstrim. Hal ini tentunya dapat berakibat pada kondisi kesehatan hewan-hewan, ayam sebagai contoh. Ayam bisa saja mengalami stres sebagai akibat perubahan kondisi lingkungan yang cukup ekstrim. Sebagai konsekuensinya adalah kondisi daya tahan tubuh ayam yang akan menurun. Hal ini dapat memungkin ayam terserang penyakit menjadi lebih besar. Hal yang paling dikhawatirkan adalah virus avian influenza menjadi mudah menyerang ayam. Dan sangat besar kemungkinan manusia di sekitarnya terserang flu burung.
Pada virus H5N1 sendiri perubahan genetik akibat perubahan cuaca mungkin saja terjadi. Perubahan cuaca akibat global warming tentu saja merubah komposisi dan pola migrasi dari berbagai spesies burung. Tentu saja burung sebagai vektor utama virus H5N1 akan merubah kebiasaan migrasinya, sehingga memungkinkan perubahan lokasi migrasi. Efeknya adalah perubahan dari siklus hidup virus yang menyebabkan virus harus beradaptasi. Meskipun demikian dari berbagai observasi yang dilakukan, virus ini dapat beradaptasi dengan baik dalam range kondisi cuaca yang luas. Meskipun pengetahuan tentang transmisi dan daya tahan virus H5N1 masih belum lengkap, berbagai observasi ini mengindikasikan bahwa perubahan lingkungan berefek kecil pada epidemiologi virus.
Lain halnya dengan virus demam berdarah yang dengan mudah dapat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Virus ini dapat dikatakan berbasis lingkungan mengingat vektornya (nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus) memiliki perilaku yang bergantung lingkungannya. Mutasi yang merupakan sebuah respon dari kondisi lingkungan dapat memimbulkan varian-varian baru dari virus dengue ini. Sampai saat ini memang baru diakui empat tipe virus, yaitu serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang kemudian dapat melahirkan berbagai strain. Terdapat dua model perubahan genetik virus, yaitu terjadi spontan karena pengaruh lingkungan ekstrem di sekitarnya dan secara evolutif atau perlahan-lahan karena perubahan atau tekanan terhadap habitat virus maupun vektornya. Dan diperkirakan evolusi virus dengue telah terjadi selama 200 tahun terakhir.
Selain dua contoh virus di atas masih ada beberapa spesies virus lainnya yang mungkin saja mengalami mutasi, mengingat virus amat mudah bermutasi. Bagaimanapun juga global warming yang memicu perubahan lingkungan dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan manusia.
So..Stop Global warming, change your habit or climate changes
"Bila mentari tertutup asap hitam ?
Bila udara tak lagi menyegarkan ?
Bila kehidupan tak pedulikan alam ?
Bila semua hanyalah keegoisan ?
Kerusakan di muka bumi karena tangan-tangan manusialah semata
Dan manusialah yang akan merasakan akibatnya
Let?s start to care and love mother nature"
(Shaff-Fix_Mother Nature)
[Source: www. Depkes.go.id| infovet.blogspot.com| www.pubmedcentral.nih.gov]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar