sumber gambar: quickmeme.com |
Alumunium
Alumunium (lebih tepatnya dalam konteks ini, garam alumunium) sudah digunakan sejak lama dalam proses pembuatan vaksin. Sebagian orang mungkin mempertanyakan mengenai keamanan penggunaan alumunium sebagai adjuvant. Meskipun demikian, hal yang perlu diketahui pertama adalah alumunium merupakan senyawa yang secara normal ada di lingkungan sekitar kita, begitu pula pada air dan makanan yang masuk ke perut, mengandung alumunium walau dalam jumlah yang sangat sedikit sekali. Jumlah garam alumunium dalam sebuah vaksin sangatlah kecil. Sebagai gambarannya, pada enam bulan pertama, seorang bayi yang mendapatkan vaksin lengkap akan menerima sekitar 4 miligram alumunium yang terkandung dalam vaksin. Akan tetapi, pada durasi yang sama, seorang bayi dapat menerima 10 miligram alumunium dari ASI, 40 miligram jika mereka diberi susu formula secara regular, dan hingga 120 miligram bila mereka diberikan susu formula yang berbahan kedelai. Alumunium akan berbahaya hanya bila ketika fungsi ginjal tidak berfungsi dan bila alumunium dalam jumlah besar diberikan, seperti saat kita meminum antasida untuk obat mag.
Selain alumunium, lipid monofosforil A yang diisolasi dari bakteri juga dapat digunakan sebagai adjuvant dan sudah digunakan pada salah satu produk vaksin HPV.
Formaldehid
Formaldehid digunakan selama proses produksi pada beberapa vaksin untuk menginaktivasi virus atau toksin bakteri yang akan digunakan. Sebagian besar formaldehid akan hilang pada proses pemurnian produk, walau sedikit jumlah yang masih tersisa. Meskipun demikian, hal yang perlu dicatat adalah formaldehid juga merupakan produk samping dari sintesis protein dan DNA dalam sel, sehingga senyawa ini umum ditemukan pada aliran darah. Jumlah formaldehid yang umum terdeteksi pada darah 10x lebih besar dari yang dapat ditemukan pada vaksin.
Gelatin
Gelatin merupakan salah satu jenis stabilizer yang ditambahkan pada produk vaksin. Bahan stabilizer berguna untuk melindung bahan aktif selama proses produksi, pendistribusian, hingga penyimpanan. Gelatin yang digunakan pada umumnya berasal dari hewan babi atau sapi. Selain gelatin, beberapa bahan lain dapat digunakan sebagai stabilizer seperti sukrosa, laktosa, albumin, MSG, dan glisin. Data dari CDC(3) hanya beberapa produk vaksin (keluaran Amerika) saja yang menggunakan gelatin sebagi stabilizer-nya, seperti vaksin influenza, vaksin MMR-II, vaksin rabies, vaksin varicella, vaksin demam kuning (yellow fever), dan vaksin zoster. Pada vaksin produksi dalam negeri (keluaran PT Biofarma) tidak disebutkan menggunakan gelatin sebagai stabilizer-nya(4). Gelatin yang digunakan sebenarnya sangat sedikit sekali dan merupakan merupakan senyawa yang mudah dirusak (dihidrolisis) sehingga konsentrasinya akan semakin berkurang.
Merkuri
Merkuri atau lebih tepatnya sebagai senyawa mengandung merkuri merupakan pengawet yang umum digunakan pada awal abad 20. Pengawet ini digunakan terutama pada sediaan vaksin yang digunakan beberapa kali (tidak sekali pakai habis), seperti pada vaksin influenza. Senyawa mengandung merkuri yang dimaksud adalah Thimerosal. Seringkali terdapat kesalahpahaman antara etilmerkuri dengan metilmerkuri. Etilmerkuri terbentuk setelah tubuh memetabolisme thimerosal dan akan dipecah lagi serta dikeluarkan dari tubuh dengan cepat. Metilmerkuri umum terbentuk di alam ketika terdapat logam merkuri. Jika metilmerkuri ditemukan dalam tubuh, hal ini biasanya terjadi akibat mengkonsumsi pangan yang terkontaminasi logam merkuri. Etilmerkuri dan metilmerkuri merupakan dua senyawa yang berbeda dengan cara metabolisme serta pembuangan (clearance) pada tubuh yang berbeda pula. Hingga saat ini, penelitian-penelitian yang ada tidak menemukan adanya hubungan antara thimerosal pada vaksin dengan autisme pada anak(5).
Bagaimana dengan enzim tripsin? Pada dasarnya tripsin bukan merupakan bagian dari komposisi produk vaksin. Tripsin digunakan pada saat penyiapan kultur virus yang akan digunakan untuk pembuatan vaksin, seperti isolasi sel inang dari jaringan hewan untuk tempat tumbuh virus, atau untuk aktivasi partikel virus tertentu(6). Setelah bahan virus atau bagian virus berhasil di-‘panen’ dari kultur sel, bahan tersebut akan dimurnikan hingga memungkin tidak terdeteksi kembali bahan-bahan lainnya, termasuk enzim tripsin. Kemudian setelah itu bahan virus ini lah yang merupakan komposisi dari produk vaksin.
Sumber-sumber:
- Vaccine Education Center The Children’s Hospital of Philadelphia. (2012). Vaccine ingredients: what you should know. Diunduh 7 Maret 2014 [vaccine.chop.edu]
- American Academy of Pediatrics. (2013). Questions and answers about vaccine ingredients.
- CDC. (2013). Vaccine excipient and media summary. Diunduh 7 Maret 2014 [cdc.gov]
- PT Biofarma. Diakses pada 7 Maret 2014 [biofarma.co.id]
- CDC. (2013). Understanding thimerosal, mercury, and vaccine safety. Diunduh 7 Maret 2014 [cdc.gov]
- European Medicines Agency. (2013). Draft guideline on the use of porcine trypsin used in manufacture of human biological medicine products. EMA/CHMP/BWP/814397/2011 [ema.europe.eu]
Read More..