Minggu, 04 November 2012

The Ulysses Contract

(sumber gambar: bywayofbeauty.com)
Ulysses atau juga dikenal dengan nama Odysseus dalam mitologi Yunani merupakan salah satu dari tiga penasihat Raja Ithaca. Ulysses adalah seorang ahli strategi dan merupakan tokoh utama dibalik kemenangan Perang Trojan. Strateginya menggunakan bangunan kayu yang berbentuk kuda untuk memasukkan tentara Yunani ke dalam benteng kerajaan Troy membuahkan kemenangan yang gemilang dan tercatat dalam berbagai naskah. Setelah berhasil memenangkan Perang Trojan yang menyejarah tersebut, Ulysses berlayar kembali ke kampung halaman di Pulau Ithaca. Di tengah perjalanan, Ulysses tersadar dia akan melawati Pulau Sirenum scopuli, tempat sesosok mahluk mitologi yunani bernama Siren hidup. Siren dikisahkan merupakan seekor putri duyung atau wanita yang memiliki sayap seperti burung yang memiliki suara merdu, memikat siapa saja yang mendengarnya. Setiap pelaut yang tanpa sengaja mendengar nyanyiannya akan terhanyut dengan godaan yang demikian kuat untuk datang menuju Siren dan menghempaskan kapal mereka ke karang mematikan di sekeliling pulau, menenggelamkan semua orang di kapal. Semua pelaut yang tahu trik mematikan ini, akan menutup kuping mereka dengan segala cara agar tidak mendengar nyanyian Siren. Namun, bagi Ulysses ini merupakan kesempatan langka untuk mendengarkan nyanyian Siren. Mengetahui akibat yang diterimanya jika mendengar nanyian Siren, Ulysses membuat sebuah rencana. Dia sadar bahwa dirinya akan menjadi gila saat mendengar nyanyian tersebut dan akan memerintahkan awak kapal untuk menuju karang. Maka, Ulysses memerintahkan awaknya untuk mengikatnya di tiang kapal dan tidak mengindahkan perintahnya saat melewati Pulau Sirenum scopuli. Dia membuat perintah dengan jelas untuk tidak mendengarkannya dan melepaskan ikatannya hingga mereka telah melewati Pulau. Awaknya sendiri diperintahkan untuk menutupi telinga mereka dengan lilin (beeswax) sehingga mereka tidak akan mendengar nyanyian Siren. Ulysses mengikat dirinya di masa depan (saat mendengar nyanyian Siren) dengan perjanjian (antara ia dengan awaknya) di masa sekarang (sebelum melewati pulau).

Keputusan hari ini yang mengikat kita di masa yang akan datang ini dikenal sebagai Ulysses contract, perjanjian Ulysses. Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat sebagai kontrak kerja atau perjanjian-perjanjian yang kita buat dengan orang lain yang akan berkaitan langsung dengan kita. Tetapi sadar atau tidak, kita sehari-hari sering membuat perjanjian Ulysses, bukan kepada orang lain melainkan kepada diri kita sendiri. Bayangkan anda sedang menjalani diet ketat untuk mengurangi berat badan. Akan tetapi, sebuah kue coklat nikmat nan menggoda disajikan kepada anda secara gratis. Apa yang terjadi pada diri anda? Sebuah pertarungan di otak. Di satu sisi otak anda berkata anda sedang dalam diet ketat dan jangan memakannya, namun di sisi lainnya otak anda menginginkannya, sebuah kue coklat nikmat nan menggoda dan gratis! Kebanyakan dari kita akan bernegosiasi dengan ‘diri kita yang lainnya’. “Kamu akan memakan kue ini, namun kamu harus berjanji untuk pergi ke gym besok!” Ya kita telah membuat perjanjian dengan diri kita sendiri.

Selalu ada dua sisi atau lebih dari satu diri kita. Ada yang bilang sebagai sisi baik-buruk atau rasional-emosional, dan lain sebagainya. Salah satu pendekatan terhadap perilaku berpikir manusia adalah pikiran kita merupakan sebuah sistem multi-partai dimana setiap partai di dalamnya dapat saling bertolak belakang ataupun berfungsi tumpang-tindih. Ketika memikirkan suatu keputusan yang akan diambil, otak kita membuat berbagai simulasi-simulasi konsekuensi akan keputusan-keputusan yang ada dan ini memunculkan debat di dalam otak kita mengenai keputusan yang terbaik yang akan diambil. Inilah salah satu yang kemudian membuat kecerdasan manusia menjadi sangat istimewa. Kecerdasan kita memikirkan solusi-solusi dalam jumlah yang tidak terbatas sehingga memungkinkan kita untuk melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Kecerdasan kita bukanlah memikirkan satu cara terbaik untuk memecahkan suatu masalah, namun membuat beragam solusi sehingga kita bisa memecahkan suatu masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien. Pendekatan multi-partai ini menjelaskan mengapa ada manusia yang tetap dapat berpikir atau berfungsi dengan baik walau setelah mengalami kerusakan otak. Sistem multi-partai memungkinkan fungsi otak yang hilang karena kerusakan tersebut diambil alih oleh bagian otak lainnya. Hal ini menjadikan kecerdasan kita sangat tangguh.

Kembali ke perjanjian Ulysses, ungkapan ini sering dipakai dalam dunia medis terutama pada kasus-kasus penyakit mental, misal skizofrenia. Saat pasien dalam keadaan normal, pihak medis akan membuat kontrak dengan pasien untuk disetujui diberikan penanganan medis ketika kekambuhan (relaps) terjadi di masa datang. Bisa kita bayangkan untuk pasien skizofrenia, ketika terjadi relaps, pasien akan sulit untuk mengambil keputusan. Kondisi perjanjian Ulysses juga sering terjadi dimana anda membiarkan orang lain mengambil keputusan untuk anda di masa depan. Seperti kasus pasien di rumah sakit yang mengalami trauma hebat, kehilangan keluarga atau orang yang dicinta, dimana pasien tersebut meminta untuk menghentikan segala perawatan dan meminta dirinya dimatikan saja dengan overdosis morfin. Tentunya kasus seperti ini akan dibawa ke komisi etik dan biasanya keputusan mereka adalah tidak membiarkan pasien mati karena pada masa datang pasien dapat saja menemukan jalan untuk mengatasi emosinya dan mendapatkan kembali kebahagiaan. Seperti Ulysses dan awaknya, kita bisa bergantung pada pandangan orang lain saat rasionalitas kita tidak dapat berpikir dengan jernih.


Bacaan yang ingin tahu lebih banyak:
Eagleman, David. Incognito: The secret of the living brain


2 komentar:

  1. nice writing :)
    menarik dan menambah wawasan!
    keep writing!

    www.meliahalim.blogspot.com

    BalasHapus