Senin, 22 Juni 2009

Genetik: antara Harapan dan Tantangan

Gen merupakan unit yang akan mewariskan sifat dari orang tua ke anak. Dalam perkembangannya yang demikian pesat, informasi tentang gen pun sudah sedemikian rupa sehingga kita dapat beberapa langkah lebih maju dalam mengetahui kondisi tubuh manusia sendiri. Aplikasi dari pengetahuan akan tentang gen amatlah beragam, dimulai dari rekayasa genetik, deteksi penyakit secara dini hingga terapi yang cukup menjanjikan sebagai sebuah inovasi luar biasa dalam bidang kesehatan.

HuGo (Human Genome project) yang merupakan salah satu proyek sains terbesar yang dikoordinasi oleh Departemen Energi dan Institusi Kesehatan Nasional US dan bekerja sama dengan beberapa Negara seperti Jepang, Perancis, dan Inggris, dilangsir telah berhasil diselesaikan pada tahun 2003. HuGo sendiri bertujuan untuk melakukan pemetaan pada sekitar 20.000-25.000 gen pada DNA manusia. Dengan pengetahuan ini bukan tidak mungkin jika dilakukan sebuah rekayasa genetik terhadap manusia sehingga dapat diciptakan ‘manusia super’. Tentunya hal ini akan menimbulkan perdebatan terutama tentang isu agama, etika, dan sosial.

Tidak hanya itu, melalui pengetahuan akan gen pun, manusia dapat melakukan deteksi dini pada janin yang mengalami penyakit-penyakit gen, seperti thallasemia, sindrom down, sindrom patau, ataupun cystic fibrosis. Permasalahan akan timbul ketika ternyata ditemuka kelainan genetis pada janin sehingga penyakit yang mengancam nyawa janin ketika dia sudah dilahirkan atau ketika sudah dewasa (contoh, hemofili pada perempuan) ataupun juga jika nantinya bayi yang dilahirkan perlu perawatan yang cukup mahal dan seumur hidup (contoh, thallasemia yang membutuhkan transfusi darah seumur hidup). Kita akan menemukan sebuah dilema, apakah sebaiknya janin digugurkan saja karena nantinya pun dia akan meninggal ataupun memerlukan perawatan yang dapat memberatkan pihak keluarga atau tetap dipertahankan.


Ketika menghadapi dilema di atas, maka apa yang harus kita putuskan?. Jelas jika kita menggugurkan janin, maka hal tersebut sama saja membunuh sang janin walaupun itu ‘dilegalkan’ oleh pihak keluarga. Tapi jika tidak, maka hal yang telah disebutkan di atas sangat mungkin terjadi.
Padahal dalam Al-Quran jelas tertera:

“….barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya….” (Al-Maidah: 32).

Masihkah kita akan membunuh anak-anak kita hanya karena keputusasaan kita akan takdir Allah dan tidak berusaha dengan maksimal?

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (Al-An’aam: 151).

Ikhtiar dengan sebenar-benarnya ikhtiar merupakan jalan terbaik. Jikalau Allah berkehendak lain maka itulah jalan yang bias kita tempuh. Ikhtiar, tawakal, dan sikap ikhlas dalam menjalani hidup ini merupakan rumus yang terbaik yang dapat kita terapkan.



Hidup memang sebuah pilhan,tidak memilih pun merupakan sebuah pilihan, maka pilihlah dengan bijak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar