(sumber: guardian.co.uk) |
Suara bunda suara dunia
Coba bayangkan anda berada dalam kondisi gelap gulita, sendiri, dalam ruangan yang hanya sebesar tubuh anda, tenggelam dalam air di dalamnya. Itulah rahim, tempat pembentukan awal fisik dan psikis manusia. Dimulai dari proses pembuahan, perubahannya menjadi zigot, terus-menerus sel tersebut membelah secara biner, membentuk fungsi-fungsi yang lebih spesifik, hingga akhirnya terciptalah aspek-aspek yang membentuk manusia hingga saat ini. Hal yang menarik tentu saja, janin dapat menangkap stimulus auditori di dalam ruang gelap ini semenjak trimester akhir kehamilan dan mengingat stimulus ini hingga beberapa hari setelah kelahiran 2,3. Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Nottingham pada ibu-ibu hamil dengan usia kehamilan 37-42 minggu menunjukkan janin yang diberikan stimulus musik memberikan respon yang sama dengan saat dia telah berumur 5 hari setelah kelahiran. Para peneliti mengukur respon kecepatan denyut jantung subjek saat masih berada di dalam rahim dan setelah dilahirkan 2. Tentu saja studi ini tidak memberikan kesimpulan bahwa efek dari stimulus tersebut akan bermanfaat dan berjangka panjang atau tidak. Akan tetapi garis kesimpulan dapat ditarik, bahwa janin dapat merespon stimulus auditori yang diberikan.
Pertanyaannya selanjutnya adalah, bagaimana janin dapat menangkap stimulus tersebut. Secara garis besar, suara dapat sampai ke organ pendengaran janin lewat dua cara, gelombang suara menjalar melalui cairan amnion (ketuban) dan sampai ke bagian dalam telinga, membran timpani; atau gelombang suara menjalar melalui vibrasi tulang tengkorak janin sehingga sampai ke telinga bagian dalam 4. Beberapa studi, salah satunya oleh Ockleford, dkk, menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir lebih memilih suara bundanya dibandingkan suara-suara lain 5. Begitu pula dengan jenis suara, bayi lebih memilih suara yang berupa ucapan (speech) dibandingkan dengan tanpa ucapan (hanya musik atau nada) 6. Nampaknya, janin lebih familiar dengan suara bundanya sendiri dibandingkan dengan suara-suara lainnya. Bunda, sejak dalam masa kehamilan, merupakan penghubung antara suara sang bayi dan suara dunia.
Saran-saran
Apa yang bisa kita lakukan dalam mengoptimalkan pemberian stimulus bacaan Quran sejak berada dalam janin? Jawabannya jelas, suara bunda adalah suara ternyaman untuk bayinya. Stimulus bacaan Quran terbaik yang bisa diberikan kepada sang janin adalah melalui suara bundanya sendiri. Terutama menjelang trimester akhir kehamilan, di mana organ pendengaran telah terbentuk, intensitas bacaan Quran bunda perlu dikonsistenkan bahkan ditingkatkan jika perlu. Mendapat stimulus selain dari suara bundanya memang tidak menjadi masalah, tetapi menurut hemat saya, suara bunda akan lebih diingat oleh sang janin dibandingkan suara lainnya.
Memasuki masa emas
Dengan menggunakan fMRI (functional magnetic resonance imaging), Dehaene-Lambertz beserta rekan-rekannya, mencoba mengukur aktifitas otak bayi-bayi berumur dua bulan saat diberi stimulus berupa suara bundanya dan suara musik sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana dari otak bayi yang aktif oleh stimulus suara tersebut 7. Hasilnya bisa diduga, bayi lebih merespon suara bunda dibanding suara musik atau suara orang asing. Area lobus temporal sebelah kiri serta korteks prefrontal kiri dan kanan merupakan bagian yang terstimulasi oleh suara bunda. Artinya, suara bunda memiliki pengaruh dalam stimulasi bagian otak yang berperan dalam komunikasi dan pembentukan bahasa serta bagian yang berperan dalam proses emosional dan intelegensia bayi. Studi ini juga menemukan bahwa bayi-bayi akan lebih baik dalam mempelajari kata yang diucapkan oleh bundanya dibandingkan oleh suara orang lain. Pada masa emas 0-5 tahun, bagian-bagian yang berperan dalam stimulus auditori akan berkembang pesat melalui stimulus suara bunda.
Saran-saran
Nampaknya, suara bunda memegang peran kunci dalam perkembangan bahasa dan emosional bayinya. Stimulus bacaan Quran yang dilakukan oleh bundanya sendiri memegang peranan penting dalam membentuk penghargaan anak akan bacaan Quran. Meskipun demikian, peran serta seluruh anggota keluarga akan lebih mengoptimalkan tumbuh-kembang anak bersama Quran. Meskipun terlalu awal, kita mungkin dapat mengambil hipotesis bahwa kecintaan anak pada Quran memang berawal dari titik mulanya, sang Bunda.
Catatan-catatan
Hingga tanda titik terakhir yang berada di tulisan ini dibubuhkan, penulis sendiri belum menikah dan tidak mempunyai anak (bukan curhat rekan-rekan :p), oleh karenanya saran-saran yang dibuat hanya berada dalam tataran teoritis. Aplikasi yang dapat dilakukan tentunya akan sangat beragam dan bisa menjadi sangat kreatif. Nah (calon) ayah-bunda, selamat mencoba !
Sumber-sumber:
- Habe, K. dan N. Jausovec. (2003). Mozart effect – reality or science fiction? Horizon of psychology, 12(4), 23-32.
- James, D.K., et.al. (2002). Fetal learning: a prospective randomized controlled study. Ultrasound obstet gynecol, 20, 431-438.
- Mampe, B., et.al. (2009). Newborn’s cry melody is shaped by their native language. Current biology, 19, 1994-1997.
- Sohmer, H., et.al. (2001). The pathway enabling external sounds to reach the fetal inner ear. Audiology & Neuro-Otology, 6(3), 109-116.
- Ockleford, E.M., et.al. (1988). Responses of neonates to parents’ and other’s voices. Early hum dev, 18(1), 27-36.
- Hespos, S.J. Language Acquisition: when does the learning begin? Current biology 17(16).
- Dehaene-Lambertz, G., et.al. (2010). Language or music, mother or mozzart? Structural and environmental influences on infants’ language networks. Brain & language 114(2), 53-56.
Read More..