Di semester delapan, pada umumnya mahasiswa akan memulai rangkaian tugas akhirnya, yang tentu saja sebagai syarat kelulusan dari jenjang strata satu. Pada masa awal-awal semester dahulu yang sering dipikirkan adalah tugas dari OKK atau mabim, kemudian beranjak di pertengahan masa kuliah, ada yang aktif di organisasi atau memikirkan deadline tugas yang semakin mencekik. Kemudian memasuki akhir masa kuliah maka satu hal yang mendapat porsi besar dalam benak kita, ya, tak lain dan tak bukan adalah skripsi.
Skripsi mungkin di awal hingga akhir merepotkan, dimulai dari pengajuan proposal penelitian (dengan pengurusan administrasi yang sudah mulai rieuweh), kemudian pelaksanaan penelitian (semoga lancar…), hingga penyusunan skripsi, seminar, dan sidang tentu saja. Kepusingan datang tidak hanya dari skripsi itu sendiri namun juga masalah administrasi yang harus dipenuhi. Mau tidak mau tentunya harus dipenuhi jika memang ingin lulus, maka tak jarang kita melihat wajah yang berantakan, senyum yang sudah lari entah kemana, bahkan langkah yang sudah layu dari para pejuang skripsi. Sayang sekali jika kondisinya seperti itu maka malang nian nasibmu nak, hilang sudah pancaran keceriaan dari wajahmu.
Tidak dapat dipungkiri beban skripsi setiap mahasiswa memang berbeda-beda, ada yang mudah mungkin pula ada yang susah, namun saya rasa bukan di sana letak permasalahannya. Saya tentu saja tidak bicara bahwa kita harus membuang jauh-jauh permasalahan yang ada pada skripsi kita dan menjalaninya dengan santai saja (mau lulus kapan kau boi ?). Namun saya rasa banyak di antara kita kehilangan rasa atau makna dibalik menjalani suatu penelitian.
Anda tahu, banyak orang berkata bahwa kekuatan pikiran dapat mengubah persepsi kita terhadap keadaan, dan perubahan persepsi kita terhadap suatu kondisi akan merubah sikap kita dalam menanggapi suatu masalah. Sering banyak motivator ulung yang berkata bahwa bukan keadaan itu sendiri yang penting, namun lebih pada bagaimana kita bereaksi pada masalah tersebut. Hal ini yang menjadikan seseorang memiliki ketahanan yang baik terhadap tekanan atau masalah yang dihadapinya.
Begitu pula dengan menjalani tugas akhir strata satu, semuanya saya rasa bisa menjadi lebih bermakna, lebih menyenangkan meski tetap memusingkan. Pusing mungkin, juga lelah, namun ketika hati tetap bergairah maka rasa dirasa semua kepenatan bisa diatasi dengan baik. Saya pun merasakan hal yang sama, pusing, khawatir, dan lelah menjadi satu, namun hal tersebut ternyata bisa dinikmati. Tidak percaya? Entah menikmati atau tidak namun optimisme selalu hadir di tiap gerak menjalani skripsi.
Kembali pada persepsi, apa yang kita bayangkan ketika mendengar kata skripsi? Silahkan masing-masing punya bayangannya sendiri, begitu pula saya. Ketika mendengar kata skripsi, saya bisa membayangkan sebuah laporan yang cukup tebal dari hasil penelitian yang tidak mudah dan tidak murah, kemudian kita harus bertahan dari gempuran para reviewer. Wow, serasa ada beban yang menindih kepala ini. Namun saya mencoba merubah persepsi saya, dan saya menemukan hal yang menyenangkan yang lebih berharga berada di pikiran saya dibanding dengan beban-beban itu. Maka saya menghindari istilah skripsi dan menggantinya dengan sebutan penelitian atau riset. Sama saja ya? Tidak menurut saya, anda tahu, kesenangan ketika kita berhasil memecahkan sebuah persoalan yang kita miliki, mencoba hal-hal baru yang bahkan sebelumnya tidak pernah kita bayangkan kita bisa melakukannya, hal tersebut menjadi bayangan saya ketika mendengar kata riset. Gairah-gairah tersebut muncul begitu saja seiring dengan perubahan sudut pandang saya. Saya tidak mengandaikan bahwa penelitian nanti akan mudah dan lancar begitu saja, namun aktivitas kita dalam mencari jawaban atas permasalahan yang timbul, diskusi-diskusi yang akan kita lakukan dengan orang lain, menambah wawasan, membuka cakrawala pikiran, serta mencoba hal baru sekaligus mencoba hingga batas-batas diri kita adalah hal yang luar biasa seru!
Ketakutan atau pun kekhwatiran pasti akan datang, namun seorang pemberani bukanlah mereka yang tidak memiliki rasa takut, tetapi mereka yang dapat menjalani dan mengatasi dengan bijak rasa takut mereka. Mantapkan hati kita kawan, ini adalah jalan yang kita pilih sendiri dengan sadar; kita secara dewasa paham akan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin saja timbul. Namun kenapa kita menyibukkan diri kita dengan ketakutan-ketakutan yang belum tentu terjadi, sedangkan ada hal-hal baru yang menggoda kita untuk mencobanya. Have a great research!!!
(di sela-sela revisi proposal penelitian)
because LIFE IS AN ADVENTURE
Read More..