Sabtu, 05 Mei 2012

2015: Farmasis dan MDGs

“Our world presents worrisome statistic that endanger the perpetuation of generations to come.” (Kofi Annan).

Sebuah pertemuan besar diadakan dunia, berlokasi di New York, 189 pemimpin dari berbagai negara mencanangkan sebuah langkah serius untuk mengatasi masalah-masalah yang semakin membesar di dunia, terutama di negara dunia ketiga. Sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh PBB ini merumuskan suatu tujuan global yang kemudian kita kenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Dengan target pencapaian di tahun 2015, dalam MDGs, kerja-kerja besar dilakukan untuk mencapai (1) pemunahan kemiskinan dan kelaparan ekstrim; (2) pendidikan dasar bagi semua orang; (3) persamaan gender dan penguatan peran perempuan; (4) penurunan angka kematian bayi; (5) perbaikan kesehatan ibu hamil dan menyusui; (6) pemberantasan penyakit HIV/AIDS, malaria, dan lain sebagainya; (7) terjaminnya keberlangsungan lingkungan hidup; dan (8) pembentukan kerja sama global untuk negara berkembang.

Tujuan-tujuan MDGs paling tidak melingkupi empat isu, yaitu isu ekonomi kesejahteraan rakyat, pendidikan, kesehatan, persamaan hak, dan lingkungan. Kita tak perlu berpikir keras untuk menyimpulkan di mana peran seorang farmasis dalam penyuksesan MDGs. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan, peran farmasis menjadi begitu penting dalam penjaminan terhadap keefektifan dan keamanan suatu terapi pengobatan pada berbagai kondisi pasien misalnya, (pediatrik, geriatrik, ibu hamil dan menyusui, dan lain sebagainya) sehingga peningkatan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menjadi suatu hal yang mungkin dicapai. Farmasis berperan penuh terhadap tersediannya pengobatan yang dapat membantu memperbaiki kualitas kesehatan pasien, assessment terhadap terapi yang diberikan pasien dan penanggulangannya bila terjadi hal yang tidak diinginkan, serta pencerdasan pasien akan suatu terapi yang dijalani demi meningkatkan keberhasilan pengobatan. Di tahun 2012, memasuki kuatral akhir dari target pencapaian MDGs, kita perlu menengok kembali dan bersama mengevaluasi diri sudah sejauh mana kemajuan dan kontribusi farmasis dalam penyuksesan MDGs.

Indonesia kita hari ini
Ada paling tidak tiga isu dalam MDGs yang menjadi bagian dari isu bersama tenaga kesehatan yaitu angka kematian bayi, kesehatan ibu hamil dan menyusui, serta penyakit menular seperti HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Dan ketika kita mengambil potret isu tersebut, kita akan menemukan bahwa menurut laporan pencapaian MDGs di Indonesia, dari tiga isu kesehatan hanya pemberantasan terhadap tuberkulosis yang telah mencapai target. Penurunan angka kematian bayi memperlihatkan tren yang baik meskipun belum mencapai target. Angka kematian bayi di bawah lima tahun sebesar 44 bayi per 1000 kelahiran pada tahun 2007 dengan target angka kematian bayi sebesar 32 bayi per 1000 kelahiran pada tahun 2015. Sayangnya angka kematian ibu melahirkan cukup mencemaskan; berdasarkan data BPS pada tahun 2007, rasio angka kematian ibu melahirkan sebesar 228 ibu per 100.000 kelahiran, padahal target MDGs pada tahun 2015, ada sebesar 102 ibu per 100.000 kelahiran. Pun demikian dengan angka penderita AIDS yang memperlihatkan tren kenaikan sebesar 4.969 kasus per 100.000 orang pada tahun 2008. Namun, sebaliknya pada kasus malaria yang menunjukan tren penurunan yang baik dengan 1,85 kasus per 1000 orang pada tahun 2009.
Statistik di atas mungkin perlu kembali di-update, namun paling tidak tersingkap bahwa ada PR-PR besar yang perlu dikerjakan bersama. Sementara kita tersibukan akan kegalauan-ria mungkin kita akan tersentil bahwa penderita AIDS terus bertambah dan semakin banyak anak-anak yang tak pernah bertemu ibunya.

Dan kita para farmasis


Komunikasi dan edukasi kepada masyarakat merupakan salah satu rangkaian penting dalam usaha meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dan edukasi yang dapat diberikan oleh seorang farmasis tidak selalu mengenai obat dan penggunaannya melainkan juga pola hidup yang diperlukan untuk mendukung usaha perbaikan kesehatan itu sendiri.
Pada bidang riset, pengembangan baik zat aktif baru maupun bentuk sediaan yang lebih efektif terus dikembangkan oleh para ahli farmasi. Obat baru tidaklah cukup untuk memberantas suatu penyakit menular, tetapi diperlukan juga suatu sistem kesehatan yang kuat. Oleh karena penyakit menular maupun penyakit degeneratif (seperti penyakit diabetes atau jantung) dipengaruhi secara signifikan oleh pola hidup suatu masyarakat maka peran farmasis di ranah farmasi komunitas menjadi penting. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) menjadi senjata ampuh hanya bila benar dilaksanakan oleh farmasis.
MDGs 2015 sudah seharusnya menjadi visi bersama para farmasis dan tenaga kesehatan lainnya. Kita bersama, dalam berbagai bidang, perlu kembali merevitalisasi peran farmasis dalam memajukan kesehatan Indonesia. Tahun 2015 adalah target nyata dari kerja-kerja nyata di masyarakat dan banyak orang bersedia mengambil peran-peran tersebut dan menjadi bagian dari tinta sejarah kesehatan Indonesia. Pertanyaan besarnya, bagaimana dengan anda ?




Referensi
Bappenas. 2010. Report on the achievement of the millennium development goals Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.
UNDP. 2006. Modul 4: health strategies. Dipresentasikan di UNDP RBA Workshop on MDG-Based National Development Strategies, UN Millennium Project. February 27th – March 3rd.



Read More..

Kehilangan-Kehilangan

Dari kehilangan-kehilangan kita belajar tentang keberadaan-keberadaan. Mereka menyebutnya penyesalan, ketika hal-hal remeh-temeh yang terabaikan melesap tanpa terasa dan akhirnya terasa ada yang hilang. Apalagi yang terasa benar keberadaannya, mereka menyebutnya benar-benar-kehilangan, ah paling tidak itu kalimat saya sendiri. Paling tidak, kita yang pernah merasanya, membentuk sendiri definisi kehilangan-kehilangan. Dan seperti halnya, kelahiran dan kematian, dari kehilangan-kehilangan kita bisa belajar hakikat keberadaan-ketersediaan.

Pukul empat dan sadar-sadar
Kita pernah terbangun dari tidur menyenangkan dan tersadarkan bahwa segala yang terjadi adalah mimpi. Itu hanya penyesalan sesaat, kau akan melupakan mimpimu semalam. Kita pernah terbangun dan tersadar bahwa harta kita hilang, cinta, jiwa, manusia, hal-hal bahagia. Ada penyesalan, sementara untuk mereka yang sadar, selamanya untuk mereka yang akhirnya tidak ingin dibangunkan.

Kita pernah terbangun pukul 04.00 pagi, menjelang subuh, setelah lewat malam tergelap di sekitar pukul 03.00. Kita pernah terbangun dan menemukan kehilangan-kehilangan. Kita pernah tidak menemukannya, kontak-kontak penting, pekerjaan, catatan-catatan pekerjaan, pencapaian, harta-harta tidak seberapa, tetapi tetap saja harta. Kesadaran pertama bisa membawa kepanikan, ketidakterimaan dan ketidakpercayaan. Kesadaran kedua seharusnya membawa kita akan makna kehilangan-kehilangan. Manajemen mental dan hati yang baik mengantarkan kita pada hakikat kehilangan-kehilangan. Melampaui kecemasan dan kekesalan yang membuncah, hati akan meredamnya, menenangkan dengan makna kehilangan-kehilangan. Dan di kehilangan-kehilangan, kita belajar merelakan apa yang sementara milik kita, apa yang memang hanya dititipkan oleh pemilik sebenarnya.

Pukul empat tigapuluh dan subuh-subuh
Banyak kesempatan diciptakan oleh Sang Pencipta, melalui ibadah-ibadah dan doa-doa khusyuk penuh. Ada kesempatan-kesempatan untuk berkeluh-kesah langsung, bergundah-gulana, mengadu pada Pemilik Segalanya.

Di kegundahan akan kehilangan-kehilangan, kita mengambil wudhu, mengambil kesempatan mengadu langsung melalui ibadah dan doa-doa kita. Di saat subuh, kita mengambil waktu sejenak, bertanya dan berhikmah akan rencana-rencana dari Sang Maha Perencana. Di waktu-waktu khidmat, kita berduaan dengan Sang Pencipta, melepas gusar dan kecewa, kegalauan dan dilema dan dengan penuh harap kita bersama yakin Sang Maha Kuasa tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Pukul enam dan cari-cari
Dalam menanggapi peristiwa-peristiwa, pencarian akan maksud adalah tidak mudah. Kita perlu membuka hati dan pikiran, berprasangka baik kepada Sang Pengatur. Dan dalam pencarian-pencarian tersebut, hati yang lapang akan menemukan syukur dalam tiap-tiap jengkal peristiwa.

Pagi-pagi, pencarian akan kehilangan-kehilangan dijalankan., setelah ditemukan jejak-jejak yang ditinggalkan. Usaha-usaha tetap digerakkan, hal-hal yang hilang haruslah berusaha untuk dicari, meski harapan itu tipis, meskipun kita tahu ada hal-hal yang tak bisa dikembalikan. Dalam cari-mencari, setapak demi setapak di sekitar jalan, kita bisa menemukan tidak hanya setitik harapan akan adanya jejak kaki yang tersamarkan di atas tanah merah becek, tetapi juga kemaknaan akan usaha-usaha dan kehilangan-kehilangan. Ketika kita berpikir kembali, meninjau situasi, kita tergelak mengetahui ada (banyak) usaha-usaha yang perlu dilakukan. Kita tersentak bahwa seringkali tiada waktu untuk kesedihan-kesedihan, ratapan, keluh dan kesah. Kita terbangkit untuk bergerak, mencari, berusaha mencari penanggulangan, mencari solusi dan kemudian kita tersadarkan bahwa segala cela dan caci tidak pernah menjanjikan apa-apa.

Pukul sembilan dan terus saja
Lanjutkan, teruskan, kehidupan terus berjalan maju dengan atau tanpa kita. Tertahan terus dalam kehilangan-kehilangan adalah kesia-siaan yang nyata.



Kemudian kita melanjutkan perjalanan. Bukanlah melupakan masa lalu, tetapi berdamai dengannya dan menatap masa depan. Dalam segala usaha yang dilakukan, maka penyerahan kepada Sang Pengatur adalah penyempurna. Dalam keikhlasan usaha dan kerelaan pengorbanan, kita sekali lagi terpahamkan akan hakikat kehilangan-kehilangan. Dari cinta hingga harta tak seberapa, kehilangan-kehilangan kembali mengingatkan kita siapa pemilik cinta hingga harta tak seberapa. Dalam kehilangan-kehilangan, sekali lagi kita mengambil inspirasi dari peristiwa kegalauan masa lalu dan menapak mantap menuju masa depan. Di kehilangan-kehilangan kita menemukan kekecewaan dan kesedihan, tetapi kita yang belajar darinya mengambil bukan sebagai beban tetapi bekal perjalanan. Di kehilangan-kehilangan kita menemukan ikatan dari sepenasib-sepenanggungan, kita belajar dari orang lain. Akhirnya dalam kehilangan-kehilangan, kita dapat menjumpai wajah sabar dan ikhlas yang menguatkan kita sepanjang jalan. Jika tak terjumpai, yakinkan bahwa wajah tersebut terlihat saat kita memandang cermin, wajah yang menjadi penguat di sepanjang jalan.

Dari kehilangan-kehilangan kita menuliskan cinta dan harapan.


Read More..