Sabtu, 05 Mei 2012

Kehilangan-Kehilangan

Dari kehilangan-kehilangan kita belajar tentang keberadaan-keberadaan. Mereka menyebutnya penyesalan, ketika hal-hal remeh-temeh yang terabaikan melesap tanpa terasa dan akhirnya terasa ada yang hilang. Apalagi yang terasa benar keberadaannya, mereka menyebutnya benar-benar-kehilangan, ah paling tidak itu kalimat saya sendiri. Paling tidak, kita yang pernah merasanya, membentuk sendiri definisi kehilangan-kehilangan. Dan seperti halnya, kelahiran dan kematian, dari kehilangan-kehilangan kita bisa belajar hakikat keberadaan-ketersediaan.

Pukul empat dan sadar-sadar
Kita pernah terbangun dari tidur menyenangkan dan tersadarkan bahwa segala yang terjadi adalah mimpi. Itu hanya penyesalan sesaat, kau akan melupakan mimpimu semalam. Kita pernah terbangun dan tersadar bahwa harta kita hilang, cinta, jiwa, manusia, hal-hal bahagia. Ada penyesalan, sementara untuk mereka yang sadar, selamanya untuk mereka yang akhirnya tidak ingin dibangunkan.

Kita pernah terbangun pukul 04.00 pagi, menjelang subuh, setelah lewat malam tergelap di sekitar pukul 03.00. Kita pernah terbangun dan menemukan kehilangan-kehilangan. Kita pernah tidak menemukannya, kontak-kontak penting, pekerjaan, catatan-catatan pekerjaan, pencapaian, harta-harta tidak seberapa, tetapi tetap saja harta. Kesadaran pertama bisa membawa kepanikan, ketidakterimaan dan ketidakpercayaan. Kesadaran kedua seharusnya membawa kita akan makna kehilangan-kehilangan. Manajemen mental dan hati yang baik mengantarkan kita pada hakikat kehilangan-kehilangan. Melampaui kecemasan dan kekesalan yang membuncah, hati akan meredamnya, menenangkan dengan makna kehilangan-kehilangan. Dan di kehilangan-kehilangan, kita belajar merelakan apa yang sementara milik kita, apa yang memang hanya dititipkan oleh pemilik sebenarnya.

Pukul empat tigapuluh dan subuh-subuh
Banyak kesempatan diciptakan oleh Sang Pencipta, melalui ibadah-ibadah dan doa-doa khusyuk penuh. Ada kesempatan-kesempatan untuk berkeluh-kesah langsung, bergundah-gulana, mengadu pada Pemilik Segalanya.

Di kegundahan akan kehilangan-kehilangan, kita mengambil wudhu, mengambil kesempatan mengadu langsung melalui ibadah dan doa-doa kita. Di saat subuh, kita mengambil waktu sejenak, bertanya dan berhikmah akan rencana-rencana dari Sang Maha Perencana. Di waktu-waktu khidmat, kita berduaan dengan Sang Pencipta, melepas gusar dan kecewa, kegalauan dan dilema dan dengan penuh harap kita bersama yakin Sang Maha Kuasa tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Pukul enam dan cari-cari
Dalam menanggapi peristiwa-peristiwa, pencarian akan maksud adalah tidak mudah. Kita perlu membuka hati dan pikiran, berprasangka baik kepada Sang Pengatur. Dan dalam pencarian-pencarian tersebut, hati yang lapang akan menemukan syukur dalam tiap-tiap jengkal peristiwa.

Pagi-pagi, pencarian akan kehilangan-kehilangan dijalankan., setelah ditemukan jejak-jejak yang ditinggalkan. Usaha-usaha tetap digerakkan, hal-hal yang hilang haruslah berusaha untuk dicari, meski harapan itu tipis, meskipun kita tahu ada hal-hal yang tak bisa dikembalikan. Dalam cari-mencari, setapak demi setapak di sekitar jalan, kita bisa menemukan tidak hanya setitik harapan akan adanya jejak kaki yang tersamarkan di atas tanah merah becek, tetapi juga kemaknaan akan usaha-usaha dan kehilangan-kehilangan. Ketika kita berpikir kembali, meninjau situasi, kita tergelak mengetahui ada (banyak) usaha-usaha yang perlu dilakukan. Kita tersentak bahwa seringkali tiada waktu untuk kesedihan-kesedihan, ratapan, keluh dan kesah. Kita terbangkit untuk bergerak, mencari, berusaha mencari penanggulangan, mencari solusi dan kemudian kita tersadarkan bahwa segala cela dan caci tidak pernah menjanjikan apa-apa.

Pukul sembilan dan terus saja
Lanjutkan, teruskan, kehidupan terus berjalan maju dengan atau tanpa kita. Tertahan terus dalam kehilangan-kehilangan adalah kesia-siaan yang nyata.



Kemudian kita melanjutkan perjalanan. Bukanlah melupakan masa lalu, tetapi berdamai dengannya dan menatap masa depan. Dalam segala usaha yang dilakukan, maka penyerahan kepada Sang Pengatur adalah penyempurna. Dalam keikhlasan usaha dan kerelaan pengorbanan, kita sekali lagi terpahamkan akan hakikat kehilangan-kehilangan. Dari cinta hingga harta tak seberapa, kehilangan-kehilangan kembali mengingatkan kita siapa pemilik cinta hingga harta tak seberapa. Dalam kehilangan-kehilangan, sekali lagi kita mengambil inspirasi dari peristiwa kegalauan masa lalu dan menapak mantap menuju masa depan. Di kehilangan-kehilangan kita menemukan kekecewaan dan kesedihan, tetapi kita yang belajar darinya mengambil bukan sebagai beban tetapi bekal perjalanan. Di kehilangan-kehilangan kita menemukan ikatan dari sepenasib-sepenanggungan, kita belajar dari orang lain. Akhirnya dalam kehilangan-kehilangan, kita dapat menjumpai wajah sabar dan ikhlas yang menguatkan kita sepanjang jalan. Jika tak terjumpai, yakinkan bahwa wajah tersebut terlihat saat kita memandang cermin, wajah yang menjadi penguat di sepanjang jalan.

Dari kehilangan-kehilangan kita menuliskan cinta dan harapan.


2 komentar:

  1. Dalam setiap kedjadian pasti ada pembelajaran dan hikmah dibaliknya, tp jg tdk ada salahnya untuk merenung dan menghisab diri.

    BalasHapus
  2. setuju, terimakasih untuk saling mengingatkan :)

    BalasHapus