Sabtu, 11 Februari 2012

City of Wind #2

Kota Para Angin, siang cerah musim semi awal

“Masih terasa dinginkah ?” ia bertanya. Bulan ini peralihan dari dinginnya angin utara menuju hangatnya angin selatan. “Tidak, tentu saja, siapa yang tidak bisa merasakan hangatnya sentuhan angin selatan ?”

Beberapa negeri mungkin akan menjanjikanmu kehidupan mewah, surga dunia. Beberapa di antaranya menjanjikan kedamaian dari masa lalu, masalah, kenangan buruk bahkan pengejaran dari musuhmu. Tetapi negeri ini berbeda, kota ini berbeda. Dia tidak menjanjikan apa-apa, tidak ada apa-apa bahkan. Tidak ada, kecuali lambaian lembut ilalang dan tarian daun-daun yang beriringan seirama. Dan para angin yang selalu membelai rambut mu lembut, berbisik pelan di telinganmu. Mereka berbisik dan jika kamu beruntung mereka akan tertawa bersamamu.

Di awal tekad, mungkin kita perlu berbicara tidak pada siapa pun. Ya, karena tekad tidak perlu diumbarkan, cukup kita hujamkan di hati terdalam. Mungkin satu orang yang perlu kita beritahukan adalah diri kita sendiri, mungkin juga tidak. Karena perjalanan panjang akan terasa jenuh untuk dilalui sendiri. Namun kota ini sedikit memberikan sebuah pelajaran bahwa kesendirian bukan tentang ketidakhadiran orang lain namun ketidakhadiran kita dalam orang lain. Menarik bahwa orang di sekitar kita belum tentu bagian dari diri kita, tetapi mereka yang tidak bersama kita bisa jadi bagian dari diri kita. Dan kebersamaan bukan tentang keberadaan raga tetapi tentang keterikatan hati.

Bagaimanapun juga, perjalanan harus diteruskan karena waktu selalu enggan menunggu.







2 komentar:

  1. ..sudah baca yg #1, nice! and baca lagi yg #2 nice juga..Ditunggu lanjutannya. Kumpulan kata yg indah dengan makna yg bisa berbeda bagi setiap yg membacanya. :-p serius amat ye sy hehe..like this lah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, trims ka dian..

      mohon doa semoga konsisten menulis :D

      Hapus