Habbatussaudah yang dikenal di Indonesia sebagai jinten hitam, menjadi bahan produk-produk herbal yang laku di pasaran. Banyak produsen produk herbal tersebut yang mencatut hadist Rasulullah saw,“Tidaklah ada suatu penyakit, kecuali dalam Habbatus Sauda’ terdapat kesembuhan baginya, kecuali as-Saam (kematian)” (HR. Muslim), tentunya menjadi nilai tambah untuk menarik konsumen yang beragama Islam.
Ketika kita berbicara mengenai obat atau suplemen (baik berbahan kimia sintesis atau bahan alam) maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan: kualitas produk, keamanan, dan efikasinya. Ketiga hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan kondisi konsumen yang akan mengonsumsinya. Anda bisa bayangkan jika suatu produk obat/suplemen tidak memperhatikan tiga hal tersebut maka konsumenlah yang akan menjadi korban.
Habbatussaudah atau jinten hitam sebagai obat/suplemen yang dipercaya berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit pun ternyata memiliki efek-efek yang tidak diinginkan. Padahal selama ini, perhatian masyarakat adalah pada khasiat dari suatu produk herbal tanpa lebih lanjut memikirkan bagaimana keamanan dari produk tersebut.
Hasil penelitian oleh Zaoui, et.al. (2002) menunjukkan adanya efek toksisitas akut dan kronis yang dihasilkan oleh ekstrak minyak dari Nigella sativa. Pemberian sampel secara oral pada tikus percobaan menunjukkan LD50 sebesar 2,06 ml/berat badan. Pengamatan pada konsentrasi dari enzim hepatik menunjukkan tidak adanya perubahan yang berarti, namun kadar serum glukosa, trigeliserida, dan kolesterol darah turun dengan drastis. Hal ini diikuti dengan timbulnya penurunan berat badan pada hewan coba. Penelitian ini juga meliputi sistem hematologi dari hewan coba. Pada penelitian ini menunjukkan adanya kenaikan kadar hemoglobin serta penurunan kadar leukosit dan trombosit secara signifikan. Selain itu penelitian secara in vitro juga menunjukkan adanya kematian sel limfosit oleh ekstrak Nigella sativa.
Alhamdulillah, ternyata dapat kita simpulkan ekstrak Nigella sativa hanya memiliki efek toksisitas yang rendah dengan ditunjukkan tingginya angka LD50 dan stabilitas dari enzim hepatik pada hewan coba. Oleh karena itu Nigella sativa memiliki kisaran indeks keamanan yang lebar. Meskipun demikian, penggunaan ekstrak Nigella sativa perlu diperhatikan terutama pada pasien-pasien yang juga mengkonsumsi obat-obat yang berpengaruh pada sel darah putih dan trombosit.
Pustaka:
Zaoui A, Y. Cherrah, N. Mahassini, K. Alaoui, H. Amarouch, M. Hassar. Acute and Chronic Toxicity of Nigella sativa Fixed Oil. Phytomedicine 2002; 9: 69-74.
Read More..
If you can't explain it simply, you don't understand it well enough. (A. Einstein, 1879-1955)
Rabu, 22 Desember 2010
Sabtu, 18 Desember 2010
This is his way, what about you?
His name is Danang A. Probowo, he was an IPB (Bogor Institute of Agriculture) student. In that video clip he presented his life story which is so inspiring for me. One time, in an event in his institute, there was a speaker who said, “Write down your dreams concretely, and don’t write it in your memory only, because you will forget. Write down your 100 targets on a paper.” Then he did it and stuck it on his room wall. A lot of his friends laughed at him. But, one by one, that dreams on that paper was scratched because it came true. He did well in a national MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) championship. Then he was one of the champions in PIMNAS (National Student Science Week) year 2006. Even though, he was not the best in his class, but he was able to be IPB most achieved student and continued to national level. In that video he also wrote that if anyone thinks that he has GPA was 4.00 or always has a perfect score on every class then he said no, I’m not. He had ever had GPA 2.7 and he sometimes got C in his examinations, even he had ever repeated his class. But it was never make him down, as the time went, he could reach his dream to study aboard in Japan. He said that we have to be brave enough to have a big dream, because from his dreams, he has so many achievements until now. Reach that dreams with all your heart and have a faith that there is always a hope.
Every time I play that video, there always appears a passion to move, to come up and reach my goals. After saw that true story, I realize that an ordinary man also can be an extraordinary person. Although there are so many failures that we meet, as long as we hold our faith firmly then we will find the way. I realize to think big and do my best efforts to reach my goals. I begun to write down my dreams, my success, also my failures, that they are a reminder for me that this life will be always fair, even though we sometimes judge it unfairly
"every long journey must begin with a single step"
Read More..
Kamis, 09 Desember 2010
Saya tentang Pemira UI: Refleksi Sederhana dari Mata Awam
(Tulisan ini adalah bagian kedua dari dua tulisan)
Sepanjang masa kampanye BEM UI, pasangan kandidat yang paling gencar terlebih dahulu melakukan kampanye pasif, via berbagai media mulai dari baliho hingga grup di facebook dan twitter adalah maman-ijonk. Pasangan kandidat ini mengusung tema together in excellence, mungkin bermaksud dengan bersama-sama, tanpa harus terbatas oleh golongan, maka keunggulan dapat dicapai. Dari sisi sakti-sri, yang mengusung tema akselerasi-inspirasi, memaksudkan sebuah kepemimpinan yang dapat menginspirasi banyak orang untuk dapat berakselerasi menuju hal yang lebih baik.
Gaya media cetak tampaknya tidak jauh berbeda pada masing-masing kandidat. Foto kandidat menguasai hampir 70% space baliho, kemudian warna minimalis dengan ciri khas masing-masing menjadi gaya umum desain baliho kampanye. Cukup menarik dari kubu maman-ijonk yang membuat logo tematik bagi tiap-tiap fakultas dengan ke-khas-an masing-masing bidang ilmu. Perang media cetak tampaknya lebih didominasi oleh maman-ijonk, yang cukup progresif menebar jala dimana-mana. Perang dunia maya tidak kalah seru, membuat opini mahasiswa adalah kunci utamanya. Dengan kemudahan akses informasi di dunia maya, setiap opini yang dilemparkan dapat menjamah setiap sudut-sudut kampus.
Debat kandidat adalah acara yang ditunggu-tunggu di tiap fakultas. Paling menarik, tentu saja di fakultas teknik. Berlangsung lebih dari 12 jam non-stop, setiap kandidat benar-benar teruji mental, pikiran, dan tubuh. Jalan yang serupa juga ternyata dicoba diterapkan di FH, meski tidak sebaik FT yang sudah merupakan tradisi turun-menurun.
Between White and Black
Black campaign tidak lupa ikut ambil bagian dalam pemira ini. Opini-opini menjatuhkan nan destruktif harusnya tidak keluar dari lisan atau tulisan-tulisan mahasiswa UI. Opini-opini memang banyak merebak di sana-sini, dengan dasar yang tidak jelas dan tidak kuat. Asal cuap, kicau, yang penting riuh, bahkan ricuh menjadi senjata utama. Sayang disayang, terkadang mahasiswa, yang notabene adalah masyarakat ilmiah, lebih senang dengan opini-opini yang tidak jelas dan tidak kuat pijakannya, namun seru dan kontroversial.
Dalam perang dan cinta, segalanya boleh, adalah kalimat mereka yang tidak mengenal dengan baik norma dan moralitas. Kebebasan yang kebablasan sering kali menjadi pijakan dasar untuk menghalalkan segala cara agar memperoleh tujuan. Sayangnya, kebanyakan dari kita masih terbius dengan bayang-bayang kekuasaan, menjadikannya tujuan akhir. Sungguh kekuasaan adalah kehinaan bagi mereka yang tidak amanah menerimanya.
Siapa yang sering diserang ?, secara kasat mata, maka penulis katakan pihak maman-ijonk. Apakah benar pihak sakti-sri melakukan black campaign ? Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Banyak bias dalam opini-opini yang berkembang, bisa saja mahasiswa yang terlihat mendukung sakti-sri, ternyata membela maman-ijonk, ataupun sebaliknya. Namun, hal yang dikhawatirkan adalah adanya pihak-pihak tertentu (dengan kepentingan tertentu tentu saja) memanfaatkan salah satu pihak untuk menyerang pihak lainnya. Tentu saja, statement tersebut tidak berdasar, namun berbagai kecurigaan tetap bermunculan. Seharusnya kita bisa menyikapi kecurigaan kita secara positif agar tidak berujung pada su’udzon kepada saudara sendiri, apalagi celaan-celaan yang tidak seharusnya keluar dari lisan-lisan berilmu.
Tarbiyah, sering kata itu muncul dalam celaan. Entah para pencela tahu artinya atau tidak, tarbiyah berarti pembinaan atau pendidikan. Tarbiyah seringkali distigmakan kepada golongan tertentu, dicap ekslusif dan kaku, tanpa berminat mencari tahu lebih dekat dan hanya senang mencerca. Terbelah dan sakit hati, sayang sekali, hanya karena paradigma yang keliru, mengambil sampel yang bahkan tidak memenuhi syarat secara statistika, lalu mengeneralisir segalanya. Harusnya kita semua tahu, bahwa hampir tidak pernah ada yang murni 100% di dunia, selalu ada pencilan, mereka yang berbeda, yang harus disikapi secara bijaksana.
Dendang Para Pemenang dan Balada Orang-Orang Kalah
Hasil Pemira UI telah diumumkan, kemenangan menyapa pihak maman-ijonk. Mereka yang memperoleh suara terbanyak mendapatkan amanah besar yang kelak harus dipertanggungjawabkan. Serta Alhamdulillah bagi mereka yang memperoleh suara lebih sedikit, terhindari dari amanah yang akan dihisab kelak di akhirat.
Para pemenang berdendang, semestinya bukanlah lagu kemenangan atau sorak tepuk tangan atau ramai ucapan selamat, juga pujian. Dendang para pemenang sejati adalah syukur serta mohon ampun. Para pemenang sejati tidak larut dalam kegembiraan kemenangan, mereka sadar akan tugas besar menanti di depan,
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.” (Qs. 110: 3)
Orang-orang kalah bukan mereka yang gagal dalam bertanding, hakikatnya mereka yang gagal untuk bangkit lagi adalah orang-orang kalah sesungguhnya. Balada orang-orang kalah adalah mereka yang terus terpuruk dalam kubangan penyesalan, mencari-cari kesalahan, dan menyalahkan segalanya. Balada orang-orang kalah adalah keluh kesah, para pecundang yang bercerita dan berkisah ke sana kemari tentang betapa sengsaranya hidup mereka, tentang kekalahan yang diakibatkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Balada orang-orang kalah adalah mereka yang putus asa dan melakukan langkah-langkah putus asa untuk memuasakan nafsu sendiri atau menyalahkan pihak lain.
Epilog
Sejatinya semua ini adalah proses demokrasi yang diamini negara ini. Ada pro juga kontra, namun para bijaksanawan, mereka yang berpikir dewasa, melihat segalanya dengan pikiran yang matang dan hati yang jernih. Perbedaan adalah khazanah kehidupan, mewarnakan hidup dengan warna-warni pengertian dan cinta, bagi wajah-wajah teduh pengharap ridho Ilahi.
Sungguh menjadi sebuah cita, ketika disapa dengan indah oleh Sang Maha Kuasa,
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surge-Ku.”(Qs. 89: 27-30)
Read More..
Sepanjang masa kampanye BEM UI, pasangan kandidat yang paling gencar terlebih dahulu melakukan kampanye pasif, via berbagai media mulai dari baliho hingga grup di facebook dan twitter adalah maman-ijonk. Pasangan kandidat ini mengusung tema together in excellence, mungkin bermaksud dengan bersama-sama, tanpa harus terbatas oleh golongan, maka keunggulan dapat dicapai. Dari sisi sakti-sri, yang mengusung tema akselerasi-inspirasi, memaksudkan sebuah kepemimpinan yang dapat menginspirasi banyak orang untuk dapat berakselerasi menuju hal yang lebih baik.
Gaya media cetak tampaknya tidak jauh berbeda pada masing-masing kandidat. Foto kandidat menguasai hampir 70% space baliho, kemudian warna minimalis dengan ciri khas masing-masing menjadi gaya umum desain baliho kampanye. Cukup menarik dari kubu maman-ijonk yang membuat logo tematik bagi tiap-tiap fakultas dengan ke-khas-an masing-masing bidang ilmu. Perang media cetak tampaknya lebih didominasi oleh maman-ijonk, yang cukup progresif menebar jala dimana-mana. Perang dunia maya tidak kalah seru, membuat opini mahasiswa adalah kunci utamanya. Dengan kemudahan akses informasi di dunia maya, setiap opini yang dilemparkan dapat menjamah setiap sudut-sudut kampus.
Debat kandidat adalah acara yang ditunggu-tunggu di tiap fakultas. Paling menarik, tentu saja di fakultas teknik. Berlangsung lebih dari 12 jam non-stop, setiap kandidat benar-benar teruji mental, pikiran, dan tubuh. Jalan yang serupa juga ternyata dicoba diterapkan di FH, meski tidak sebaik FT yang sudah merupakan tradisi turun-menurun.
Between White and Black
Black campaign tidak lupa ikut ambil bagian dalam pemira ini. Opini-opini menjatuhkan nan destruktif harusnya tidak keluar dari lisan atau tulisan-tulisan mahasiswa UI. Opini-opini memang banyak merebak di sana-sini, dengan dasar yang tidak jelas dan tidak kuat. Asal cuap, kicau, yang penting riuh, bahkan ricuh menjadi senjata utama. Sayang disayang, terkadang mahasiswa, yang notabene adalah masyarakat ilmiah, lebih senang dengan opini-opini yang tidak jelas dan tidak kuat pijakannya, namun seru dan kontroversial.
Dalam perang dan cinta, segalanya boleh, adalah kalimat mereka yang tidak mengenal dengan baik norma dan moralitas. Kebebasan yang kebablasan sering kali menjadi pijakan dasar untuk menghalalkan segala cara agar memperoleh tujuan. Sayangnya, kebanyakan dari kita masih terbius dengan bayang-bayang kekuasaan, menjadikannya tujuan akhir. Sungguh kekuasaan adalah kehinaan bagi mereka yang tidak amanah menerimanya.
Siapa yang sering diserang ?, secara kasat mata, maka penulis katakan pihak maman-ijonk. Apakah benar pihak sakti-sri melakukan black campaign ? Jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Banyak bias dalam opini-opini yang berkembang, bisa saja mahasiswa yang terlihat mendukung sakti-sri, ternyata membela maman-ijonk, ataupun sebaliknya. Namun, hal yang dikhawatirkan adalah adanya pihak-pihak tertentu (dengan kepentingan tertentu tentu saja) memanfaatkan salah satu pihak untuk menyerang pihak lainnya. Tentu saja, statement tersebut tidak berdasar, namun berbagai kecurigaan tetap bermunculan. Seharusnya kita bisa menyikapi kecurigaan kita secara positif agar tidak berujung pada su’udzon kepada saudara sendiri, apalagi celaan-celaan yang tidak seharusnya keluar dari lisan-lisan berilmu.
Tarbiyah, sering kata itu muncul dalam celaan. Entah para pencela tahu artinya atau tidak, tarbiyah berarti pembinaan atau pendidikan. Tarbiyah seringkali distigmakan kepada golongan tertentu, dicap ekslusif dan kaku, tanpa berminat mencari tahu lebih dekat dan hanya senang mencerca. Terbelah dan sakit hati, sayang sekali, hanya karena paradigma yang keliru, mengambil sampel yang bahkan tidak memenuhi syarat secara statistika, lalu mengeneralisir segalanya. Harusnya kita semua tahu, bahwa hampir tidak pernah ada yang murni 100% di dunia, selalu ada pencilan, mereka yang berbeda, yang harus disikapi secara bijaksana.
Dendang Para Pemenang dan Balada Orang-Orang Kalah
Hasil Pemira UI telah diumumkan, kemenangan menyapa pihak maman-ijonk. Mereka yang memperoleh suara terbanyak mendapatkan amanah besar yang kelak harus dipertanggungjawabkan. Serta Alhamdulillah bagi mereka yang memperoleh suara lebih sedikit, terhindari dari amanah yang akan dihisab kelak di akhirat.
Para pemenang berdendang, semestinya bukanlah lagu kemenangan atau sorak tepuk tangan atau ramai ucapan selamat, juga pujian. Dendang para pemenang sejati adalah syukur serta mohon ampun. Para pemenang sejati tidak larut dalam kegembiraan kemenangan, mereka sadar akan tugas besar menanti di depan,
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.” (Qs. 110: 3)
Orang-orang kalah bukan mereka yang gagal dalam bertanding, hakikatnya mereka yang gagal untuk bangkit lagi adalah orang-orang kalah sesungguhnya. Balada orang-orang kalah adalah mereka yang terus terpuruk dalam kubangan penyesalan, mencari-cari kesalahan, dan menyalahkan segalanya. Balada orang-orang kalah adalah keluh kesah, para pecundang yang bercerita dan berkisah ke sana kemari tentang betapa sengsaranya hidup mereka, tentang kekalahan yang diakibatkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Balada orang-orang kalah adalah mereka yang putus asa dan melakukan langkah-langkah putus asa untuk memuasakan nafsu sendiri atau menyalahkan pihak lain.
Epilog
Sejatinya semua ini adalah proses demokrasi yang diamini negara ini. Ada pro juga kontra, namun para bijaksanawan, mereka yang berpikir dewasa, melihat segalanya dengan pikiran yang matang dan hati yang jernih. Perbedaan adalah khazanah kehidupan, mewarnakan hidup dengan warna-warni pengertian dan cinta, bagi wajah-wajah teduh pengharap ridho Ilahi.
Sungguh menjadi sebuah cita, ketika disapa dengan indah oleh Sang Maha Kuasa,
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surge-Ku.”(Qs. 89: 27-30)
Read More..
Saya tentang Pemira UI: Refleksi Sederhana dari Mata Awam
(Tulisan ini adalah bagian pertama dari dua tulisan)
“The key to successful leadership today is influence, not authority.” (Kenneth Blanchard)
Prolog
Perhelatan PEMIRA (Pemilihan Raya) mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2010 ini berakhir sudah. Banyak kejadian, dari awal pendaftaran peserta Pemira hingga detik-detik pengumuman hasil perhitungan suara. Sebagai miniatur sebuah negara, universitas menjadi laboratorium besar, tempat di mana para mahasiswanya mencoba kemampuan dirinya dalam berpolitik, berhukum, mencari relasi, hingga berstrategi (baik sehat atau tidak) besar untuk maju. Ada kepentingan-kepentingan di dalamnya? Tentu saja, karena memegang kebenaran pun berarti kita memiliki kepentingan untuk kebenaran dan kebaikan agar tetap bersinar, meski di dasar tergelap. Walau siapapun yang menang belum tentu benar, namun kebenaran pasti akan menang pada akhirnya.
Secara kasat mata, terdapat klasifikasi besar untuk latar belakang akademis seorang mahasiswa, IPA dan IPS. Entah sejak kapan ada dikotonomi seperti ini, namun batas-batas latar belakang akademis seorang mahasiswa tidak mampu menahan keinginan mereka untuk mempelajari dan menguasai bidang lainnya. Napak tilas beberapa ratus tahun ke belakang, saat Andalusia benderang, para cendikiawan rasa-rasanya tidak ada yang ahli hanya di satu bidang, namun di berbagai bidang ilmu yang berbeda. Mungkin saat ini, manusia terlalu mengerdilkan kemampuan otak mereka, entahlah. Penulis sendiri orang dengan latar belakang sains, meski tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang berbau politik, tetapi sadar politik tetap diperlukan, agar tidak terjajah di negeri sendiri, agar paham kondisi masyarakat, agar tidak mudah dibodoh-bodohi apalagi ditipu. Banyak juga orang-orang dengan latar belakang sains justru gemilang di bidang perpolitikan, hukum, sosial, dan lain sebagainya.
Ada Keberpihakan, ada Dinamika
Netralitas hampir tidak pernah ada, kecuali untuk materi-materi kecil itu, nukleus dan teman sejenisnya. Pun inti atom stabil yang bersifat netral itu juga dibentuk dari materi-materi yang berpihak pada positif dan negatif. Kita selalu berpihak, entah pada orang lain atau golongan bahkan pada diri sendiri. Netralitas justru dapat menjadi hal yang salah, karena jika kita tidak berpihak pada kebenaran, pasti kita berpihak pada hal selain itu. Zona abu-abu tetap akan ada, tetapi tendensi akan selalu mengarahkan pada salah satu sisi.
Itu pergolakannya, itu dinamikanya. Kita tetap harus memilih, karena tidak memilih pun menjadi sebuah pilihan. Pertanyaannya maukah kita terlibat di dalamnya, menjadi pemain dan bukan penonton yang hanya bersorak riang jika menghibur dan bersorak riuh jika ricuh. Semangat-semangat merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dan benar hanya dimiliki para pemain, mereka yang takut dan hanya menonton adalah pecundang sejati. Laiknya orang alim yang Allah azab terlebih dahulu akibat tidak tersentuh hatinya untuk bergerak merubah masyarakatnya yang berada dalam kedzaliman.
Pemira UI, The Candidates and Their Ways to get people’s hearts
Pemira tahun ini adalah kali keempat penulis mengikutinya. Selama ini tentu saja tetap ikut berpartisipasi, baik sebagai pemilih, campaign manager , tim sukses, atau bantu-bantu panitia pemira. Tahun 2010 ini, peserta untuk calon ketua dan wakil ketua BEM UI adalah pasangan Sakti-Sri dan Maman-Ijonk, anggota independen DPM UI ada 5 (saya lupa, tetapi salah satunya adalah Eko Aditya Rifai), MWA unsur mahasiswa adalah Jay dan Danar. Berbeda dari tahun sebelumnya, MWA unsur mahasiswa tidak dipilih melalui eleksi, tetapi berdasarkan fit and proper test dari anggota DPM UI.
Pembukaan apik dengan roadshow keliling kampus UI depok dan salemba, memperkenalkan siapa calon-calon yang lulus verifikasi. Walau tidak dengan diarak tetapi menjadi kilas-kilas pertama para kandidat untuk menyapa para calon pendukungnya. Selanjutnya, tentu saja masa kampanye, ‘menjual’ diri agar dipilih tentu hal yang lazim dilakukan. Kampanye calon anggota independen DPM UI tidak terlalu heboh, dengan hanya 5 calon dan masing-masing dari fakultas yang berbeda, mereka hanya perlu mengumpulkan 10% jumlah suara dari total mahasiswa yang memilih. Begitu pula dengan MWA unsur mahasiswa, tidak banyak yang terjadi, meski saat acara debat kandidat MWA unsur mahasiswa berlangsung cukup baik, tiap calon memperlihatkan kemampuan dan ‘pesona’ mereka masing-masing. Alur berpikir, pemilihan kata, intonasi, dan ritme berbicara menjadi poin penting yang memikat hati dalam setiap debat.
(bersambung...)
Read More..
“The key to successful leadership today is influence, not authority.” (Kenneth Blanchard)
Prolog
Perhelatan PEMIRA (Pemilihan Raya) mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2010 ini berakhir sudah. Banyak kejadian, dari awal pendaftaran peserta Pemira hingga detik-detik pengumuman hasil perhitungan suara. Sebagai miniatur sebuah negara, universitas menjadi laboratorium besar, tempat di mana para mahasiswanya mencoba kemampuan dirinya dalam berpolitik, berhukum, mencari relasi, hingga berstrategi (baik sehat atau tidak) besar untuk maju. Ada kepentingan-kepentingan di dalamnya? Tentu saja, karena memegang kebenaran pun berarti kita memiliki kepentingan untuk kebenaran dan kebaikan agar tetap bersinar, meski di dasar tergelap. Walau siapapun yang menang belum tentu benar, namun kebenaran pasti akan menang pada akhirnya.
Secara kasat mata, terdapat klasifikasi besar untuk latar belakang akademis seorang mahasiswa, IPA dan IPS. Entah sejak kapan ada dikotonomi seperti ini, namun batas-batas latar belakang akademis seorang mahasiswa tidak mampu menahan keinginan mereka untuk mempelajari dan menguasai bidang lainnya. Napak tilas beberapa ratus tahun ke belakang, saat Andalusia benderang, para cendikiawan rasa-rasanya tidak ada yang ahli hanya di satu bidang, namun di berbagai bidang ilmu yang berbeda. Mungkin saat ini, manusia terlalu mengerdilkan kemampuan otak mereka, entahlah. Penulis sendiri orang dengan latar belakang sains, meski tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang berbau politik, tetapi sadar politik tetap diperlukan, agar tidak terjajah di negeri sendiri, agar paham kondisi masyarakat, agar tidak mudah dibodoh-bodohi apalagi ditipu. Banyak juga orang-orang dengan latar belakang sains justru gemilang di bidang perpolitikan, hukum, sosial, dan lain sebagainya.
Ada Keberpihakan, ada Dinamika
Netralitas hampir tidak pernah ada, kecuali untuk materi-materi kecil itu, nukleus dan teman sejenisnya. Pun inti atom stabil yang bersifat netral itu juga dibentuk dari materi-materi yang berpihak pada positif dan negatif. Kita selalu berpihak, entah pada orang lain atau golongan bahkan pada diri sendiri. Netralitas justru dapat menjadi hal yang salah, karena jika kita tidak berpihak pada kebenaran, pasti kita berpihak pada hal selain itu. Zona abu-abu tetap akan ada, tetapi tendensi akan selalu mengarahkan pada salah satu sisi.
Itu pergolakannya, itu dinamikanya. Kita tetap harus memilih, karena tidak memilih pun menjadi sebuah pilihan. Pertanyaannya maukah kita terlibat di dalamnya, menjadi pemain dan bukan penonton yang hanya bersorak riang jika menghibur dan bersorak riuh jika ricuh. Semangat-semangat merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dan benar hanya dimiliki para pemain, mereka yang takut dan hanya menonton adalah pecundang sejati. Laiknya orang alim yang Allah azab terlebih dahulu akibat tidak tersentuh hatinya untuk bergerak merubah masyarakatnya yang berada dalam kedzaliman.
Pemira UI, The Candidates and Their Ways to get people’s hearts
Pemira tahun ini adalah kali keempat penulis mengikutinya. Selama ini tentu saja tetap ikut berpartisipasi, baik sebagai pemilih, campaign manager , tim sukses, atau bantu-bantu panitia pemira. Tahun 2010 ini, peserta untuk calon ketua dan wakil ketua BEM UI adalah pasangan Sakti-Sri dan Maman-Ijonk, anggota independen DPM UI ada 5 (saya lupa, tetapi salah satunya adalah Eko Aditya Rifai), MWA unsur mahasiswa adalah Jay dan Danar. Berbeda dari tahun sebelumnya, MWA unsur mahasiswa tidak dipilih melalui eleksi, tetapi berdasarkan fit and proper test dari anggota DPM UI.
Pembukaan apik dengan roadshow keliling kampus UI depok dan salemba, memperkenalkan siapa calon-calon yang lulus verifikasi. Walau tidak dengan diarak tetapi menjadi kilas-kilas pertama para kandidat untuk menyapa para calon pendukungnya. Selanjutnya, tentu saja masa kampanye, ‘menjual’ diri agar dipilih tentu hal yang lazim dilakukan. Kampanye calon anggota independen DPM UI tidak terlalu heboh, dengan hanya 5 calon dan masing-masing dari fakultas yang berbeda, mereka hanya perlu mengumpulkan 10% jumlah suara dari total mahasiswa yang memilih. Begitu pula dengan MWA unsur mahasiswa, tidak banyak yang terjadi, meski saat acara debat kandidat MWA unsur mahasiswa berlangsung cukup baik, tiap calon memperlihatkan kemampuan dan ‘pesona’ mereka masing-masing. Alur berpikir, pemilihan kata, intonasi, dan ritme berbicara menjadi poin penting yang memikat hati dalam setiap debat.
(bersambung...)
Read More..
Senin, 06 Desember 2010
Keamanan dan Kualitas Produk Herbal
Studi mengenai efikasi dan keamanan terhadap produk herbal berkembang dengan pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Banyaknya orang-orang yang beralih ke pengobatan alternatif (terutama terapi herbal) dan keterbatasan pengetahuan tentang terapi herbal itu sendiri di kalangan petugas medis, menjadikan aspek keamanan dan standarisasi dari suatu produk herbal sangat dibutuhkan.
Masyarakat dan beberapa pihak profesional di bidang kesehatan percaya bahwa obat-obat herbal lebih aman karena lebih alami, namun data-data penelitian yang mendukung asumsi tersebut tidaklah banyak. Efek samping dari suatu produk herbal tetaplah ada yang meliputi efek toksik dari zat aktifnya, efek-efek dari kontaminan yang mungkin ada pada sediaan obat herbal, serta interaksi antara obat herbal dengan obat lainnya.
Kontaminan-kontaminan yang mungkin saja dapat mengontaminasi suatu produk herbal dapat berupa logam-logam berat, seperti timbal, merkuri, arsen atau bahan-bahan farmasetik yang sengaja ditambahkan pada sediaan herbal agar timbul efek farmakologis yang diinginkan. Selain itu kontaminasi dapat berasal dari mikroorganisme akibat proses pembuatan yang tidak baik.
Tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat menyembuhkan juga memiliki kemiripin kinerja dengan obat-obat konvensional. Hal ini karena, pada dasarnya tumbuhan-tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa kimia tertentu yang pada tubuh manusia bersifat aktif secara biologis. Oleh karena alasan inilah pemberian kombinasi obat herbal dengan obat konvesional dapat mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan. Interaksi ini sama seperti interaksi obat pada obat-obat konvensional yang dapat berefek pada farmakokinetika obat, seperti absoprsi, metabolisme, dan eliminasi obat. Selain terhadap obat konvensional, interaksi dapat juga terjadi antara obat herbal dengan enzim-enzim yang memetabolisme obat. Sebagai contoh interaksi dengan enzim-enzim di hati, seperti isoenzim sitokrom (CYP) P450 dapat berefek besar, karena CYP P450 merupakan enzim yang memetabolisme hampir sebagian besar jenis obat yang masuk ke dalam tubuh. Sulitnya pemeriksaan terhadap efek-efek obat herbal yang mungkin timbul dalam tubuh manusia menjadi hal lain yang penting untuk diperhatikan.
Pustaka:
Rodriguez-Fragoso L, J. Reyez-Esparza, S.W. Burchiel, D. Herrera-Ruiz, Eliseo Torres. Risks and Benefits of Commonly Used Herbal Medicines in Mexico. Toxicology and Applied Pharmacology 2008; 227: 125-135.
Read More..
Masyarakat dan beberapa pihak profesional di bidang kesehatan percaya bahwa obat-obat herbal lebih aman karena lebih alami, namun data-data penelitian yang mendukung asumsi tersebut tidaklah banyak. Efek samping dari suatu produk herbal tetaplah ada yang meliputi efek toksik dari zat aktifnya, efek-efek dari kontaminan yang mungkin ada pada sediaan obat herbal, serta interaksi antara obat herbal dengan obat lainnya.
Kontaminan-kontaminan yang mungkin saja dapat mengontaminasi suatu produk herbal dapat berupa logam-logam berat, seperti timbal, merkuri, arsen atau bahan-bahan farmasetik yang sengaja ditambahkan pada sediaan herbal agar timbul efek farmakologis yang diinginkan. Selain itu kontaminasi dapat berasal dari mikroorganisme akibat proses pembuatan yang tidak baik.
Tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat menyembuhkan juga memiliki kemiripin kinerja dengan obat-obat konvensional. Hal ini karena, pada dasarnya tumbuhan-tumbuhan tersebut mengandung senyawa-senyawa kimia tertentu yang pada tubuh manusia bersifat aktif secara biologis. Oleh karena alasan inilah pemberian kombinasi obat herbal dengan obat konvesional dapat mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan. Interaksi ini sama seperti interaksi obat pada obat-obat konvensional yang dapat berefek pada farmakokinetika obat, seperti absoprsi, metabolisme, dan eliminasi obat. Selain terhadap obat konvensional, interaksi dapat juga terjadi antara obat herbal dengan enzim-enzim yang memetabolisme obat. Sebagai contoh interaksi dengan enzim-enzim di hati, seperti isoenzim sitokrom (CYP) P450 dapat berefek besar, karena CYP P450 merupakan enzim yang memetabolisme hampir sebagian besar jenis obat yang masuk ke dalam tubuh. Sulitnya pemeriksaan terhadap efek-efek obat herbal yang mungkin timbul dalam tubuh manusia menjadi hal lain yang penting untuk diperhatikan.
Pustaka:
Rodriguez-Fragoso L, J. Reyez-Esparza, S.W. Burchiel, D. Herrera-Ruiz, Eliseo Torres. Risks and Benefits of Commonly Used Herbal Medicines in Mexico. Toxicology and Applied Pharmacology 2008; 227: 125-135.
Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)