Selasa, 30 Juni 2009

Hikayat Dua Ekor Kodok

Once upon a time (halah sok inggris,hehehe), hidup dua ekor kodok di negeri antah berantah dan berada di dua tempat yang berbeda. Pada suatu ketika salah seekor kodok melihat panci yang berisi air yang sedang dipanaskan. Melihat hal tersebut, kodok itu berpikir, "wah sepertinya enak berenang-renang di dalamnya". Kemudian loncatlah sang kodok, ceburrr. "wah airnya tidak dingin, nyaman sekali", pikir si kodok. Lama-kelaman air tersebut semakin hangat, dan semakin nyaman saja menurut si kodok. Tak lama kemudian air tersebut memanas, namun kodok tersebut berpikir ah nanti saja keluarnya gampang nanti tinggal loncat saja; berenang-renang dahulu ah masih hangat nih. Setelah air tersebut menjadi panas, kodok tersebut merasa kesakitan dan mencoba untuk melompat keluar. Namun karena sudah kehabisan energi, akhirnya matilah si kodok menjadi sup.


Di lain tempat, dengan kodok yang berbeda, terdapat sebuah panci namun dengan air yang mendidih di dalamnya. Mendekatlah si kodok dan dia terheran melihat adanya air yang bergolak-golak. Kemudian loncatlah si kodok ke dalam panci tersebut, ceburr!!!. Kemudian si kodok terkaget merasakan air yang begitu panas dan langsung sekuat tenaga keluar dari panci dan akhirnya selamat dari kondisi menjadi sup.

Apa hikmah (ibroh) yang bisa kita dapat dari cerita di atas??
mungkin salah satunya adalah bahwa janganlah terlena dengan perubahan yang kita alami. Salah satu yang kita harus perhatikan adalah, apakah perubahan tersebut menuju ke arah yang lebih baik, atau justru sebaliknya. Karena itu berhati-hatilah dengan sesuatu yang melenakan, bisa jadi hal tersebut malah berakibat buruk.
Hal lainnya adalah terkadang kita perlu merasakan sakit terlebih dahulu sebelum sadar bahwa hal tersebut salah. Padahal sebenarnya kita bisa menghindari rasa sakit tersebut jika kita mau mencari tahu dan menerima bahwa tidak semua hal yang kita lakukan benar, atau dengan kata lain merasa benar sendiri.

Semoga bisa diambil yang baiknya.


Read More..

Jumat, 26 Juni 2009

Sebuah Puisi Dakwah

Katakanlah, “Inilah jalanku, aku mengajak kalian kepada Allah dengan bashiroh, aku dan pengikut-pengikutku – mahasuci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik”.Jalan dakwah panjang terbentang jauh ke depan
Duri dan batu terjal selalu mengganjal, lurah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di usia, bukan pula di dunia
Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridha Allah
Cinta adalah sumbernya, hati dan jiwa adalah rumahnya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Nikmati perjalannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu
Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya…

Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu

Jika engkau cinta maka dakwah adalah faham
Mengerti tentang Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama
Hendaknya engkau fanatis dan bangga dengannya
Seperti Mughirah bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra


Jika engkau cinta maka dakwah adalah ikhlas
Menghiasi hati, memotivasi jiwa untuk berkarya
Seperti Kata Abul Anbiya, “Sesungguhnya sholatku ibadahku, hidupku dan matiku semata bagi Rabb semesta”
Berikan hatimu untuk Dia, katakan “Allahu ghayatuna”

Jika engkau cinta maka dakwah adalah amal
membangun kejayaan ummat kapan saja dimana saja berada
yang bernilai adalah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan
Sasarannya adalah perbaikan dan perubahan, al ishlah wa taghyir
Dari diri pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara
Bangun aktifitas secara tertib tuk mencapai kejayaan

Jika engkau cinta maka dakwah adalah jihad
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan kebatilan
Tinggikan kalimat Allah rendahkan ocehan syaitan durjana
Kerjakeras tak kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan kemalasan, lamban, dan berpangkutangan

Jika engkau cinta maka dakwah adalah taat
Kepada Allah dan Rasul, Alqur-an dan Sunnahnya
serta orang-orang bertaqwa yang tertata
Taat adalah wujud syukurmu kepada hidayah Allah
karenanya nikmat akan bertambah melimpah penuh berkah

Jika engkau cinta maka dakwah adalah tadhhiyah,
Bukti kesetiaan dan kesiapan memberi, pantang meminta
Bersedialah banyak kehilangan dengan sedikit menerima
Karena yang disisi Allah lebih mulia, sedang di sisimu fana belaka
Sedangkan tiap tetes keringat berpahala lipat ganda

Jika engkau cinta maka dakwah adalah tsabat,
Hati dan jiwa yang tegar walau banyak rintangan
Buah dari sabar meniti jalan, teguh dalam barisan
Istiqomah dalam perjuangan dengan kaki tak tergoyahkan
Berjalan lempang jauh dari penyimpangan

Jika engkau cinta maka dakwah adalah tajarrud
Ikhlas di setiap langkah menggapai satu tujuan
Padukan seluruh potensimu libatkan dalam jalan ini,
Engkau da’i sebelum apapun adanya engkau
Dakwah tugas utamamu sedang lainnya hanya selingan

Jika engkau cinta maka dakwah adalah tsiqoh
Kepercayaan yang dilandasi iman suci penuh keyakinan
Kepada Allah, Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya
Hilangkan keraguan dan pastikan kejujurannya…
Karena inilah kafilah kebenaran yang penuh berkah

Jika engkau cinta maka dakwah adalah ukhuwwah
Lekatnya ikatan hati berjalin dalam nilai-nilai persaudaraan
Bersaudaralah dengan muslimin sedunia, utamanya mukmin mujahidin
Lapang dada merupakan syarat terendahnya , itsar bentuk tertingginya
Dan Allah yang mengetahui menghimpun hati-hati para da’ie dalam cinta-Nya
berjumpa karena taat kepada-Nya
Melebur satu dalam dakwah ke jalan Allah,
saling berjanji untuk menolong syariat-Nya

(penulis puisi ini tidak saya ketahui, mohon maaf)



Read More..

Senin, 22 Juni 2009

Genetik: antara Harapan dan Tantangan

Gen merupakan unit yang akan mewariskan sifat dari orang tua ke anak. Dalam perkembangannya yang demikian pesat, informasi tentang gen pun sudah sedemikian rupa sehingga kita dapat beberapa langkah lebih maju dalam mengetahui kondisi tubuh manusia sendiri. Aplikasi dari pengetahuan akan tentang gen amatlah beragam, dimulai dari rekayasa genetik, deteksi penyakit secara dini hingga terapi yang cukup menjanjikan sebagai sebuah inovasi luar biasa dalam bidang kesehatan.

HuGo (Human Genome project) yang merupakan salah satu proyek sains terbesar yang dikoordinasi oleh Departemen Energi dan Institusi Kesehatan Nasional US dan bekerja sama dengan beberapa Negara seperti Jepang, Perancis, dan Inggris, dilangsir telah berhasil diselesaikan pada tahun 2003. HuGo sendiri bertujuan untuk melakukan pemetaan pada sekitar 20.000-25.000 gen pada DNA manusia. Dengan pengetahuan ini bukan tidak mungkin jika dilakukan sebuah rekayasa genetik terhadap manusia sehingga dapat diciptakan ‘manusia super’. Tentunya hal ini akan menimbulkan perdebatan terutama tentang isu agama, etika, dan sosial.

Tidak hanya itu, melalui pengetahuan akan gen pun, manusia dapat melakukan deteksi dini pada janin yang mengalami penyakit-penyakit gen, seperti thallasemia, sindrom down, sindrom patau, ataupun cystic fibrosis. Permasalahan akan timbul ketika ternyata ditemuka kelainan genetis pada janin sehingga penyakit yang mengancam nyawa janin ketika dia sudah dilahirkan atau ketika sudah dewasa (contoh, hemofili pada perempuan) ataupun juga jika nantinya bayi yang dilahirkan perlu perawatan yang cukup mahal dan seumur hidup (contoh, thallasemia yang membutuhkan transfusi darah seumur hidup). Kita akan menemukan sebuah dilema, apakah sebaiknya janin digugurkan saja karena nantinya pun dia akan meninggal ataupun memerlukan perawatan yang dapat memberatkan pihak keluarga atau tetap dipertahankan.


Ketika menghadapi dilema di atas, maka apa yang harus kita putuskan?. Jelas jika kita menggugurkan janin, maka hal tersebut sama saja membunuh sang janin walaupun itu ‘dilegalkan’ oleh pihak keluarga. Tapi jika tidak, maka hal yang telah disebutkan di atas sangat mungkin terjadi.
Padahal dalam Al-Quran jelas tertera:

“….barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya….” (Al-Maidah: 32).

Masihkah kita akan membunuh anak-anak kita hanya karena keputusasaan kita akan takdir Allah dan tidak berusaha dengan maksimal?

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar." Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (Al-An’aam: 151).

Ikhtiar dengan sebenar-benarnya ikhtiar merupakan jalan terbaik. Jikalau Allah berkehendak lain maka itulah jalan yang bias kita tempuh. Ikhtiar, tawakal, dan sikap ikhlas dalam menjalani hidup ini merupakan rumus yang terbaik yang dapat kita terapkan.



Hidup memang sebuah pilhan,tidak memilih pun merupakan sebuah pilihan, maka pilihlah dengan bijak
Read More..

Rabu, 17 Juni 2009

The Entrepeuner


Jika kita berbicara tentang Nabi Muhammad SAW, akan banyak contoh-contoh perbuatannya yang dapat kita tiru dalam kehidupan sehari-hari. Yups, salah satunya adalah sikap manajemen yang beliau tunjukan kepada kita. Nabi Muhammad SAW sudah melatih kemandiriannya sejak beliau kecil, sehingga beliau dapat tumbuh menjadi seorang pemimpin yang memiliki memiliki jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai Islam.
Bisnis beliau yang saat sukses saat membawa perniagaan Siti Khadijah merupakan bukti yang nyata dari jiwa entrepreuner beliau. Pelajaran yang dapat kita ambil dari pengalaman bisnis beliau adalah kunci untuk menjadi seorang yang sukses adalah dikembangkannya jiwa entrepreuner sejak dini. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja, pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan dan dilatih sejak awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah jenis apapun.

(disarikan dari kumpulan tausyiah Aa Gym)
Read More..

Kamis, 11 Juni 2009

Perusakan Otak

Tahukah saudaraku ada 10 kebiasaan yang dapat merusak otak kita, yaitu:

1. Tidak Sarapan Pagi
Mereka yang tidak mengkonsumsi sarapan pagi memiliki kadar gula
darah yang rendah, yang akibatnya suplai nutrisi ke otak menjdi
kurang.

2. Makan Terlalu Banyak
Terlalu banyak makan, apalagi yang kadar lemaknya tinggi, dapat
berakibat mengerasnya pembuluh darah otak karena penimbunan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah. Akibatnya kemampuan kerja otak akan
menurun.

3. Merokok
Zat dalam rokok yang terhisap akan mengakibatkan penyusutan otak
secara cepat, serta dapat mengakibatkan penyakit Alzheimer.


4. Mengkonsumsi gula terlalu banyak
Konsumsi gula yang terlalu banyak akan menyebabkan terganggunya
penyerapan protein dan nutrisi, sehingga terjadi ketidakseimbangan
gizi yang akan mengganggu perkembangan otak

5. Polusi Udara
Otak adalah konsumen oksigen terbesar dalam tubuh manusia.
Menghirup udara yang berpolusi menurunkan suplai oksigen ke otak
sehingga dapat menurunkan efisiensi otak.

6. Kurang Tidur
Otak memerlukan tidur sebagai saat beristirahat dan memulihkan
kemampuannya. Kekurangan tidur dalam jangka waktu lama akan
mempercepat kerusakan sel-sel otak.

7. Menutup kepala saat tidur
Kebiasaan tidur dengan menutup kepala meningkatkan konsentrasi
zat karbondioksida dan menurunkan konsentrasi oksigen yang dapat
menimbulkan efek kerusakan pada otak.

8. Menggunakan pikiran saat sakit
Bekerja terlalu keras atau memaksakan untuk menggunakan pikiran
kita saat sedang sakit dapat menyebabkan berkurangnya efektifitas otak
serta dapat merusak otak.

9. Kurang menstimulasi pikiran
Berpikir adalah cara yang paling tepat untuk melatih otak kita.
Kurangnya stimulasi pada otak dapat menyebabkan mengkerutnya otak
kita.

10. Jarang berkomunikasi
Komunikasi diperlukan sebagai salah satu sarana memacu kemampuan
kerja otak. Berkomunikasi secara intelektual dapat memicu efisiensi
otak. Jarangnya berkomunikasi akan menyebabkan kemampuan intelektual
otak jadi kurang terlatih

So..Jagalah otak kita, bukan hanya dari hal-hal yang dapat mengganggu fungsi fisiologis otak tapi juga dari pikiran-pikiran yang tidak ada gunanya.

(dari berbagai sumber)



Read More..

Sabtu, 06 Juni 2009

Mikir Nikah ??, nanti aja deh


Apa yang terlintas di benak teman-teman ketika membaca judul note ini? Tertarik untuk membaca lebih jauh pastinya. Buktinya kalian membuka dan membacanya hingga sejauh ini. Hehe.. Syukran ya.

Pernikahan. Sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan sering muncul di layar televisi sebuah adegan orang yang akan dibunuh memohon kepada lawan mainnya, “Jangan bunuh saya, saya belum menikah”. Apa hubungannya mau dibunuh dengan menikah? Kenapa dialognya tidak diubah, ”Jangan bunuh saya, saya belum hafal al-qur’an 30 juz”, atau dengan kalimat lain. Sebenarnya ada apa dengan menikah?

Ketika seseorang berbicara mengenai pernikahan dengan orang lain, biasanya reaksi yang muncul khas dan sangat spesifik, ”Cieee..... kiu kiu..yang mo nikah, sama yang itchuu ya? Si ”X” khan? Hohoho... Deuu, si akhi.. Gak usah malu-malu, biasa aza kalee.. Udah, sabet ajah, kasih proposal langsung. Ada nomor orang tuanya nich. Mau, mau, mau? Tapi jaman sekarang ud ga ada yang gratisan lho, hehe..”. Ada yang hanya tersenyum mendengar kalimat ini. Ada yang tersenyum namun dalam hatinya berkata, “Nih orang lebay banget sih, orang cuma mau tahu lebih banyak tentang pernikahan, koq nyambungnya ke mana-mana?” Namun ada juga yang jadi malu dan tidak mau lagi membicarakan pernikahan, bahkan menganggap pernikahan sebagai suatu hal yang tabu.


Berbagai macam paradigma beredar di masyarakat mengenai pernikahan yang dipersiapkan sejak dini. ”Saya gak suka sama orang yang apa-apa ngomongin nikah, seakan-akan hidup ini cuma buat nikah aja, PR dakwah kita masih bertumpuk. Masih banyak hal yang harus dirapikan. Masih banyak prestasi yang harus dikejar. IPTEK kita tertinggal, korupsi kita terdepan, masyarakat kita terbengkalai”. Ada juga tanggapan, ”Aduh kak, koq ngomongin nikah mulu sih, ngomongin tema yang lain kek, masih jauh saya mah dari nikah”. Malah ada juga yang bilang, ”Nikah dini? Mau ngempanin istri pake apa?”

Ada yang tanggapannya negatif, namun tidak sedikit yang bertanggapan positif. ”Masih ABG mikir nikah, why not?”. Ada juga yang bilang, ”Nikah dini? Orang tua saya aja nikah di usia 20 tahun, fine-fine aja tuh”. Bahkan seorang ustadz pernah berkata, ”Sebenarnya ya terserah kita mau berpikir tentang pernikahan sejak kapan. Apakah sejak sekolah, sehingga pola pikir kemandirian dan kedewasaan terbangun segera sehingga saat kuliah bisa berpikir mengenai tugas-tugas peradaban lainnya, atau mau berpikir nikah saat menjadi kakek nenek usia sudah 60 tahun. Terserah. Hanya saja saya lebih suka menikah dengan mereka yang penuh persiapan dan kesiapan sejak dini.”

Wah, sampai ada dua kubu gitu ya. Jadi pingin cerita dulu. Alkisah, hiduplah seorang laki-laki bernama X. Sebut saja nama bunga, Mawar misalnya. Pada waktu itu, ikhwan ini masih jauh berbeda dengan keadaan yang sekarang. Jangankan ngomongin dakwah, mentoring aja masih beginner. Ketika beliau masih duduk di bangku SMP, beliau menyukai seorang akhwat karena sosoknya yang (kata beliau) luar biasa. Keteduhannya, kedewasaannya, kompetensinya, kedalaman ilmu agamanya, kecerdasannya, dan lain sebagianya yang akhirnya membuat beliau kagum. Awalnya ikhwan ini tidak kagum dengan sang akhwat, bahkan cenderung bermusuhan (maklum anak SMP masih polos dan lugu). Namun seiring dengan berjalannya waktu, fitrah akan kekaguman kepada sesuatu yang baik pun muncul. Beliau suka dengan akhwat ini. Hampir setiap saat pikirannya selalu dipenuhi oleh akhwat yang satu ini. Untungnya ikhwan ini tahu cara penyikapan yang baik. Seperti perkataan seorang pujangga (cailah, pujangga..), ”Cinta itu seperti kupu-kupu, jangan dikejar, capek nanti. Mending diem, nanti juga hinggap sendiri. Fokus kita sekarang adalah mempercantik bunganya, supaya kupu-kupu ini tertarik untuk hinggap, bahkan mungkin dengan teman-temannya yang lain sehingga kita bisa memilih kupu-kupu yang terbaik. Inilah cara Allah mengabulkan doa, Ia akan memberikan yang terbaik untuk kita, bukan sekedar yang kita inginkan”. Berbeda dengan lagu, ”Ibu-ibu, bapak-bapak, siapa yang punya anak, bantu aku, aku yang yang sedang malu, sama teman-temanku, karena cuma diriku yang tak laku laku”. Makanya jangan fokus ngejar kupu-kupu, tapi percantik bunganya. Dasar wali murid! (atau wali kelas? Yang pasti bukan wali songo). Kalau mau dapet kupu-kupu cantik, jadilah bunga yang cantik. Coba hayati Q.S. 24:26 deh. Lagian jodoh kan sudah tertulis di lauhul mahfuz. Gak usah takut kehabisan stock. Baiklah, sekarang kita tinggalkan sang pujangga dan orang yang tak laku-laku menuju ke ikhwan yang kita panggil mawar. Ikhwan ini pun demikian. Karena keberadaan akhwat ini, mawar semakin ”mempercantik” dirinya. Mulai dari ilmu agama, ia perdalam. Kedewasaan ia pupuk. Dalam hal bersikap ia perbaiki. Mengajar ia jalani. Membina ia tekuni. Berbagai perlombaan ilmiah ketika SMA ia ikuti (dan sebagian besar ia menangkan). Uang hasil perlombaan pun ia kumpulkan. Untuk apa itu semua? Untuk persiapan mempersunting akhwat ini. Subhanallah ya? Sampai-sampai terkumpul jutaan rupiah. Bahkan ksatria berkuda putih ini sudah memasuki tahap ta’aruf dengan pihak keluarga sang akhwat, padahal waktu itu ia masih duduk di bangku SMA. Namun Allah sudah menakdirkan jalan lain. Sang akhwat keburu dilamar ikhwan yang lain, yang bukan mawar (sabar akhi, masih ada kami yang selalu menghiburmu, cep cep..). Ia pun kecewa dan sedih. Perjuangannya dari SMP hingga sekarang berakhir seperti ini. Tapi itu tidak membuat ia jatuh berlama-lama. Ia kemudian bangkit! Masih banyak akhwat yang lain brother! Tapi coba kita lihat, ikhwan yang satu ini sudah berubah. Dari yang tadinya bocah ingusan berubah menjadi bocah ileran (afwan salah ketik, disengaja. Maksudnya, ikhwan dewasa). Bahkan ikhwan lain (sebut saja nama bunga yang lain, melati misalnya) berkata, ”Ini baru keren! Konkrit! Kalo gak siap, enggak sekalian. Kalo iya, maju terus pantang mundur. Ane suka yang kayak gini!”. Dan apakah perubahan positif yang menggiringnya pada kedewasaan, kematangan, dan kesiapan menuju pernikahan itu hilang hanya karena Aisyahnya hilang? Tentu tidak, itu semua bersifat ireversibel. Ok, teman-teman telah melihat hikmah dari mempersiapkan pernikahan sejak dini : Kedewasaan. Btw, afwan kalo ceritanya agak beda, maklum temanmu yang satu ini memang agak pelupa, he..

Nah, fenomena yang berkembang di lingkungan kita justru unik. ”Nikah mah nanti aja, belajar untuk meraih kedewasaannya bisa didapat dari pacaran. Kan di sana kita belajar untuk berinteraksi dengan pasangan, belajar memberi, belajar saling percaya, dll”. Helloooo?? What on earth is going on? Kalian pasti tahu efeknya pacaran. Mulai dari hukuman bersentuhan tangan yang dalam hadits dikatakan lebih buruk dari ditusukkannya besi di kepala, pranata sosial, virus gutsal, kecenderungan free sex, penyakit menular karena seks, married by accident, dll. Pasti tahu lah tentang yang satu ini, katanya anak UI, masa beginian aja gak tahu, hehe.. piss..

Yah, memang biasanya kalau berbicara mengenai pernikahan, sering dihubungkan dengan efek preventifnya yang positif dari berbagai macam kemaksiatan. Kan kata ustadz, kalau nafsu kita sedang tidak terkendali, maka puasalah. Kalau sudah siap, menikahlah. Tapi yang ingin dibahas di sini bukan aspek itu. Penulis membuka kesempatan kepada rekan-rekan sekalian untuk menulis artikel dengan tema yang sama, namun dari penekanan aspek yang berbeda. Seperti yang diulas di awal, aspek kita sekarang kedewasaan ya.

Fiuh, kedewasaan. Berat ya? Sekarang penulis ingin bertanya kepada pembaca semua yang masih setia mengikuti tulisan ini. Pernahkah kalian melihat kenakalan remaja? Remaja berkelahi misalnya. Atau pelajar tawuran. Pernahkah kalian melihat konser musik yang di dalamnya terdapat kericuhan antar pengunjung, bahkan memakan korban jiwa? Atau kampanye partai politik yang sesama simpatisannya malah berkelahi? Buat yang anak kosan (atau anak rumahan juga bisa), pernahkah kalian mendengar suara-suara gitar di malam hari, yang dimainkan oleh para pemuda kebanyakan, sementara kalian sedang berkonsentrasi untuk menempuh ujian keesokan harinya? Tidakkah kalian terusik?

Itu hanya sebagian contoh dari permasalahan umat saat ini. Kurangnya kedewasaan. Kedewasaan tidak berarti harus bersikap berwibawa, idealis, perfeksionis, berkharisma, dan sebagainya, tapi cukup bersikap sewajarnya dan hindari hal yang sekiranya tidak diperlukan. Bukankah kenakalan remaja disebabkan pola pikir mereka yang sempit, yang tidak mengarah ke masa depan? Bukankah hedonisme muncul karena masalah pernikahan digampangkan? ”Ah, masih muda ini. Senang-senang aja dulu..” Dan bukankah belajar kita akan lebih tenang jika tidak ada yang berisik di malam hari, jika semua memikirkan pernikahan sejak dini? Untuk menjadi dewasa terkadang butuh motivasi, dan pernikahan adalah salah satu motivasi seseorang untuk berubah menjadi lebih dewasa. Bukan satu-satunya, melainkan salah satunya.

Inilah pernikahan kawan, atau lebih tepatnya persiapan menuju pernikahan. Tanggungjawab, kemandirian, kematangan, kedewasaan, dan kompetensi yang semakin cemerlang (seperti kisah mawar) akan timbul dengan sendirinya karena proses persiapan ini. Saya dari tadi ngomongin persiapan pernikahan dan memikirkan pernikahan kan? Bukan mengompor-ngompori untuk segera menikah kan? Memikirkan nikah bukan hanya untuk nikah itu sendiri, namun untuk berjuang mempersiapkan bekal untuk menuju ke sana. Karena memang persiapannya yang harus kita garis bawahi kawan. Bayangkan, ketika semua pemuda pemudi Islam memikirkan dan mempersiapkan pernikahan sejak dini, tidak akan ada yang bilang bahwa kita adalah buih di tengah lautan. Tidak akan ada lagi pemuda-pemudi yang sibuk dengan hal yang tidak penting. Tidak akan ada lagi kemubaziran waktu. Kita akan mengarus kawan, bukan terbawa arus. Kita akan bersinar kawan, bukan justru silau karena cahaya orang lain. ”Ah, seakan-akan hidup ini cuma buat nikah aja”. Eits, emang bukan nikah tujuan hidup kita. Tapi jelas, Allahu ghayatuna. Allah tujuan kita. Dengan menikah maka akan ada orang yang akan meringankan beban perjuangan kita. Akan terlahir generasi qurani yang akan meneruskan estafet perjuangan dakwah ini. Bahkan kalau bisa setangguh dan semilitan generasi sahabat, subhanallah. Pernikahan memang hal kecil, yang akan kita tujukan untuk hal besar. Namun ketika semua orang memikirkan hal kecil ini sejak dini, maka masyarakat yang madani dan islami, kebangkitan islam, dan kejayaan umat muslim sudah ada di depan mata, sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Allahu akbar! Inilah skenario indah dari persiapan nikah sejak dini.

Kalau mau tahu tentang nikah dan persiapannya lebih jauh, baca aja buku yang sudah banyak beredar di toko buku. Mereka menunggu untuk dibaca lho. Penulis juga ingin menekankan bahwa dewasa itu relatif, semua ada kadarnya. Setidaknya berani untuk memulai kedewasaan adalah hal yang baik. Jika belum bisa untuk bersikap dewasa, setidaknya berpikir dewasa. Penulis sendiri masih belum terbilang dewasa. Tapi bukankah dengan adanya kemauan itu lebih baik daripada tidak ada kemauan untuk berubah sama sekali? Mikirin nikah sejak dini, kenapa enggak?

Artikel ini 99.99% penulis tunjukkan untuk diri pribadi sebagai pengingatan bahwa menjadi tua adalah sebuah kepastian. Namun menjadi dewasa adalah sebuah pilihan. Yang benar datangnya dari Allah, yang salah datangnya dari hamba pribadi.

Wallahu alam bish shawab.

oleh: eko_al_fath


Read More..

Rabu, 03 Juni 2009

Mereka yang Mencari

Jika kau mencari teman seperjalanan
kau berada di tempat yang salah
Jika kau mencari dahan tuk bergantung
kau memanjat pohon yang salah
Jika kau mencari musuh untuk dibenci
kau berada pada saat yang salah

Kami adalah orang-orang yang mencari
pada terang dan gelap kebenaran
saat sepi dan ramainya dunia
dalam tidur, duduk, atau berdiri raga

Kami para pencari
keping-keping ilmu-Nya
tuk puaskan dahaga jiwa


Jangan kau heran
karena kami sendiri tidak pernah puas
dengan rasa heran kami

Silakan kau tanyakan
tapi manusia tidak pernah punya semua jawaban
karena terkadang...
pertanyaan ada untuk kita cari sendiri jawabannya
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. 3:191)

inilah jalanku kawan, jalan sunyi para pencari kebenaran...



Read More..

Senin, 01 Juni 2009

Greeting!!!!

Assalamualaikum..

this blog is under process
if you want give an advice, please just write it down or send an email to ramadhan.journal@gmail.com

thank you Read More..